Cerita Mistis Noni Belanda Penunggu Toko Merah Kota Tua Viral, Netizen: Coming Soon in Cinema
Rabu, 08 Juni 2022 - 16:28 WIB
JAKARTA - Belanda mendadak jadi trending topic di Twitter. Pasalnya, ada salah satu netizen yang mengaku bertemu sosok Noni Belanda di Toko Merah, Kota Tua Jakarta. Toko Merah sendiri merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda yang didirikan pada 1730.
Nama Toko Merah berdasarkan salah satu fungsinya yakni sebagai sebuah toko milik warga Tionghoa, Oey Liauw Kong sejak pertengahan abad ke-19 untuk jangka waktu yang cukup lama. Nama tersebut juga didasarkan pada warna tembok depan bangunan yang bercat merah hati.
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa nama Toko Merah diambil setelah peristiwa Geger Pecinan yang pada saat itu banyak mayat orang Tionghoa bertebaran di Kali Besar sehingga permukaan air menjadi warna merah. Seperti thread yang ditulis oleh akun Twitter @araskyy18.
Ara mengaku kerap bersentuhan dan berbicara dengan sosok yang tak kasat masa sejak kecil. Diceritakan, mulanya Ara sedang berjalan-jalan di Kota Tua Jakarta. Kemudian, langkahnya terhenti di bangunan tua Toko Merah tersebut. Di sana, Ara melihat sosok Noni Belanda yang cantik, namun di sisi lain sosok tersebut juga tampak menyeramkan.
Sosok Noni Belanda itu memaksa Ara untuk mendengarkan kisahnya. Bahkan, sempat berteriak kencang seperti sedang mencaci maki, namun dalam bahasa Belanda yang tidak dimengerti Ara. Tak lama kemudian, sosok itu mengajak Ara untuk melihat kejadian di masa lampau lewat retrokognisi.
"Dalam retrokognisi, ada seorang pria memanggil dia dengan sebutan Maria Van (nah belakangnya ini aku gak terlalu tahu cara penulisannya). Dia wanita yang keras. Pro keadilan. Menurutnya, orang2 etnis Tionghoa tidak bersalah," cuit Ara dalam thread, dikutip Rabu (8/6/2022).
Sosok Noni Belanda bernama Maria itu dikatakan cukup terkenal pada abad ke-17. Terlebih, kata Ara, sosok itu berasal dari kalangan 'berada'. Namun, VOC mendadak mengalami penurunan kas pada masa tersebut. Karena kaum Belanda khawatir keberadaannya tergeser, mereka pun mulai memonopoli kaum Tionghoa.
Lebih lanjut, Ara mengatakan jika kaum etnis Tionghoa yang bekerja sebagai buruh dan tak memiliki uang merasa sangat takut. Hingga akhirnya mereka berkumpul di suatu tempat untuk melakukan diskusi. Pada saat itulah, kaum etnis Tionghoa memutuskan untuk berontak dengan membunuh beberapa serdadu belanda.
Nama Toko Merah berdasarkan salah satu fungsinya yakni sebagai sebuah toko milik warga Tionghoa, Oey Liauw Kong sejak pertengahan abad ke-19 untuk jangka waktu yang cukup lama. Nama tersebut juga didasarkan pada warna tembok depan bangunan yang bercat merah hati.
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa nama Toko Merah diambil setelah peristiwa Geger Pecinan yang pada saat itu banyak mayat orang Tionghoa bertebaran di Kali Besar sehingga permukaan air menjadi warna merah. Seperti thread yang ditulis oleh akun Twitter @araskyy18.
Ara mengaku kerap bersentuhan dan berbicara dengan sosok yang tak kasat masa sejak kecil. Diceritakan, mulanya Ara sedang berjalan-jalan di Kota Tua Jakarta. Kemudian, langkahnya terhenti di bangunan tua Toko Merah tersebut. Di sana, Ara melihat sosok Noni Belanda yang cantik, namun di sisi lain sosok tersebut juga tampak menyeramkan.
Sosok Noni Belanda itu memaksa Ara untuk mendengarkan kisahnya. Bahkan, sempat berteriak kencang seperti sedang mencaci maki, namun dalam bahasa Belanda yang tidak dimengerti Ara. Tak lama kemudian, sosok itu mengajak Ara untuk melihat kejadian di masa lampau lewat retrokognisi.
"Dalam retrokognisi, ada seorang pria memanggil dia dengan sebutan Maria Van (nah belakangnya ini aku gak terlalu tahu cara penulisannya). Dia wanita yang keras. Pro keadilan. Menurutnya, orang2 etnis Tionghoa tidak bersalah," cuit Ara dalam thread, dikutip Rabu (8/6/2022).
Sosok Noni Belanda bernama Maria itu dikatakan cukup terkenal pada abad ke-17. Terlebih, kata Ara, sosok itu berasal dari kalangan 'berada'. Namun, VOC mendadak mengalami penurunan kas pada masa tersebut. Karena kaum Belanda khawatir keberadaannya tergeser, mereka pun mulai memonopoli kaum Tionghoa.
Lebih lanjut, Ara mengatakan jika kaum etnis Tionghoa yang bekerja sebagai buruh dan tak memiliki uang merasa sangat takut. Hingga akhirnya mereka berkumpul di suatu tempat untuk melakukan diskusi. Pada saat itulah, kaum etnis Tionghoa memutuskan untuk berontak dengan membunuh beberapa serdadu belanda.
tulis komentar anda