Pentingnya Menjaga Kesehatan Lingkungan Rumah Selama New Normal
Jum'at, 12 Juni 2020 - 12:30 WIB
JAKARTA - Masyarakat diharapkan bijak dalam memilih dan menggunakan produk yang ramah lingkungan serta memperhatikan tingkat konsumsi dan pengelolaan sampah yang dihasilkan di rumah tangga di masa new normal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh oleh Pusat Penelitian Oseanografi dan Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, penggunaan layanan pesan antar meningkat di area Jabodetabek selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Perubahan kebiasaan belanja rumah tangga seperti ini berkontribusi terhadap meningkatnya sampah plastik sekali pakai dalam persentase sampah domestik selama PSBB. Hal ini penting mengingat sampah rumah tangga merupakan penyumbang terbesar dari total sampah nasional, hingga 62%.
“Pemerintah telah menerbitkan kebijakan untuk mewujudkan peta jalan pengurangan sampah oleh produsen yang dapat menjadi panduan bagi upaya pengurangan sampah menuju era baru pengelolaan sampah. Peran produsen menjadi salah satu elemen penting dalam mewujudkan manajemen pengelolaan sampah yang lebih baik,” ujar Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia Dr. Ir. Novrizal Tahar IPM saat acara Menjaga Kesehatan Lingkungan Indonesia dari Rumah Saat New Normal, Kamis (12/6/2020).
“KLHK juga melakukan pemantauan dan pengawasan upaya produsen dalam mengurangi sampah melalui pengumpulan data jumlah dan jenis bahan baku produk dan kemasan yang mereka gunakan. Sementara itu kampanye pengurangan sampah dari rumah terus dilakukan sebagai bagian dari upaya menekan jumlah timbulan sampah secara nasional. Seperti contohnya memilih produk yang dapat dikomposkan, didaur ulang, dan dapat diguna ulang," sambungnya.
Sementara itu, Pakar Teknologi Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri menjelaskan, pengelolaan sampah tidak bisa hanya bergantung pada konsep kumpul angkut buang, tetapi harus melibatkan semua pihak. Misalnya, produsen memiliki tanggung jawab untuk mengurangi sampah dengan inovasi kemasan dan model bisnis. Contohnya memilih produk dengan kemasan guna ulang yang bisa dikembalikan, termasuk galon guna ulang.
"Sebisa mungkin, konsumen perlu memilih produk yang sifatnya sirkular atau bisa dikembalikan agar jumlah sampah yang dihasilkan bisa ditekan. Selain itu, penting juga memilah sampah rumah tangga atau bahkan mengolah sampah organik di rumah untuk kegunaan lain seperti kompos misalnya," ujar Enri.
Di Indonesia, sudah ada beberapa perusahaan yang menerapkan konsep ekonomi sirkular dengan memperkenalkan kemasan guna ulang. Salah satunya Danone-AQUA yang telah menggunakan kemasan galon guna ulang sejak tahun 1983. Danone-AQUA juga baru saja meraih penghargaan Kinerja Pengurangan Sampah oleh produsen dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk yang ketiga kalinya.
“Lebih jauh lagi, kami akan terus berinovasi untuk membantu pemerintah mewujudkan ambisinya mengurangi 70% sampah di laut pada tahun 2025 dengan mengumpulkan lebih banyak plastik dari yang kami gunakan pada tahun yang sama lewat gerakan Bijak Berplastik. Tujuannya adalah mewujudkan lingkungan Indonesia yang lebih bersih dan sehat," papar Sustainable Development Director Danone-AQUA, Karyanto Wibowo.
Karyanto juga menambahkan bahwa sedari dulu, kemasan galon guna ulang milik Danone-AQUA keamanannya terjamin oleh proses higienis yang ketat dan semuanya terstandarisasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Danone-AQUA juga melakukan perlindungan sejak dari sumber air awalnya, dengan melindungi kealamian ekosistem di sekitar sumber air AQUA.
Swietenia Puspa Lestari, penyelam dan pendiri Divers Clean Action (DCA), sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada permasalahan sampah di lautan dan pengembangan masyarakat pesisir, mendukung masyarakat untuk tetap memperhatikan aspek lingkungan dalam menghadapi new normal.
Menurut Swietenia, ada beberapa gerakan yang masyarakat bisa ikuti untuk menjaga lingkungan di tengah new normal. Selain Bijak Berplastik Danone-AQUA, masyarakat juga bisa menggunakan masker guna ulang bagi yang sehat agar lebih mudah membedakan mana sampah infeksius dari rumah tangga, menggunakan alat makan cuci ulang, dan memilah sampah dari rumah agar membantu pengelolaan sampah yang optimal dan tidak mencemari lingkungan.
“Data dari LIPI menunjukkan jasa delivery makanan dan produk belanja online meningkat 2 kali lipat dan 96% kemasannya adalah plastik. Kita bisa mengurangi sampah dengan memilih opsi pengiriman alternatif yang tidak menambah sampah. Dengan merubah perilaku di rumah, kita turut mencegah kerusakan lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana kesehatan di kemudian hari," imbuh Swietenia
Perubahan kebiasaan belanja rumah tangga seperti ini berkontribusi terhadap meningkatnya sampah plastik sekali pakai dalam persentase sampah domestik selama PSBB. Hal ini penting mengingat sampah rumah tangga merupakan penyumbang terbesar dari total sampah nasional, hingga 62%.
“Pemerintah telah menerbitkan kebijakan untuk mewujudkan peta jalan pengurangan sampah oleh produsen yang dapat menjadi panduan bagi upaya pengurangan sampah menuju era baru pengelolaan sampah. Peran produsen menjadi salah satu elemen penting dalam mewujudkan manajemen pengelolaan sampah yang lebih baik,” ujar Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia Dr. Ir. Novrizal Tahar IPM saat acara Menjaga Kesehatan Lingkungan Indonesia dari Rumah Saat New Normal, Kamis (12/6/2020).
“KLHK juga melakukan pemantauan dan pengawasan upaya produsen dalam mengurangi sampah melalui pengumpulan data jumlah dan jenis bahan baku produk dan kemasan yang mereka gunakan. Sementara itu kampanye pengurangan sampah dari rumah terus dilakukan sebagai bagian dari upaya menekan jumlah timbulan sampah secara nasional. Seperti contohnya memilih produk yang dapat dikomposkan, didaur ulang, dan dapat diguna ulang," sambungnya.
Sementara itu, Pakar Teknologi Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Ir. Enri Damanhuri menjelaskan, pengelolaan sampah tidak bisa hanya bergantung pada konsep kumpul angkut buang, tetapi harus melibatkan semua pihak. Misalnya, produsen memiliki tanggung jawab untuk mengurangi sampah dengan inovasi kemasan dan model bisnis. Contohnya memilih produk dengan kemasan guna ulang yang bisa dikembalikan, termasuk galon guna ulang.
"Sebisa mungkin, konsumen perlu memilih produk yang sifatnya sirkular atau bisa dikembalikan agar jumlah sampah yang dihasilkan bisa ditekan. Selain itu, penting juga memilah sampah rumah tangga atau bahkan mengolah sampah organik di rumah untuk kegunaan lain seperti kompos misalnya," ujar Enri.
Di Indonesia, sudah ada beberapa perusahaan yang menerapkan konsep ekonomi sirkular dengan memperkenalkan kemasan guna ulang. Salah satunya Danone-AQUA yang telah menggunakan kemasan galon guna ulang sejak tahun 1983. Danone-AQUA juga baru saja meraih penghargaan Kinerja Pengurangan Sampah oleh produsen dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk yang ketiga kalinya.
“Lebih jauh lagi, kami akan terus berinovasi untuk membantu pemerintah mewujudkan ambisinya mengurangi 70% sampah di laut pada tahun 2025 dengan mengumpulkan lebih banyak plastik dari yang kami gunakan pada tahun yang sama lewat gerakan Bijak Berplastik. Tujuannya adalah mewujudkan lingkungan Indonesia yang lebih bersih dan sehat," papar Sustainable Development Director Danone-AQUA, Karyanto Wibowo.
Karyanto juga menambahkan bahwa sedari dulu, kemasan galon guna ulang milik Danone-AQUA keamanannya terjamin oleh proses higienis yang ketat dan semuanya terstandarisasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Danone-AQUA juga melakukan perlindungan sejak dari sumber air awalnya, dengan melindungi kealamian ekosistem di sekitar sumber air AQUA.
Swietenia Puspa Lestari, penyelam dan pendiri Divers Clean Action (DCA), sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada permasalahan sampah di lautan dan pengembangan masyarakat pesisir, mendukung masyarakat untuk tetap memperhatikan aspek lingkungan dalam menghadapi new normal.
Menurut Swietenia, ada beberapa gerakan yang masyarakat bisa ikuti untuk menjaga lingkungan di tengah new normal. Selain Bijak Berplastik Danone-AQUA, masyarakat juga bisa menggunakan masker guna ulang bagi yang sehat agar lebih mudah membedakan mana sampah infeksius dari rumah tangga, menggunakan alat makan cuci ulang, dan memilah sampah dari rumah agar membantu pengelolaan sampah yang optimal dan tidak mencemari lingkungan.
“Data dari LIPI menunjukkan jasa delivery makanan dan produk belanja online meningkat 2 kali lipat dan 96% kemasannya adalah plastik. Kita bisa mengurangi sampah dengan memilih opsi pengiriman alternatif yang tidak menambah sampah. Dengan merubah perilaku di rumah, kita turut mencegah kerusakan lingkungan yang berpotensi menimbulkan bencana kesehatan di kemudian hari," imbuh Swietenia
(alv)
Lihat Juga :
tulis komentar anda