Mempertahankan Jati Diri dalam Bermusik Jadi Tantangan Para Musisi saat Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dua penyanyi idola muda, Ardhito Pramono dan Igditaf berbagi kisah pengalaman menjalani karier di industri musik Tanah Air. Bagi mereka berdua, tidaklah mudah mengawali karier sebagai penyanyi, terutama dari sisi idealisme dan kejujuran dalam berekspresi.
Dalam paparannya, Ardhito dan Igditaf menyampaikan berbagai pandangan, analisa, serta solusi terkait pengembangan industri musik demi melahirkan insight baru terhadap dunia hiburan Tanah Air.
Ardhito mengungkapkan bahwa kendala dirinya sebagai musisi selama ini adalah tidak leluasa mengekspresikan diri saat memproduksi sebuah lagu. Pasalnya, seorang musisi seringkali terusik pada komersial lagu dibandingkan kejujuran dalam berekspresi.
Baca juga: Gigi Bakal Tonjolkan Konsep 360 dalam Tur Konser Ulang Tahun di 5 Kota
Sebagai musisi profesional, Ardhito dihadapkan pada kebutuhan pasar dan ideologinya bermusik. Meski ingin membuat karya sesuai dengan keinginan, tetap harus dipertimbangkan laku dan tidak musik itu di khalayak.
"Kendala di industri musik sih sering banget kita. Gue sih sempet alamin, maksudnya dalam sebuah penulisan lagu yang kita ekspresikan bukan sebuah idealisme atau kekuasaan dalam menciptakan sebuah karya atau menulis sebuah karya, melainkan numbers," tutur Ardhito dalam diskusi Indonesia Entertainment Outlook 2023 di kawasan Bengkel SCBD, Jakarta Selatan, Kamis (2/2/2023).
"Itu yang kadang-kadang akan mengganggu kinerja kita untuk mampu berpuluh-puluh kali gitu untuk memainkan lagu yang sebenarnya kita enggak suka dan nge-please bukan dirinya sendiri," lanjut penyanyi kelahiran Jakarta, 22 Mei 1995 ini.
Dia pun memberikan contoh saat dirinya berpura-pura memainkan genre musik rock, meski tidak menyukainya. Ardhito sendiri sangat menggemari musik jazz.
"Bersamaan dengan itu, gue bikin lagu jazz, Danilla muncul dan diterima. Oke nih, karena Danilla bisa, gue juga memberanikan diri," ungkapnya.
Kendati demikian, Ardhito sadar lagu-lagu jazz kala itu masih sulit diterima di banyak kalangan. Namun, persepsinya berubah ketika melihat debut album Danilla berjudul Telisik pada 2014.
Senada dengan Ardhito, Igditaf juga kerap memikirkan segi idealisme dibandingkan komersial dalam lagu. "Untuk orang-orang kayak aku atau mungkin musisi juga kayak Kak Ditho pasti kita tuh lebih ada idealismenya gitu loh," ujarnya.
"Yang paling penting dari kita itu kan bukan engagement, tapi yang penting untuk kita berdua itu community gitu. Maksudnya, community kita itu udah pasti mau nerima, mau nelen apa aja yang kita kasih, dimakan gitu," sambung wanita dengan nama asli Brigitta Sriulina Beru Meliala.
Igditaf pun menyebutkan jika mempertahankan jati diri dalam bermusik merupakan tantangan para musisi saat ini. "Tiap tahun itu akan ada banyak banget musisi pendatang baru, orang-orang baru, dan mereka punya sesuatu yang dibawa ke industri dan harapannya berbeda gitu," kata dia.
"Nah gimana caranya terus menjadi beda, dan bagi yang sudah ada di industri yang masih berjuang, yang lagi berjuang, gimana caranya kita tetap ngegali diri sendiri, musiknya kita ubah lagi, kita beri warna baru tapi itu tetap Idgitaf gitu," katanya lagi.
Sementara itu, selain karyanya memang disukai pendengar kalangan muda, Ardhito Pramono dan Igditaf juga diuntungkan dengan kehadiran media sosial. Lewat platform musik digital ini, sang musisi bisa memperkenalkan musiknya ke jangkauan lebih luas.
Hal itu pun menjadi topik dalam pembahasan di acara Eventori Universe. Di mana, setiap orang bisa memanfaatkan media sosial menjadi jembatan berkarya.
Baca juga: 7 Lagu Cigarettes After Sex yang Wajib Didengerin sebelum ke Konser
"Masa depan industri hiburan Indonesia bisa kita genggam bersama. Menyatukan semua elemen baik dari segi pelaku, penggemar, dan penyelenggara," tukas CEO Eventori, Fary Farghob.
Dalam paparannya, Ardhito dan Igditaf menyampaikan berbagai pandangan, analisa, serta solusi terkait pengembangan industri musik demi melahirkan insight baru terhadap dunia hiburan Tanah Air.
Ardhito mengungkapkan bahwa kendala dirinya sebagai musisi selama ini adalah tidak leluasa mengekspresikan diri saat memproduksi sebuah lagu. Pasalnya, seorang musisi seringkali terusik pada komersial lagu dibandingkan kejujuran dalam berekspresi.
Baca juga: Gigi Bakal Tonjolkan Konsep 360 dalam Tur Konser Ulang Tahun di 5 Kota
Sebagai musisi profesional, Ardhito dihadapkan pada kebutuhan pasar dan ideologinya bermusik. Meski ingin membuat karya sesuai dengan keinginan, tetap harus dipertimbangkan laku dan tidak musik itu di khalayak.
"Kendala di industri musik sih sering banget kita. Gue sih sempet alamin, maksudnya dalam sebuah penulisan lagu yang kita ekspresikan bukan sebuah idealisme atau kekuasaan dalam menciptakan sebuah karya atau menulis sebuah karya, melainkan numbers," tutur Ardhito dalam diskusi Indonesia Entertainment Outlook 2023 di kawasan Bengkel SCBD, Jakarta Selatan, Kamis (2/2/2023).
"Itu yang kadang-kadang akan mengganggu kinerja kita untuk mampu berpuluh-puluh kali gitu untuk memainkan lagu yang sebenarnya kita enggak suka dan nge-please bukan dirinya sendiri," lanjut penyanyi kelahiran Jakarta, 22 Mei 1995 ini.
Dia pun memberikan contoh saat dirinya berpura-pura memainkan genre musik rock, meski tidak menyukainya. Ardhito sendiri sangat menggemari musik jazz.
"Bersamaan dengan itu, gue bikin lagu jazz, Danilla muncul dan diterima. Oke nih, karena Danilla bisa, gue juga memberanikan diri," ungkapnya.
Kendati demikian, Ardhito sadar lagu-lagu jazz kala itu masih sulit diterima di banyak kalangan. Namun, persepsinya berubah ketika melihat debut album Danilla berjudul Telisik pada 2014.
Senada dengan Ardhito, Igditaf juga kerap memikirkan segi idealisme dibandingkan komersial dalam lagu. "Untuk orang-orang kayak aku atau mungkin musisi juga kayak Kak Ditho pasti kita tuh lebih ada idealismenya gitu loh," ujarnya.
"Yang paling penting dari kita itu kan bukan engagement, tapi yang penting untuk kita berdua itu community gitu. Maksudnya, community kita itu udah pasti mau nerima, mau nelen apa aja yang kita kasih, dimakan gitu," sambung wanita dengan nama asli Brigitta Sriulina Beru Meliala.
Igditaf pun menyebutkan jika mempertahankan jati diri dalam bermusik merupakan tantangan para musisi saat ini. "Tiap tahun itu akan ada banyak banget musisi pendatang baru, orang-orang baru, dan mereka punya sesuatu yang dibawa ke industri dan harapannya berbeda gitu," kata dia.
"Nah gimana caranya terus menjadi beda, dan bagi yang sudah ada di industri yang masih berjuang, yang lagi berjuang, gimana caranya kita tetap ngegali diri sendiri, musiknya kita ubah lagi, kita beri warna baru tapi itu tetap Idgitaf gitu," katanya lagi.
Sementara itu, selain karyanya memang disukai pendengar kalangan muda, Ardhito Pramono dan Igditaf juga diuntungkan dengan kehadiran media sosial. Lewat platform musik digital ini, sang musisi bisa memperkenalkan musiknya ke jangkauan lebih luas.
Hal itu pun menjadi topik dalam pembahasan di acara Eventori Universe. Di mana, setiap orang bisa memanfaatkan media sosial menjadi jembatan berkarya.
Baca juga: 7 Lagu Cigarettes After Sex yang Wajib Didengerin sebelum ke Konser
"Masa depan industri hiburan Indonesia bisa kita genggam bersama. Menyatukan semua elemen baik dari segi pelaku, penggemar, dan penyelenggara," tukas CEO Eventori, Fary Farghob.
(nug)