Mengenal Rekonstruksi Implan dan Flap untuk Kembalikan Organ Hilang pada Pasien Kanker Payudara
loading...
A
A
A
Berbeda dengan implan, flap tidak akan pecah, bocor, atau mengeras dan bersifat permanen. Tingkat keberhasilannya pun sangat tinggi, yakni 99 persen jika ditangani oleh tenaga medis yang sangat berpengalaman.
Bahkan, dr. Mohamad Rachadian mengungkapkan salah satu kemajuan teknologi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, di mana para dokter bedah di beberapa negara dapat menciptakan sensitivitas payudara pada prosedur rekonstruksi flap.
Untuk mendapatkan sensitivitas payudara yang hilang pascaoperasi kanker payudara, dokter bedah akan menggunakan “kabel saraf” dari kaki untuk dipasang di payudara.
Meski terdengar ngeri, namun prosedur ini telah dilakukan oleh banyak perempuan penderita kanker payudara di beberapa negara untuk kembali mendapatkan payudara yang “hidup”.
“Nah, ini saya ceritakan, kemajuan teknologi, mungkin 5 tahun terakhir ya, sudah bisa mengambil namanya kabel saraf dari orang-orang yang sudah meninggal. Memang nggak cukup besar (operasinya), namun memang cukup menambah sayatan di kaki untuk mengambil saraf di kaki. Kira-kira sayatannya bisa 10 sentimeter, dan disatukan ke flap dan inti sarafnya menjadi terasa, bisa sensitif lagi sarafnya,” paparnya.
Namun, menurut dr. Mohamad Rachadian, kebanyakan prosedur di beberapa negara tersebut menggunakan kabel saraf dari kaki orang yang sudah meninggal. Sehingga, di Indonesia sendiri prosedur ini belum pernah dilakukan, mengingat penambahan sayatan di bagian kaki untuk mengambil kabel saraf tersebut makin membuat pasien kanker payudara di Indonesia bergidik duluan.
“Tapi memang di Indonesia masyarakatnya belum mau, karena apa? Karena tidak mau menambah sayatan baru di kaki. Kalau di luar negeri kan nggak perlu dilakukan sayatan tersebut, karena mereka mengambil kabel saraf tersebut di kaki orang yang sudah meninggal, kemudian diproses, dipakai pasien,” pungkasnya.
(tsa)