Kasus Gangguan Ginjal Akut Disebut Turun Drastis, Pakar Khawatirkan Hal Ini
Senin, 31 Oktober 2022 - 08:32 WIB
JAKARTA - Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa kasus gangguan ginjal akut telah menurun. Namun, epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman meminta Kemenkes tetap waspada.
Menurutnya, data yang dimiliki Kemenkes bukan data real time. Hal ini berpotensi memicu terjadinya 'hidden accident' yang bisa berdampak panjang di kemudian hari.
Oleh karenanya, lanjut Dicky Budiman, sangat diperlukan penanganan serius pada kasus gangguan ginjal akut ini, termasuk penetapan kejadian luar biasa (KLB) yang sampai sekarang tidak dilakukan Kemenkes.
"Siapa yang bisa menjamin kasus menurun? Data yang dipunyai Kemenkes adalah data layanan, data kasus-kasus yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Data kejadian sesungguhnya tidak ada, artinya data enggak real time," jelas Dicky kepada MNC Portal, Senin (31/10/2022).
Dengan kata lain, kata Dicky, data yang dimiliki Kemenkes bukanlah penggambaran sesungguhnya kejadian gangguan ginjal akut di masyarakat. Terlebih, hingga kini belum ada sistem yang memberikan suplai data real time tersebut.
"Karena hal tersebut, saya khawatir bahwa gangguan ginjal akut ini sifatnya hidden. Artinya, data yang ada itu kasus yang sudah terlambat. Nah, yang terjadi di masyarakat real time belum ada datanya," papar Dicky Budiman.
"Jadi, kasus sesungguhnya harus ditemukan, sehingga pemerintah dapat memberikan layanan dengan maksimal. Jangan anggap kasus ini seperti sudah selesai (dengan turunnya kasus), kalau mikirnya gitu ada dampak jangka panjang yang harus diterima dan ini tanggung jawab pemerintah," terangnya.
Di sisi lain, Dicky meyakini bahwa banyak data di masyarakat secara real yang tidak tercover Kemenkes. Misalnya, data di daerah-daerah yang mungkin masyarakatnya masih mengonsumsi obat berpotensi sebabkan gangguan ginjal akut, karena tidak terpapar informasi secara menyeluruh.
Menurutnya, data yang dimiliki Kemenkes bukan data real time. Hal ini berpotensi memicu terjadinya 'hidden accident' yang bisa berdampak panjang di kemudian hari.
Oleh karenanya, lanjut Dicky Budiman, sangat diperlukan penanganan serius pada kasus gangguan ginjal akut ini, termasuk penetapan kejadian luar biasa (KLB) yang sampai sekarang tidak dilakukan Kemenkes.
Baca Juga
"Siapa yang bisa menjamin kasus menurun? Data yang dipunyai Kemenkes adalah data layanan, data kasus-kasus yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Data kejadian sesungguhnya tidak ada, artinya data enggak real time," jelas Dicky kepada MNC Portal, Senin (31/10/2022).
Dengan kata lain, kata Dicky, data yang dimiliki Kemenkes bukanlah penggambaran sesungguhnya kejadian gangguan ginjal akut di masyarakat. Terlebih, hingga kini belum ada sistem yang memberikan suplai data real time tersebut.
"Karena hal tersebut, saya khawatir bahwa gangguan ginjal akut ini sifatnya hidden. Artinya, data yang ada itu kasus yang sudah terlambat. Nah, yang terjadi di masyarakat real time belum ada datanya," papar Dicky Budiman.
"Jadi, kasus sesungguhnya harus ditemukan, sehingga pemerintah dapat memberikan layanan dengan maksimal. Jangan anggap kasus ini seperti sudah selesai (dengan turunnya kasus), kalau mikirnya gitu ada dampak jangka panjang yang harus diterima dan ini tanggung jawab pemerintah," terangnya.
Di sisi lain, Dicky meyakini bahwa banyak data di masyarakat secara real yang tidak tercover Kemenkes. Misalnya, data di daerah-daerah yang mungkin masyarakatnya masih mengonsumsi obat berpotensi sebabkan gangguan ginjal akut, karena tidak terpapar informasi secara menyeluruh.
tulis komentar anda