Menikmati Suasana Pulau Dewata di Kampung Bali Bekasi
loading...
A
A
A
BEKASI - Kampung Bali Bekasi menawarkan nuansa Pulau Dewata yang asri dan autentik. Warga Jakarta dan sekitarnya yang ingin merasakan suasana Bali tanpa harus terbang ke lokasi aslinya, bisa datang ke sini.
Bukan sekedar pemukiman yang berisikan orang-orang Bali, kampung yang terletak di Jln. Merpati Bali, Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, ini benar-benar menawarkan suasana Pulau Dewata yang asri dan autentik.
Tim MNC Portal Indonesia berkesempatan mengunjungi Kampung Bali Bekasi pada Kamis (13/1/2022) dengan menempuh perjalanan selama kurang lebih 40 menit dari Jakarta Pusat menggunakan kereta rel listrik (KRL) tujuan Stasiun Bekasi, lalu disambung dengan menaiki ojek motor.
Sesampainya di lokasi, sebuah gerbang yang menandakan pemukiman warga yang belakangan menjadi destinasi wisata budaya Kota Bekasi langsung terlihat. Setelah berjalan beberapa langkah, pemandangan mata langsung tertuju pada rumah-rumah yang memiliki arsitektur khas Bali, di mana terdapat gerbang berbentuk pura hingga patung-patung yang berada di dekat pintu masuk.
Bahkan pepohonan yang tersebar di lokasi pun merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di Pulau Seribu Pura itu, seperti pohon kamboja hingga bunga sepatu yang pada bagian batangnya diselimuti kamen alias sarung khas Bali.
Baru menyusuri wilayah kampung, tim MNC Portal Indonesia disambut oleh seseorang bernama I Made Suma (63), yang ternyata merupakan warga pertama di tempat tersebut. Bersama anaknya, yakni Wayan Agus (38), Made bercerita panjang lebar mengenai sejarah Kampung Bali Bekasi.
Dari obrolan hangat yang ditemani secangkir kopi dan biskuit itu menghasilkan sebuah informasi menarik, di mana diketahui bahwa penamaan Kampung Bali justru berasal dari seorang tukang becak.
“Nama jalan ini kan Jalan Merpati. Nah itu dinamain jadi Merpati Bali. Terus pemukiman kami disebut Kampung Bali oleh seorang tukang becak yang sering melintasi tempat ini karena melihat desain rumah kami,” ungkap Made.
Selepas bercengkrama, putra Made yakni Wayan, mengajak kami mengelilingi seluruh kampung itu. Sepanjang perjalanan terasa keasrian dan keautentikan Kampung Bali Bekasi. Lalu sampailah kami pada sebuah rumah milik sosok yang dianggap sebagai salah satu tetua desa, seorang pria paruh baya bernama Ketut Budiasa.
Penampilannya bersahaja, namun Ketut bukan sosok sembarangan. Ia merupakan seniman kawakan Bali yang juga menjadi sosok pengajar di salah satu universitas swasta ternama di Jabodetabek.
Beliau paham betul tentang makna Sapta Pesona, yang merupakan nilai-nilai filosofis masyarakat Bali tentang menjalani kehidupan dan lantas diadopsi menjadi salah satu satu tagline Pariwisata Indonesia.
Diam-diam, Ketut juga merupakan salah seorang penabuh rindik, alat musik tradisional khas Bali, dengan kemampuan yang sangat jarang yakni memainkannya dengan tiga tongkat pemukul sekaligus. Ia pun memamerkan keahlian itu di hadapan tim MNC Portal Indonesia.
“Biasanya rindik itu pake dua tongkat ya. Ini saya tiga tongkat sekaligus. Esensinya beda, pun tingkat kesulitannya,” jelas Ketut, sambil tersenyum.
Puas berbincang dengan Pak Ketut, tak terasa sore telah berganti malam. Setelah beristirahat sejenak, kami langsung melanjutkan perjalanan terakhir yaitu mengunjungi sanggar Nyalian Mas, sebuah tempat belajar kesenian tari dan musik Bali satu-satunya di wilayah Bekasi Utara yang terdapat di Kampung Bali Bekasi.
Sanggar yang mengajarkan Tari Pendet dan musik gamelan Bali itu telah berdiri sejak 2004, demikian penjelasan Bli Ryan yang memiliki nama lengkap Putu Ryan Hikantara selaku pengelola sanggar tersebut saat ini.
“Dulu sih mendirikannya atas inisiatif keluarga, kan pakde dan orangtua itu guru seni. Ya udah, dengan tujuan untuk melestarikan kebudayaan Bali juga, akhirnya berdirilah sanggar ini,” jelas Ryan.
Lewat sanggar yang dinamai berdasarkan nama sebuah desa di Kabupaten Klungkung, Bali, yang menjadi tempat kelahiran keluarga besar Ryan itulah, sebagian besar aktivitas kebudayaan dan kesenian di Kampung Bali Bekasi berlangsung.
Bukan sekedar pemukiman yang berisikan orang-orang Bali, kampung yang terletak di Jln. Merpati Bali, Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, ini benar-benar menawarkan suasana Pulau Dewata yang asri dan autentik.
Tim MNC Portal Indonesia berkesempatan mengunjungi Kampung Bali Bekasi pada Kamis (13/1/2022) dengan menempuh perjalanan selama kurang lebih 40 menit dari Jakarta Pusat menggunakan kereta rel listrik (KRL) tujuan Stasiun Bekasi, lalu disambung dengan menaiki ojek motor.
Sesampainya di lokasi, sebuah gerbang yang menandakan pemukiman warga yang belakangan menjadi destinasi wisata budaya Kota Bekasi langsung terlihat. Setelah berjalan beberapa langkah, pemandangan mata langsung tertuju pada rumah-rumah yang memiliki arsitektur khas Bali, di mana terdapat gerbang berbentuk pura hingga patung-patung yang berada di dekat pintu masuk.
Bahkan pepohonan yang tersebar di lokasi pun merupakan tumbuhan yang banyak dijumpai di Pulau Seribu Pura itu, seperti pohon kamboja hingga bunga sepatu yang pada bagian batangnya diselimuti kamen alias sarung khas Bali.
Baru menyusuri wilayah kampung, tim MNC Portal Indonesia disambut oleh seseorang bernama I Made Suma (63), yang ternyata merupakan warga pertama di tempat tersebut. Bersama anaknya, yakni Wayan Agus (38), Made bercerita panjang lebar mengenai sejarah Kampung Bali Bekasi.
Dari obrolan hangat yang ditemani secangkir kopi dan biskuit itu menghasilkan sebuah informasi menarik, di mana diketahui bahwa penamaan Kampung Bali justru berasal dari seorang tukang becak.
“Nama jalan ini kan Jalan Merpati. Nah itu dinamain jadi Merpati Bali. Terus pemukiman kami disebut Kampung Bali oleh seorang tukang becak yang sering melintasi tempat ini karena melihat desain rumah kami,” ungkap Made.
Selepas bercengkrama, putra Made yakni Wayan, mengajak kami mengelilingi seluruh kampung itu. Sepanjang perjalanan terasa keasrian dan keautentikan Kampung Bali Bekasi. Lalu sampailah kami pada sebuah rumah milik sosok yang dianggap sebagai salah satu tetua desa, seorang pria paruh baya bernama Ketut Budiasa.
Penampilannya bersahaja, namun Ketut bukan sosok sembarangan. Ia merupakan seniman kawakan Bali yang juga menjadi sosok pengajar di salah satu universitas swasta ternama di Jabodetabek.
Beliau paham betul tentang makna Sapta Pesona, yang merupakan nilai-nilai filosofis masyarakat Bali tentang menjalani kehidupan dan lantas diadopsi menjadi salah satu satu tagline Pariwisata Indonesia.
Diam-diam, Ketut juga merupakan salah seorang penabuh rindik, alat musik tradisional khas Bali, dengan kemampuan yang sangat jarang yakni memainkannya dengan tiga tongkat pemukul sekaligus. Ia pun memamerkan keahlian itu di hadapan tim MNC Portal Indonesia.
“Biasanya rindik itu pake dua tongkat ya. Ini saya tiga tongkat sekaligus. Esensinya beda, pun tingkat kesulitannya,” jelas Ketut, sambil tersenyum.
Puas berbincang dengan Pak Ketut, tak terasa sore telah berganti malam. Setelah beristirahat sejenak, kami langsung melanjutkan perjalanan terakhir yaitu mengunjungi sanggar Nyalian Mas, sebuah tempat belajar kesenian tari dan musik Bali satu-satunya di wilayah Bekasi Utara yang terdapat di Kampung Bali Bekasi.
Sanggar yang mengajarkan Tari Pendet dan musik gamelan Bali itu telah berdiri sejak 2004, demikian penjelasan Bli Ryan yang memiliki nama lengkap Putu Ryan Hikantara selaku pengelola sanggar tersebut saat ini.
“Dulu sih mendirikannya atas inisiatif keluarga, kan pakde dan orangtua itu guru seni. Ya udah, dengan tujuan untuk melestarikan kebudayaan Bali juga, akhirnya berdirilah sanggar ini,” jelas Ryan.
Lewat sanggar yang dinamai berdasarkan nama sebuah desa di Kabupaten Klungkung, Bali, yang menjadi tempat kelahiran keluarga besar Ryan itulah, sebagian besar aktivitas kebudayaan dan kesenian di Kampung Bali Bekasi berlangsung.
(tsa)