Usung Tema Matrajiva, Pagelaran Seni Kontemporer Artina Hadirkan Karya 22 Seniman Tanah Air
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pagelaran seni kontemporer Artina (art: seni; ina: Indonesia) kembali memulai edisi terbaru kedua dengan mengusung tema matrajiva (matra: dimensi; jiva: spirit/ruh).
Seperti pada tahun sebelumnya, Artina fokus memberikan ruang pamer seni pada beragam ekspresi artistik yang merepresentasikan berbagai dimensi spiritualitas maupun religiusitas dalam kehidupan masyarakat.
Untuk pameran seni tahun ini melibatkan 22 seniman individual dan kolektif lintas disiplin yang menampilkan puluhan karya dalam wujud dan dimensi beragam.
Seniman yang terlibat di antaranya, A. D. Pirous, Monica Hapsari, Agnes Christina, Nadiah Bamadhaj, Agung Kurniawan, Natasha Tontey, Agus Suwage, Ni Nyoman Sani, Ahmad Sadali, dan Nyoman Nuarta.
Selain itu, ada juga Arahmaiani, Riar Rizaldi, Asmara Wreksono, Riri Reza & Mira Lesmana, Edward Hutabarat, Rubi Roesli, Gregorius Sidharta Soegijo, Samuel Indratma, I Made Somadita, Widayat, Lintang Raditya, dan Yori Antar & Rumah Asuh.
“Tema matrajiva terinspirasi dari keragaman budaya nusantara yang sarat akan nilai-nilai spiritual. Tak hanya itu, kami melihat saat ini seni menjadi manifestasi dari kepercayaan pada sesuatu yang lebih besar dari dalam diri manusia, sekaligus memanifestasikan tanggung jawab sosial seniman terhadap lingkungan dan masyarakatnya," kata Heri Pemad, Inisiator dan Direktur Artistik Artina di Sarinah, Jumat (3/3/2023).
Heri Pemad menjelaskan pameran ini penuh muatan edukasi karena belajar lewat seni yang dihadirkan 20 seniman terlebih pengunjung semakin senang dengan konten yang ada didalam pameran kita bicara apapun disana dengan tren atau yang dialami generasi sekarang
“Saat ini mulai sangat kelihatan pameran berjubel setiap hari libur pengunjung berjubel disini juga tiap Sabtu minggu kunjungan padat sepadan anak muda dan keluarga. Lalu kenapa ini bayar karena dengan bayar belajar edukasi dan bisa menghargai karya seniman kita,” ucapnya.
Adapun untuk Artina edisi kedua menggandeng dua Kurator, Agung Hujatnika dan Bob Edrian dalam penyelenggaraannya.Kedua tokoh melakukan kurasi berbagai aspek dengan cermat untuk menampilkan bagaimana spiritualitas dan religiusitas menyatu dengan nilai-nilai moral, dalam kebudayaan dan kesenian di Indonesia.
"Kami berupaya menampilkan ekspresi ‘spiritualitas Nusantara’ yang ekspansif dan multifaset. Perluasan mutakhir spiritualitas ini merepresentasikan adanya wilayah-wilayah irisan maupun persilangan antara agama, sains, humanisme, filsafat, aliran, kepercayaan, teknologi dan kesenian tradisional Nusantara," jelas Agung Hujatnika.
Seperti pada tahun sebelumnya, Artina fokus memberikan ruang pamer seni pada beragam ekspresi artistik yang merepresentasikan berbagai dimensi spiritualitas maupun religiusitas dalam kehidupan masyarakat.
Untuk pameran seni tahun ini melibatkan 22 seniman individual dan kolektif lintas disiplin yang menampilkan puluhan karya dalam wujud dan dimensi beragam.
Seniman yang terlibat di antaranya, A. D. Pirous, Monica Hapsari, Agnes Christina, Nadiah Bamadhaj, Agung Kurniawan, Natasha Tontey, Agus Suwage, Ni Nyoman Sani, Ahmad Sadali, dan Nyoman Nuarta.
Selain itu, ada juga Arahmaiani, Riar Rizaldi, Asmara Wreksono, Riri Reza & Mira Lesmana, Edward Hutabarat, Rubi Roesli, Gregorius Sidharta Soegijo, Samuel Indratma, I Made Somadita, Widayat, Lintang Raditya, dan Yori Antar & Rumah Asuh.
“Tema matrajiva terinspirasi dari keragaman budaya nusantara yang sarat akan nilai-nilai spiritual. Tak hanya itu, kami melihat saat ini seni menjadi manifestasi dari kepercayaan pada sesuatu yang lebih besar dari dalam diri manusia, sekaligus memanifestasikan tanggung jawab sosial seniman terhadap lingkungan dan masyarakatnya," kata Heri Pemad, Inisiator dan Direktur Artistik Artina di Sarinah, Jumat (3/3/2023).
Heri Pemad menjelaskan pameran ini penuh muatan edukasi karena belajar lewat seni yang dihadirkan 20 seniman terlebih pengunjung semakin senang dengan konten yang ada didalam pameran kita bicara apapun disana dengan tren atau yang dialami generasi sekarang
“Saat ini mulai sangat kelihatan pameran berjubel setiap hari libur pengunjung berjubel disini juga tiap Sabtu minggu kunjungan padat sepadan anak muda dan keluarga. Lalu kenapa ini bayar karena dengan bayar belajar edukasi dan bisa menghargai karya seniman kita,” ucapnya.
Adapun untuk Artina edisi kedua menggandeng dua Kurator, Agung Hujatnika dan Bob Edrian dalam penyelenggaraannya.Kedua tokoh melakukan kurasi berbagai aspek dengan cermat untuk menampilkan bagaimana spiritualitas dan religiusitas menyatu dengan nilai-nilai moral, dalam kebudayaan dan kesenian di Indonesia.
"Kami berupaya menampilkan ekspresi ‘spiritualitas Nusantara’ yang ekspansif dan multifaset. Perluasan mutakhir spiritualitas ini merepresentasikan adanya wilayah-wilayah irisan maupun persilangan antara agama, sains, humanisme, filsafat, aliran, kepercayaan, teknologi dan kesenian tradisional Nusantara," jelas Agung Hujatnika.
(hri)