Jadi Pekerjaan Impian, Ini Tantangan Berprofesi di Industri Travel
Sabtu, 10 Desember 2022 - 23:55 WIB
JAKARTA - Bekerja di industri travel merupakan pekerjaan impian banyak orang. Pasalnya, pekerjaan tersebut terlihat menyenangkan lantaran bisa membuat siapa saja keliling dunia dan mendapatkan uang.
Meski terdengar dan terlihat menyenangkan, untuk bisa berkecimpung dalam dunia travel tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Sama seperti profesi lain, Anda perlu bekerja keras dan memiliki skill khusus agar bisa terjun ke industri ini.
“Sebenarnya kerja di dunia traveler itu terutama di tour leader ya, orang mungkin liatnya Jalan-jalan gratis nih dibayar pula. Gampang nih kayaknya. Tapi nggak semudah itu,” kata Donny Rizanto seorang travel enthusiast yang juga berprofesi tour leader dalam Podcast Aksi Nyata dikutip dari kanal YouTube Parta Perindo, Sabtu, (10/12/2022).
“Kadang-kadang kita nggak tau ya di dalam perjalanan itu menemukan kendala apa. Chma memang selama hobi kita disitu dan kita niatnya mau beribadah jadi berkah akan datang dengan sendirinya,” sambungnya.
Tak bisa dipungkiri, setiap profesi tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan uang. Meski begitu, baik berprofesi dalam industri travel maupun lainnya, harus melakukannya dengan enjoy dan seprofesional mungkin. Hal itu menurutnya agar, profesi yang dijalani tidak dianggap menjadi beban. Dengan begitu uang akan mengikuti dengan sendirinya.
“Kita nggak perlu ngarep oh ini ini. Ya kalau memang namanya kerja, yang penting kita make sure tamu yang kita bawa itu baik-baik saja dan happy dan mereka juga nggak bakal hitung-hitungan kok,” jelas Donny.
Dalam kesempatan tersebut, Donny juga menyebut, meskipun harus berkali-kali terbang ke berbagai negara karena profesinya itu, ia mengaku tak pernah merasa jet lag ataupun shock culture. Pasalnya, selain karena menikmati profesinya itu, setiap negara yang ia kunjungi tentu memberikan pengalaman menarik tersendiri.
“Mungkin kalau kaya profesi aku, karena kita kan sebagai tour leader, kita sering pergi ke satu negara berkali-kali. Jadi udah nggak ada tuh kaya shock culture,” ungkap Donny.
“Mungkin buat kita sudah bisa mengatasi yang namanya jet lag atau culture shock. Tapi biasanya buat para peserta atau tamu-tamu yang ikut, mereka justru mengalami shock culture itu,” tandasnya.
Meski terdengar dan terlihat menyenangkan, untuk bisa berkecimpung dalam dunia travel tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Sama seperti profesi lain, Anda perlu bekerja keras dan memiliki skill khusus agar bisa terjun ke industri ini.
“Sebenarnya kerja di dunia traveler itu terutama di tour leader ya, orang mungkin liatnya Jalan-jalan gratis nih dibayar pula. Gampang nih kayaknya. Tapi nggak semudah itu,” kata Donny Rizanto seorang travel enthusiast yang juga berprofesi tour leader dalam Podcast Aksi Nyata dikutip dari kanal YouTube Parta Perindo, Sabtu, (10/12/2022).
“Kadang-kadang kita nggak tau ya di dalam perjalanan itu menemukan kendala apa. Chma memang selama hobi kita disitu dan kita niatnya mau beribadah jadi berkah akan datang dengan sendirinya,” sambungnya.
Tak bisa dipungkiri, setiap profesi tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan uang. Meski begitu, baik berprofesi dalam industri travel maupun lainnya, harus melakukannya dengan enjoy dan seprofesional mungkin. Hal itu menurutnya agar, profesi yang dijalani tidak dianggap menjadi beban. Dengan begitu uang akan mengikuti dengan sendirinya.
“Kita nggak perlu ngarep oh ini ini. Ya kalau memang namanya kerja, yang penting kita make sure tamu yang kita bawa itu baik-baik saja dan happy dan mereka juga nggak bakal hitung-hitungan kok,” jelas Donny.
Dalam kesempatan tersebut, Donny juga menyebut, meskipun harus berkali-kali terbang ke berbagai negara karena profesinya itu, ia mengaku tak pernah merasa jet lag ataupun shock culture. Pasalnya, selain karena menikmati profesinya itu, setiap negara yang ia kunjungi tentu memberikan pengalaman menarik tersendiri.
“Mungkin kalau kaya profesi aku, karena kita kan sebagai tour leader, kita sering pergi ke satu negara berkali-kali. Jadi udah nggak ada tuh kaya shock culture,” ungkap Donny.
“Mungkin buat kita sudah bisa mengatasi yang namanya jet lag atau culture shock. Tapi biasanya buat para peserta atau tamu-tamu yang ikut, mereka justru mengalami shock culture itu,” tandasnya.
(dra)
tulis komentar anda