PERKI: Vape Sama Buruknya dengan Rokok Konvensional
Rabu, 28 September 2022 - 17:11 WIB
JAKARTA - Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), dr. Radityo Prakoso, SpJP(K), menegaskan bahwa vape bukan alternatif berhenti merokok .
Menurutnya, vape tetap berbahaya bagi kesehatan, termasuk meningkatkan risiko penyakit jantung.
"Vape sama buruknya dengan rokok konvensional. Vape tetap berbahaya bagi kesehatan sekalipun kandungan toksiknya lebih rendah daripada rokok konvensional," ungkap dr. Radityo Prakoso saat Webinar Kementerian Kesehatan dalam rangka Hari Jantung Sedunia 2022, Rabu (28/9/2022).
Dia menjelaskan jika kandungan zat toksik yang ada di dalam vape itu sekitar 2.800, sedangkan pada rokok konvensional sekitar 7.000 zat toksik.
"Kalau ditanya mana yang lebih baik antara vape atau rokok konvensional, ya, jawabannya tidak keduanya. Yang paling baik adalah tidak merokok sama sekali dan menjauhi asap rokok," ucap dr. Radityo.
Lagipula, rokok elektrik atau vape, menurut dr. Radityo, punya efek adiksi yang sama seperti rokok konvensional. Kemudian, vape tidak mengantongi lisensi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sebagai produk alternatif untuk berhenti merokok.
Lebih lanjut, dr Radityo menerangkan bahwa kandungan zat toksik yang ada di dalam rokok konvensional maupun vape itu dapat mengganggu proses delivery oksigen ke jantung dan seluruh tubuh, karena terbentuknya plak aterosklerosis.
Nah, individu yang rutin merokok secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Kalau kebiasaan ini sudah terjadi sejak usia muda, maka masalah kesehatan jantung kemungkinan besar dapat terlihat di 5-10 tahun mendatang.
"Terlebih jika individu itu punya faktor risiko lainnya yang memperburuk kondisi kesehatan jantung, seperti malas bergerak, tidak memperhatikan asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi, pun minum alkohol berlebihan," papar dr. Radityo.
Buruknya lagi, bukan hanya perokok aktif yang bakal merasakan masalah kesehatan jantung, tapi juga orang-orang di sekitarnya yang biasa disebut sebagai perokok pasif.
"Perokok pasif punya risiko tinggi untuk alami masalah jantung. Pada perokok pasif, risiko kejadian penyakit jantung meningkat sebanyak 25-30%," pungkasnya.
Menurutnya, vape tetap berbahaya bagi kesehatan, termasuk meningkatkan risiko penyakit jantung.
"Vape sama buruknya dengan rokok konvensional. Vape tetap berbahaya bagi kesehatan sekalipun kandungan toksiknya lebih rendah daripada rokok konvensional," ungkap dr. Radityo Prakoso saat Webinar Kementerian Kesehatan dalam rangka Hari Jantung Sedunia 2022, Rabu (28/9/2022).
Dia menjelaskan jika kandungan zat toksik yang ada di dalam vape itu sekitar 2.800, sedangkan pada rokok konvensional sekitar 7.000 zat toksik.
"Kalau ditanya mana yang lebih baik antara vape atau rokok konvensional, ya, jawabannya tidak keduanya. Yang paling baik adalah tidak merokok sama sekali dan menjauhi asap rokok," ucap dr. Radityo.
Lagipula, rokok elektrik atau vape, menurut dr. Radityo, punya efek adiksi yang sama seperti rokok konvensional. Kemudian, vape tidak mengantongi lisensi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sebagai produk alternatif untuk berhenti merokok.
Lebih lanjut, dr Radityo menerangkan bahwa kandungan zat toksik yang ada di dalam rokok konvensional maupun vape itu dapat mengganggu proses delivery oksigen ke jantung dan seluruh tubuh, karena terbentuknya plak aterosklerosis.
Nah, individu yang rutin merokok secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Kalau kebiasaan ini sudah terjadi sejak usia muda, maka masalah kesehatan jantung kemungkinan besar dapat terlihat di 5-10 tahun mendatang.
"Terlebih jika individu itu punya faktor risiko lainnya yang memperburuk kondisi kesehatan jantung, seperti malas bergerak, tidak memperhatikan asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi, pun minum alkohol berlebihan," papar dr. Radityo.
Buruknya lagi, bukan hanya perokok aktif yang bakal merasakan masalah kesehatan jantung, tapi juga orang-orang di sekitarnya yang biasa disebut sebagai perokok pasif.
"Perokok pasif punya risiko tinggi untuk alami masalah jantung. Pada perokok pasif, risiko kejadian penyakit jantung meningkat sebanyak 25-30%," pungkasnya.
(nug)
Lihat Juga :
tulis komentar anda