Digemari Kalangan Milenial, Konsep Co-living Lebih Efisien
Rabu, 08 Juli 2020 - 11:41 WIB
"Di negara lain, co-living biasanya disebut hostile. Rumah tinggal tetap menjadi kebutuhan primer bagi setiap orang. Kalau co-living sifatnya temporary," kata Ali.
Laporan terbaru dari Jones Lang LaSalle (JLL), perusahaan riset dan manajemen properti, menyebutkan, cepatnya proses urbanisasi telah mengubah cara berhuni dan tempat tinggal. Penerimaan masyarakat terhadap prinsip ekonomi saling berbagi berhasil menjadikan sektor kehidupan sebagai pendorong pengembangan alternatif hunian. (Baca juga: Pentingnya Tetap Bergerak Aktif di Masa Pandemi Covid-19)
"Kami melihat semakin intensifnya permintaan terhadap alternatif hunian yang terjangkau di seluruh kota Asia Pasifik," tutur Rohit Hemnani, Head of Alternatives Capital Market JLLL Asia Pacific.
Menurutnya, populasi anak muda yang besar serta proses urbanisasi di Indonesia yang sangat cepat mendorong terjadinya pertumbuhan permintaan untuk model hunian co-living.
Selain itu, hunian co-living menjadi bentuk hunian modern, di mana setiap penghuni diminta berbagi ruang dan fasilitas, juga berbagi minat, keterampilan, sumber daya, nilai, dan impian mereka dengan inspirator lainnya.
Di sisi lain, perusahaan penyedia ruang kerja bersama (co-working space) terbesar di Indonesia, CoHive, mulai berekspansi ke bisnis properti hunian dengan menghadirkan produk co-living pertamanya di Tower Crest West Vista, Jakarta Barat.
"CoHive menawarkan gaya hidup perkotaan berfasilitas lengkap dengan harga terjangkau. CoHive menyediakan lingkungan tempat tinggal yang mendorong terciptanya kolaborasi di antara para anggotanya melalui berbagi ruang komunal," tutur Jason Lee, CEO CoHive.
Apartemen The Parc SouthCity juga telah mengembangkan co-living. "Pada konsep co-living yang kami tawarkan memberi kesempatan bagi para penghuni untuk berkomunitas dan berkolaborasi, tetapi tetap mengutamakan kenyamanan," ucap Associate Director SouthCity Stevie Faverius. (Lihat videonya: Ular piton 2,5 Meter Tutupi Saluran Air di Cilegon)
Menurut Stevie, pihaknya memiliki program yang bisa meringankan milenial dalam memiliki hunian apartemen. Salah satunya program nabung DP. "Melalui program ini, milenial hanya perlu mencicil DP 20% atau sekitar Rp3,3 jutaan hingga 24 kali. Setelah itu dilanjutkan dengan mencicil KPA sebesar Rp3 juta per bulan, yang artinya dalam satu hari konsumen hanya perlu menyisihkan Rp99.000," ujarnya. (Aprilia S Andyna)
Faktor Pendorong Co-living Jadi Favorit Milenial
Laporan terbaru dari Jones Lang LaSalle (JLL), perusahaan riset dan manajemen properti, menyebutkan, cepatnya proses urbanisasi telah mengubah cara berhuni dan tempat tinggal. Penerimaan masyarakat terhadap prinsip ekonomi saling berbagi berhasil menjadikan sektor kehidupan sebagai pendorong pengembangan alternatif hunian. (Baca juga: Pentingnya Tetap Bergerak Aktif di Masa Pandemi Covid-19)
"Kami melihat semakin intensifnya permintaan terhadap alternatif hunian yang terjangkau di seluruh kota Asia Pasifik," tutur Rohit Hemnani, Head of Alternatives Capital Market JLLL Asia Pacific.
Menurutnya, populasi anak muda yang besar serta proses urbanisasi di Indonesia yang sangat cepat mendorong terjadinya pertumbuhan permintaan untuk model hunian co-living.
Selain itu, hunian co-living menjadi bentuk hunian modern, di mana setiap penghuni diminta berbagi ruang dan fasilitas, juga berbagi minat, keterampilan, sumber daya, nilai, dan impian mereka dengan inspirator lainnya.
Di sisi lain, perusahaan penyedia ruang kerja bersama (co-working space) terbesar di Indonesia, CoHive, mulai berekspansi ke bisnis properti hunian dengan menghadirkan produk co-living pertamanya di Tower Crest West Vista, Jakarta Barat.
"CoHive menawarkan gaya hidup perkotaan berfasilitas lengkap dengan harga terjangkau. CoHive menyediakan lingkungan tempat tinggal yang mendorong terciptanya kolaborasi di antara para anggotanya melalui berbagi ruang komunal," tutur Jason Lee, CEO CoHive.
Apartemen The Parc SouthCity juga telah mengembangkan co-living. "Pada konsep co-living yang kami tawarkan memberi kesempatan bagi para penghuni untuk berkomunitas dan berkolaborasi, tetapi tetap mengutamakan kenyamanan," ucap Associate Director SouthCity Stevie Faverius. (Lihat videonya: Ular piton 2,5 Meter Tutupi Saluran Air di Cilegon)
Menurut Stevie, pihaknya memiliki program yang bisa meringankan milenial dalam memiliki hunian apartemen. Salah satunya program nabung DP. "Melalui program ini, milenial hanya perlu mencicil DP 20% atau sekitar Rp3,3 jutaan hingga 24 kali. Setelah itu dilanjutkan dengan mencicil KPA sebesar Rp3 juta per bulan, yang artinya dalam satu hari konsumen hanya perlu menyisihkan Rp99.000," ujarnya. (Aprilia S Andyna)
Faktor Pendorong Co-living Jadi Favorit Milenial
tulis komentar anda