Ahli Kesehatan Terus Berupaya Turunkan Jumlah Perokok di Tanah Air

Jum'at, 28 April 2023 - 11:19 WIB
loading...
Ahli Kesehatan Terus...
Prevalensi perokok di Indonesia masih cukup tinggi, beragam upaya pun terus dilakukan guna menurunkan jumlah perokok di Tanah Air. / Foto: ilustrasi/ist
A A A
JAKARTA - Prevalensi perokok di Indonesia masih cukup tinggi. Beragam upaya pun terus dilakukan guna menurunkan jumlah perokok di Tanah Air.

Baru-baru ini, sejumlah peneliti dari Universitas Padjadjaran didukung Foundation for a Smoke Free World, Smile Study dan Replica 2.0, menggelar webinar internasional bersama dengan para pakar pengurangan risiko dari berbagai negara.

Para peneliti Universitas Padjadjaran itu sendiri merupakan mitra dari Center of Excellence for the Acceleration of Harm Reduction (CoEHAR).



Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, dr. Ronny Lesmana, dalam diskusi tersebut, menyampaikan bahwa rokok yang menggunakan proses pembakaran menghasilkan berbagai zat berbahaya seperti di antaranya kadmium, radioaktif, polonioum, dan alkaloid. Zat-zat ini memiliki dampak kesehatan.

Dalam penelitian yang dilakukannya, dr. Ronny membeberkan, beta karoten yang banyak tersedia di Indonesia khususnya di dalam sayuran seperti wortel dapat mengurangi dampak pembengkakan yang diakibatkan dari konsumsi rokok.

"Kandungan antioksidan di dalam beta karoten memiliki potensi untuk mengurangi pembengkakan khususnya yang terjadi di berbagai penyakit kardiovaskular," ungkapnya.

Peneliti lain dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, drg. Amaliya M.Sc., PhD, mengutarakan jika jumlah perokok konvensional yang masih tinggi, yaitu sekitar 57 juta orang.

Berkaitan dengan hal tersebut, para ahli kesehatan terus berupaya melakukan edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi risiko yang dihasilkan dari penggunaan rokok konvensional. Salah satunya melalui produk tembakau dan nikotin alternatif bagi perokok dewasa.

"Dalam penelitian, rokok elektrik hampir menghilangkan emisi aldehida. Selain itu, paparan formaldehida dan asetaldehida dari rokok elektrik juga lebih rendah dibandingkan paparan dari menghirup udara di rumah," papar drg. Amalya.

Lebih lanjut, dia juga mengatakan, meski penggunaan produk tembakau maupun nikotin alternatif dapat mengurangi dampak negatif dari penggunaan rokok konvensional, berhenti merokok secara keseluruhan merupakan jalan terbaik.

Sementara, Guru Besar Farmasi Biologis, Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Prof. apt. Melisa Intan Barliana, Med. Sc., Ph.D, menyampaikan pentingnya penelitian lebih lanjut mengenai produk rokok alternatif.

Saat ini, dirinya tengah melakukan penelitian tersebut, yang melibatkan rokok konvensional dan produk tembakau alternatif.

Assisten Profesor Departemen Klinis dan Eksperimental Kedokteran Universitas Catania, Dr. Rosalia Emma, menambahkan, produk nikotin dengan perasa sangat penting dalam membantu perokok dewasa untuk berhenti merokok.

Akan tetapi, para penyusun regulasi harus mengkaji hal ini dengan serius, terutama ketika mereka mulai mempertimbangkan pengaturan perasa di electronic nicotine delivery products (ENDS).



"Walaupun demikian, pelarangan nikotin perasa berpotensi memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat dan apabila dilakukan dengan berlebihan maka larangan tersebut akan membuat pengguna produk nikotin alternatif kembali menggunakan rokok konvensional," kata dia.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1745 seconds (0.1#10.140)