Kemenparekraf Dorong Penggerak Desa Wisata DPSP Danau Toba Kembangkan Potensi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebanyak 18 desa wisata dari 5 kabupaten penyangga Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Danau Toba membagikan rencana program pengembangan wisatanya. Hal ini disampaikan dalam Biannual Tourism Forum yang digelar di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, beberapa hari lalu.
Para perwakilan desa wisata tersebut memberikan respons positif atas terlaksananya Program Kampanye Sadar Wisata 5.0. Di sini, para penggerak desa wisata distimulasi untuk mengenali potensi dan keunikan desa wisata masing-masing.
Ajang BTF ini juga memiliki tujuan untuk mempertemukan para penggerak pariwisata, aparat desa wisata dengan sejumlah stakeholder yang diharapkan berperan dalam pengembangan pariwisata secara mandiri.
Perwakilan Desa Lumban Silintong, Kabupaten Toba, M. Imron H. Tavadjo mengatakan, sebagai hasil pelatihan, desanya tergerak untuk membuka pantai sebagai salah satu daya tarik wisata.
"Tadinya desa kami belum memiliki pantai. Dengan adanya pelatihan dari Kampanye Sadar Wisata 5.0, kami punya gagasan membuka pantai Lumban Silintong," kata dia dalam keterangan pers Menparekraf/Barekraf, baru-baru ini.
Hal senada juga disampaikan Winda Purnama Sari dari Desa Tongging, Kabupaten Karo. Dia memaparkan bagaimana para pemuda desanya yang semakin tergerak untuk mendorong peningkatan perekonomian desa melalui sektor pariwisata, khususnya setelah dibentuknya Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis.
"Melalui bekal pelatihan dari Kemenparekraf, Desa Wisata Tongging melahirkan Gisitales untuk menjadi wadah sanggar tari yang mengangkat budaya khas Tongging. Setelah terbentuk pada 2022, kami sudah dua kali menjadi tuan rumah event nasional Karo Music Camp," jelas dia.
Sementara, usai pelaksanaan BTF, Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 berlanjut dengan tahapan pendampingan Kemenparekraf melibatkan para pakar, baik dari kalangan akademisi maupun praktisi untuk membantu mengembangkan desa wisata.
Menparekraf/Kabarekraf, Sandiaga Salahuddin Uno dalam kesempatan sebelumnya pernah mengatakan bahwa melalui Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan (P3TB), Kemenparekraf berkomitmen mengambil peran untuk mendukung peningkatan dan penyiapan SDM andal dan profesional di bidang parekraf.
"Di antaranya melalui pelatihan bagi para pelaku pariwisata dari desa-desa wisata," lanjut Menparekraf Sandiaga Uno.
Berjalan sejak tahun lalu di 65 desa wisata, Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 dilanjutkan dengan 90 desa wisata tambahan di 6 Destinasi Pariwisata Prioritas meliputi Danau Toba, Borobudur Yogyakarta Prambanan, Bromo Tengger Semeru, Lombok, Labuan Bajo dan Wakatobi.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Martini M. Paham sempat menyebutkan jika desa wisata didorong untuk menggali potensi yang ikonis dan menarik dari produk-produk wisatanya.
"Desa wisata membutuhkan branding, di antaranya dengan cara mengangkat keunikan lokal," ujar wanita yang akrab disapa Diah ini.
Dalam pembukaan Sosialisasi Sadar Wisata 5.0 di Kabupaten Toba, Direktur Pengembangan SDM Pariwisata Kemenparekraf/Baparekraf, Florida Pardosi mengajak para peserta untuk menghidupkan kembali spirit masyarakat Batak, yang selalu memberikan yang terbaik kepada tamu, dalam hal ini wisatawan yang datang ke desa wisata.
"Anggap semua tamu itu tulang. Kita sudah mampu selalu ingin memberikan yang terbaik buat tamu. Dalam budaya dan adat kita sudah terbiasa seperti itu. Jadi berikan yang terbaik," kata Florida.
Sedangkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toba, Rusti Hutapea menuturkan bahwa Kemenparekraf dan para narasumber hadir di sini untuk membekali dan membantu mengenali potensi wisata yang ada di desa ini.
"Sehingga kita mengerti dan menyadari bagaimana potensi wisata yang ada dapat dikelola untuk menghasilkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Para perwakilan desa wisata tersebut memberikan respons positif atas terlaksananya Program Kampanye Sadar Wisata 5.0. Di sini, para penggerak desa wisata distimulasi untuk mengenali potensi dan keunikan desa wisata masing-masing.
Ajang BTF ini juga memiliki tujuan untuk mempertemukan para penggerak pariwisata, aparat desa wisata dengan sejumlah stakeholder yang diharapkan berperan dalam pengembangan pariwisata secara mandiri.
Perwakilan Desa Lumban Silintong, Kabupaten Toba, M. Imron H. Tavadjo mengatakan, sebagai hasil pelatihan, desanya tergerak untuk membuka pantai sebagai salah satu daya tarik wisata.
"Tadinya desa kami belum memiliki pantai. Dengan adanya pelatihan dari Kampanye Sadar Wisata 5.0, kami punya gagasan membuka pantai Lumban Silintong," kata dia dalam keterangan pers Menparekraf/Barekraf, baru-baru ini.
Hal senada juga disampaikan Winda Purnama Sari dari Desa Tongging, Kabupaten Karo. Dia memaparkan bagaimana para pemuda desanya yang semakin tergerak untuk mendorong peningkatan perekonomian desa melalui sektor pariwisata, khususnya setelah dibentuknya Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis.
"Melalui bekal pelatihan dari Kemenparekraf, Desa Wisata Tongging melahirkan Gisitales untuk menjadi wadah sanggar tari yang mengangkat budaya khas Tongging. Setelah terbentuk pada 2022, kami sudah dua kali menjadi tuan rumah event nasional Karo Music Camp," jelas dia.
Sementara, usai pelaksanaan BTF, Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 berlanjut dengan tahapan pendampingan Kemenparekraf melibatkan para pakar, baik dari kalangan akademisi maupun praktisi untuk membantu mengembangkan desa wisata.
Menparekraf/Kabarekraf, Sandiaga Salahuddin Uno dalam kesempatan sebelumnya pernah mengatakan bahwa melalui Program Pembangunan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan (P3TB), Kemenparekraf berkomitmen mengambil peran untuk mendukung peningkatan dan penyiapan SDM andal dan profesional di bidang parekraf.
"Di antaranya melalui pelatihan bagi para pelaku pariwisata dari desa-desa wisata," lanjut Menparekraf Sandiaga Uno.
Berjalan sejak tahun lalu di 65 desa wisata, Program Kampanye Sadar Wisata 5.0 dilanjutkan dengan 90 desa wisata tambahan di 6 Destinasi Pariwisata Prioritas meliputi Danau Toba, Borobudur Yogyakarta Prambanan, Bromo Tengger Semeru, Lombok, Labuan Bajo dan Wakatobi.
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Martini M. Paham sempat menyebutkan jika desa wisata didorong untuk menggali potensi yang ikonis dan menarik dari produk-produk wisatanya.
"Desa wisata membutuhkan branding, di antaranya dengan cara mengangkat keunikan lokal," ujar wanita yang akrab disapa Diah ini.
Dalam pembukaan Sosialisasi Sadar Wisata 5.0 di Kabupaten Toba, Direktur Pengembangan SDM Pariwisata Kemenparekraf/Baparekraf, Florida Pardosi mengajak para peserta untuk menghidupkan kembali spirit masyarakat Batak, yang selalu memberikan yang terbaik kepada tamu, dalam hal ini wisatawan yang datang ke desa wisata.
"Anggap semua tamu itu tulang. Kita sudah mampu selalu ingin memberikan yang terbaik buat tamu. Dalam budaya dan adat kita sudah terbiasa seperti itu. Jadi berikan yang terbaik," kata Florida.
Sedangkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toba, Rusti Hutapea menuturkan bahwa Kemenparekraf dan para narasumber hadir di sini untuk membekali dan membantu mengenali potensi wisata yang ada di desa ini.
"Sehingga kita mengerti dan menyadari bagaimana potensi wisata yang ada dapat dikelola untuk menghasilkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
(nug)