Praktik Sirkular Ekonomi PT Ajinomoto Indonesia Ciptakan Proses Produksi Ramah Lingkungan
Rabu, 25 Mei 2022 - 13:13 WIB
JAKARTA - PT Ajinomoto Indonesia melakukan praktik sirkular ekonomi untuk ciptakan proses produksi ramah lingkungan. Pabrik Ajinomoto di Mojokerto telah melakukan berbagai upaya untuk mencapai zero waste yang merupakan upaya meminimalkan dan mengurangi pencemaran lingkungan hingga ke titik nol.
Berbagai upaya yang dilakukan meliputi pengurangan emisi karbon, pengurangan konsumsi air, serta penerapan Bio-Cycle & Eco-Activity yang menghasilkan co-product seperti Pupuk AJIFOL, AMINA, dan bahan baku pakan ternak FML. Selain itu ada juga peningkatan pengelolaan air limbah supaya ketika disalurkan ke Sungai Brantas kualitas airnya menjadi lebih baik dan bersih.
“Ajinomoto melakukan praktik ekonomi sirkular. Kami selalu mempertahankan dan meningkatkan efisiensi produksi dari hulu hingga hilir pada proses produksi yang ada. Di hulu, dengan teknologi yang kami punya, kami menekan penggunaan raw materials untuk meningkatkan produktivitas. Pada proses tersebut hingga mencapai hilir, kami menghasilkan co-product atau produk samping yang memiliki nilai jual dan bisa diaplikasikan di bidang pertanian," papar Yudho Koesbandryo, Direktur PT Ajinomoto Indonesia ketika menghadiri acara diskusi Mendorong Industri Hijau melalui Circular Economy.
"Selain mengolah produk samping cair dari hasil produksi MSG, Agriculture Development Department kami juga bertanggung jawab untuk mengolah produk samping dalam bentuk padat menjadi pembenah tanah GCC Mix, material pakan ternak TRITAN, dan beberapa co-product lain yang juga mempunyai nilai jual,” tambahnya.
Selain proses pembuatan co-product yang menerapkan Bio-Cycle & Eco-Activity, Ajinomoto juga banyak menerapkan aktivitas produksi yang ramah lingkungan seperti pengurangan 34.900 ton emisi karbon (CO2) dengan berbagai cara seperti mengurangi konsumsi bahan bakar seluruh transportasi di tempat kerja, memangkas penggunaan tenaga listrik, dan mengatasi kebocoran uap pada peralatan produksi.
"Kami mempunyai target mengurangi 180.000 ton CO2 pada tahun 2023, dari based line tahun 2018,” lanjut Yudho.
Ajinomoto juga berkomitmen mendukung pelestarian lingkungan dengan mengurangi penggunaan air hingga 31%, dari based line tahun 2016, dengan melakukan penghematan melalui peningkatan kualitas air pada aktivitas produksi. Komitmen ini juga sebagai wujud partisipasi Ajinomoto dalam menyukseskan program pelestarian lingkungan hidup dari pemerintah Indonesia dan seiring dengan cita-cita Ajinomoto Co., Inc dalam membantu mengurangi dampak lingkungan hingga 50%.
Langkah ini juga bertujuan untuk menjaga ketersediaan air dalam skala regional, sehingga dapat membantu mengatasi keterbatasan sumber daya air akibat peningkatan konsumsi air terutama pada saat masa pandemi.
“Kami aktif mengerjakan kegiatan reduce, reuse, recovery, dan recycle untuk penggunaan air di setiap aktivitas yang ada. Hal ini cukup menggembirakan, karena meski dengan mengurangi penggunaan air hingga 31%, kemampuan produksi MSG dan seasoning lain masih bisa meningkat,” ungkap Yudho.
“Kemudian, masalah lingkungan lain di Indonesia adalah jumlah sampah plastik yang dari tahun ke tahun kian menumpuk. Menyoroti masalah ini, Ajinomoto turut mengambil langkah konkret. Brand MSG AJI-NO-MOTO, yang lekat dengan keseharian keluarga Indonesia, ikut berkontribusi mengatasi permasalahan penumpukan sampah plastik dengan mengurangi hingga 30% penggunaan material plastik di kemasannya,” lanjut Yudho.
Atas inisiasi itulah AJI-NO-MOTO memperoleh rekor MURI sebagai bumbu MSG pertama di Indonesia dengan kemasan yang ramah lingkungan.
Selain itu, PT Ajinomoto Indonesia juga mengurangi penggunaan plastik pada produk lain seperti: Masako sejumlah 8,4% dalam setiap kemasan 9 gr dan Sajiku sejumlah 9,5% di setiap kemasannya.
Berbagai upaya yang dilakukan meliputi pengurangan emisi karbon, pengurangan konsumsi air, serta penerapan Bio-Cycle & Eco-Activity yang menghasilkan co-product seperti Pupuk AJIFOL, AMINA, dan bahan baku pakan ternak FML. Selain itu ada juga peningkatan pengelolaan air limbah supaya ketika disalurkan ke Sungai Brantas kualitas airnya menjadi lebih baik dan bersih.
“Ajinomoto melakukan praktik ekonomi sirkular. Kami selalu mempertahankan dan meningkatkan efisiensi produksi dari hulu hingga hilir pada proses produksi yang ada. Di hulu, dengan teknologi yang kami punya, kami menekan penggunaan raw materials untuk meningkatkan produktivitas. Pada proses tersebut hingga mencapai hilir, kami menghasilkan co-product atau produk samping yang memiliki nilai jual dan bisa diaplikasikan di bidang pertanian," papar Yudho Koesbandryo, Direktur PT Ajinomoto Indonesia ketika menghadiri acara diskusi Mendorong Industri Hijau melalui Circular Economy.
"Selain mengolah produk samping cair dari hasil produksi MSG, Agriculture Development Department kami juga bertanggung jawab untuk mengolah produk samping dalam bentuk padat menjadi pembenah tanah GCC Mix, material pakan ternak TRITAN, dan beberapa co-product lain yang juga mempunyai nilai jual,” tambahnya.
Selain proses pembuatan co-product yang menerapkan Bio-Cycle & Eco-Activity, Ajinomoto juga banyak menerapkan aktivitas produksi yang ramah lingkungan seperti pengurangan 34.900 ton emisi karbon (CO2) dengan berbagai cara seperti mengurangi konsumsi bahan bakar seluruh transportasi di tempat kerja, memangkas penggunaan tenaga listrik, dan mengatasi kebocoran uap pada peralatan produksi.
"Kami mempunyai target mengurangi 180.000 ton CO2 pada tahun 2023, dari based line tahun 2018,” lanjut Yudho.
Ajinomoto juga berkomitmen mendukung pelestarian lingkungan dengan mengurangi penggunaan air hingga 31%, dari based line tahun 2016, dengan melakukan penghematan melalui peningkatan kualitas air pada aktivitas produksi. Komitmen ini juga sebagai wujud partisipasi Ajinomoto dalam menyukseskan program pelestarian lingkungan hidup dari pemerintah Indonesia dan seiring dengan cita-cita Ajinomoto Co., Inc dalam membantu mengurangi dampak lingkungan hingga 50%.
Langkah ini juga bertujuan untuk menjaga ketersediaan air dalam skala regional, sehingga dapat membantu mengatasi keterbatasan sumber daya air akibat peningkatan konsumsi air terutama pada saat masa pandemi.
“Kami aktif mengerjakan kegiatan reduce, reuse, recovery, dan recycle untuk penggunaan air di setiap aktivitas yang ada. Hal ini cukup menggembirakan, karena meski dengan mengurangi penggunaan air hingga 31%, kemampuan produksi MSG dan seasoning lain masih bisa meningkat,” ungkap Yudho.
“Kemudian, masalah lingkungan lain di Indonesia adalah jumlah sampah plastik yang dari tahun ke tahun kian menumpuk. Menyoroti masalah ini, Ajinomoto turut mengambil langkah konkret. Brand MSG AJI-NO-MOTO, yang lekat dengan keseharian keluarga Indonesia, ikut berkontribusi mengatasi permasalahan penumpukan sampah plastik dengan mengurangi hingga 30% penggunaan material plastik di kemasannya,” lanjut Yudho.
Atas inisiasi itulah AJI-NO-MOTO memperoleh rekor MURI sebagai bumbu MSG pertama di Indonesia dengan kemasan yang ramah lingkungan.
Selain itu, PT Ajinomoto Indonesia juga mengurangi penggunaan plastik pada produk lain seperti: Masako sejumlah 8,4% dalam setiap kemasan 9 gr dan Sajiku sejumlah 9,5% di setiap kemasannya.
(tsa)
Lihat Juga :
tulis komentar anda