Nano Riantiarno Pendiri Teater Koma Meninggal usai Berjuang Melawan Kanker
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nano Riantiarno , pendiri Teater Koma meninggal dunia usai berjuang melawan kanker paru-paru . Pemilik nama asli Norbertus Riantiarno ini awalnya mengidap tumor, kemudian didagnosa dokter mengidap kanker .
Rangga Bhuana, anak Nano mengatakan bahwa sang ayah sempat batuk-batuk. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kanker yang diidap Nano sempat membuatnya kesulitan bernapas.
"Setelahnya pulang dari rumah sakit, tiba-tiba awal Desember batuk-batuk, rontgen 3 Desember, ternyata ada penyebaran ke paru-paru," kata Rangga di rumah duka di kawasan Bintaro, Jumat (20/1/2023).
"Dipastikan lagi sejak dibawa ke ICU Dharmais tanggal 27 Desember, teliti lewat rontgen, diambil cairan paru-paru. Itu yang bikin sesak napas, ya memang kondisinya kanker," sambungnya.
Sebelum meninggal dunia, Nano sempat mejalani perawatan intensif di Rumah Sakit Fatmawati pada 23 Desember 2022. Dia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Dharmais pada 27 Desember 2022.
"Iya dari hari Senin sudah di sini (rumah). Memang kondisinya, secara perlahan menurun. Kalau dibilang sakit ada, karena kelamaan berbaring. Bagian bokongnya agak sakit, lecet. Karena di paru-paru, jadinya sesak," jelas Rangga.
"Boleh pulang tetap membawa selang untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru. Itu sedikit membantu. Ya pada akhirnya napasnya deg-degan sampai ke paru-paru masih jelek," lanjutnya.
Nano, diungkap Rangga juga kesulitan bergerak meski di kasur lantaran kanker paru-paru yang diidapnya itu.
"Pada akhirnya karena kena paru-paru nafasnya jelek, jadi sulit juga karena bergerak di kasur cukup sulit," pungkasnya.
Nano Riantiarno meninggal dunia hari ini, Jumat (20/1/2023) di kediamannya pukul 06.58 WIB. Saat ini jenazah Nano sedang disemayamkan di rumah duka.
Rangga Bhuana, anak Nano mengatakan bahwa sang ayah sempat batuk-batuk. Berdasarkan hasil pemeriksaan, kanker yang diidap Nano sempat membuatnya kesulitan bernapas.
"Setelahnya pulang dari rumah sakit, tiba-tiba awal Desember batuk-batuk, rontgen 3 Desember, ternyata ada penyebaran ke paru-paru," kata Rangga di rumah duka di kawasan Bintaro, Jumat (20/1/2023).
"Dipastikan lagi sejak dibawa ke ICU Dharmais tanggal 27 Desember, teliti lewat rontgen, diambil cairan paru-paru. Itu yang bikin sesak napas, ya memang kondisinya kanker," sambungnya.
Sebelum meninggal dunia, Nano sempat mejalani perawatan intensif di Rumah Sakit Fatmawati pada 23 Desember 2022. Dia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Dharmais pada 27 Desember 2022.
"Iya dari hari Senin sudah di sini (rumah). Memang kondisinya, secara perlahan menurun. Kalau dibilang sakit ada, karena kelamaan berbaring. Bagian bokongnya agak sakit, lecet. Karena di paru-paru, jadinya sesak," jelas Rangga.
"Boleh pulang tetap membawa selang untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru. Itu sedikit membantu. Ya pada akhirnya napasnya deg-degan sampai ke paru-paru masih jelek," lanjutnya.
Nano, diungkap Rangga juga kesulitan bergerak meski di kasur lantaran kanker paru-paru yang diidapnya itu.
"Pada akhirnya karena kena paru-paru nafasnya jelek, jadi sulit juga karena bergerak di kasur cukup sulit," pungkasnya.
Nano Riantiarno meninggal dunia hari ini, Jumat (20/1/2023) di kediamannya pukul 06.58 WIB. Saat ini jenazah Nano sedang disemayamkan di rumah duka.
(dra)