Soal Pencegahan Virus Marburg, Dinkes DKI: Kurangi Kontak dengan Kelelawar

Rabu, 22 Februari 2023 - 11:14 WIB
loading...
Soal Pencegahan Virus Marburg, Dinkes DKI: Kurangi Kontak dengan Kelelawar
Dinkes DKI Jakarta menyampaikan sejumlah langkah pencegahan agar bisa meminimalisir penularan virus Marburg dari hewan ke manusia, diantaranya kurangi kontak dengan kelelawar. Foto/Ilustrasi/News Medical
A A A
JAKARTA - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta menyampaikan sejumlah langkah pencegahan agar bisa meminimalisir penularan virus Marburg dari hewan ke manusia dan manusia ke manusia.

Kepala Seksi Surveilans Epidemiolog dan Imunisasi Dinkes Provinsi DKI Jakarta, dr Ngabila Salama menjelaskan bahwa penularan virus Marburg sejauh ini diketahui dari binatang kelelawar.

Menurutnya, salah satu langkah pencegahan agar tak tertular adalah dengan cara mengurangi kontak dengan kelelawar reservoir virus Marburg.

Apabila seseorang harus mengunjungi habitat kelelawar, maka dapat menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker. Ditambah juga, tetap mengonsumsi makanan yang sudah pasti matang.



"Mengurangi kontak dengan kelelawar reservoir virus Marburg, kalau seseorang harus mengunjungi area habitat kelelawar, maka menggunakan sarung tangan dan alat pelindung lainnya seperti masker," ujar dr Ngabila kepada MNC Portal, Rabu (22/2/2203).

"Konsumsi daging secara matang, termasuk saat di daerah wabah virus Marburg. Menghindari kontak dengan orang yang dicurigai atau terinfeksi termasuk cairan tubuhnya," tambahnya.

Sehubungan dengan ini, ia juga mengatakan ada tatalaksana untuk tenaga kesehatan (nakes) sesuai dengan aturan PPI. Seperti menggunakan APD, kendatinya ia juga mengingatkan agar rutin mencuci tangan setelah kunjungan ke orang sakit.

"Bagi petugas kesehatan, terapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI). Mencuci tangan secara rutin terutama ketika mengunjungi seseorang yang sakit atau setelah melakukan penanganan terhadap orang yang sakit di rumah," jelas dr Ngabila.

"Melakukan tatalaksana penanganan sampel cairan dan jaringan tubuh penderita penyakit virus Marburg dengan sangat hati-hati dan sesuai dengan PPI," tambahnya.

Seperti diketahui, penyebaran virus Marburg sejauh ini hanya berada di Guinea. Meski begitu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tetap memantau potensi 'terbawanya' virus Marburg ke Indonesia melalui pelaku perjalanan.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) virus Marburg pertama kali muncul pada tahun 1967. Ketika lebih dari dua lusin kasus demam berdarah pertama kali muncul di Jerman.

Dengan demikian, sejauh ini belum ada vaksin untuk virus Marburg. Sementara untuk pengobatannya, dia mengatakan belum ada secara spesifik buat Marburg. Namun, bisa mencegah gejala berat jika terinfeksi.

"Belum ada vaksin untuk mencegah virus Marburg. Sampai saat ini belum ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit virus Marburg. Pengobatan lebih bersifat suportif dan mengobati gejala (simptomatif)," ucap dr Ngabila.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2017 seconds (0.1#10.140)