Sub Varian Omicron BF.7 Tak Tembus Antibodi Masyarakat Indonesia, Menkes Budi: Imunitas Kita Luar Biasa
Selasa, 03 Januari 2023 - 14:55 WIB
JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan Sub Varian Omicron tidak dapat menembus sistem kekebalan tubuh (antibodi) masyarakat Indonesia. Hal tersebut, terlihat dari jumlah kasus yang dikatakan tidak ada peningkatan.
Meskipun negara tetangga, Cina sedang mengalami kenaikan kasus Covid-19 akibat Sub Varian Omicron dan BA.2.75. Sub Varian Omicron hadir di Indonesia memang diketahui sejak bulan Oktober 2022 lalu, yang jumlah terkahirnya terkonfirmasi sebanyak 15 kasus.
Sejauh ini, ada tiga Sub Varian Omicron memicu terjadinya gelombang Covid-19 di Cina antara lain BA.5, BF.7, dan BA.2.75. Menurutnya, Sub Varian Omicron dianggap kuat di Cina ternyata kalah di Indonesia.
"Yang BF 7 tidak ada pergerakan yang berarti, jadi ini kayak premanisme ada satu suku kuat lainnya kalah. Nah Indonesia BA.5 itu paling kuat, kedua BA.2.75 yang kalah BF.7, kalau di China BA.5 sebenarnya kuat dan BF.7 kuat baru BA.2.75, ini membuktikan apa? bahwa memang varian-varian baru itu nggak bisa menembus sistem pertahanan (antibodi) masyarakat kita," jelas Menkes Budi saat ditemui wartawan di Masjid At Tanwir di Jakarta, Selasa (3/1/2023).
Menurutnya, antibodi yang didapatkan masyarakat tidak lepas dari peran vaksinasi Covid-19. Manfaatnya bisa dirasakan yaitu mampu terhindar dari kegawatdaruratan atau terinfeksi Sub Varian Omicron yang hadir.
"Jadi pada masa perang kita harus tahu musuhnya siapa dan kita mesti kuat sistem pertahanan. Kita alhamdulillah rejeki anak sholeh, imunitas kita luar biasa kuat kombinasi dari vaksinasi dan infeksi, jadi ada secara buatan kita suntik tapi ada secara alamiah memang terjaga," ucap Budi.
Seperti diketahui, virus SARs-COV-2 dikatakan terus bermutasi dengan memunculkan berbagai varian baru, seperti Delta, BA.4 dan BA.5, dan kini XBB dan BQ.1. Menurut Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril bermutasi bagi sebuah virus merupakan hal yang alami.
"Virus ini (SARS-CoV-2) bermutasi terus dari yang alpha, beta sampai ke omicron. Jadi kita sudah terbiasa dengan mutasi ini, yang merupakan alami dari suatu mahkluk hidup," tutur dr. Syahril beberapa waktu yang lalu.
Meskipun negara tetangga, Cina sedang mengalami kenaikan kasus Covid-19 akibat Sub Varian Omicron dan BA.2.75. Sub Varian Omicron hadir di Indonesia memang diketahui sejak bulan Oktober 2022 lalu, yang jumlah terkahirnya terkonfirmasi sebanyak 15 kasus.
Sejauh ini, ada tiga Sub Varian Omicron memicu terjadinya gelombang Covid-19 di Cina antara lain BA.5, BF.7, dan BA.2.75. Menurutnya, Sub Varian Omicron dianggap kuat di Cina ternyata kalah di Indonesia.
"Yang BF 7 tidak ada pergerakan yang berarti, jadi ini kayak premanisme ada satu suku kuat lainnya kalah. Nah Indonesia BA.5 itu paling kuat, kedua BA.2.75 yang kalah BF.7, kalau di China BA.5 sebenarnya kuat dan BF.7 kuat baru BA.2.75, ini membuktikan apa? bahwa memang varian-varian baru itu nggak bisa menembus sistem pertahanan (antibodi) masyarakat kita," jelas Menkes Budi saat ditemui wartawan di Masjid At Tanwir di Jakarta, Selasa (3/1/2023).
Baca Juga
Menurutnya, antibodi yang didapatkan masyarakat tidak lepas dari peran vaksinasi Covid-19. Manfaatnya bisa dirasakan yaitu mampu terhindar dari kegawatdaruratan atau terinfeksi Sub Varian Omicron yang hadir.
"Jadi pada masa perang kita harus tahu musuhnya siapa dan kita mesti kuat sistem pertahanan. Kita alhamdulillah rejeki anak sholeh, imunitas kita luar biasa kuat kombinasi dari vaksinasi dan infeksi, jadi ada secara buatan kita suntik tapi ada secara alamiah memang terjaga," ucap Budi.
Seperti diketahui, virus SARs-COV-2 dikatakan terus bermutasi dengan memunculkan berbagai varian baru, seperti Delta, BA.4 dan BA.5, dan kini XBB dan BQ.1. Menurut Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril bermutasi bagi sebuah virus merupakan hal yang alami.
"Virus ini (SARS-CoV-2) bermutasi terus dari yang alpha, beta sampai ke omicron. Jadi kita sudah terbiasa dengan mutasi ini, yang merupakan alami dari suatu mahkluk hidup," tutur dr. Syahril beberapa waktu yang lalu.
(hri)
tulis komentar anda