Mengapa Keturunan Tioanghoa dan Arab Lebih Banyak di Indonesia Dibandingkan Belanda? Ini Penjelasannya

Selasa, 02 Mei 2023 - 13:18 WIB
loading...
Mengapa Keturunan Tioanghoa dan Arab Lebih Banyak di Indonesia Dibandingkan Belanda? Ini Penjelasannya
Mengapa banyak keturunan Tionghoa dan Arab di Indonesia? Padahal, Indonesia sendiri dijajah ratusan tahun oleh bangsa Belanda. Foto/Ilustrasi/
A A A
JAKARTA - Pernahkah terbesit dipikiranmu mengapa banyak keturunan Tionghoa dan Arab di Indonesia? Padahal, Indonesia sendiri dijajah ratusan tahun oleh bangsa Belanda.

Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa keturunan Belanda justru begitu jarang berada di Tanah Air. Berbeda dengan etnis Tionghoa dan Arab yang menjamur di Indonesia.

Lantas, bagaimana awal mula fenomena tersebut bisa terjadi?

SejarahOrangTionghoa Menetap di Indonesia

Selama berabad-abad, orang-orang dari Tiongkok telah aktif di Indonesia sebagai pedagang yang bekerja bersama petani dan raja pribumi. Setelah Belanda mengambil alih Jakarta, sejumlah besar orang Tionghoa yang mencari peruntungan beremigrasi ke tempat yang sekarang disebut Indonesia.



Belanda mencoba membendung migrasi tetapi tidak berhasil. Seiring berjalannya waktu, orang Tionghoa semakin banyak dan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.

Minoritas Tionghoa di Indonesia telah lama memainkan peran ekonomi utama di Nusantara sebagai pedagang, pengrajin, dan perantara yang sangat diperlukan dalam pengumpulan hasil panen dan pajak dari penduduk asli. Petani Cina memungut pajak dan bekerja sebagai kontraktor tenaga kerja untuk Belanda.

Pada akhir abad ke-19, emigrasi dari provinsi-provinsi selatan Cina ke Indonesia meningkat pesat seiring dengan perkembangan ekonomi. Antara tahun 1870 dan 1930, populasi Tionghoa berkembang dari sekitar 250.000 menjadi 1.250.000, yang terakhir menjadi sekitar 2 persen dari total populasi nusantara. Tak heran, keberadaan masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia semakin banyak.

Di beberapa daerah, seperti Kota Pontianak di Kalimantan Barat dan Bagansiapiapi di Provinsi Riau, etnis Tionghoa bahkan menjadi mayoritas penduduk. Mereka mulai menetap di pedesaan Jawa pada tahun 1920-an dan 1930-an.


Sejarah Orang Arab Berada di Indonesia

Budaya Arab juga mempengaruhi budaya Indonesia. Islam adalah agama mayoritas di seluruh nusantara, dengan sekitar 88% penduduk mempraktikkannya.

Menurut sensus Indonesia tahun 2005, terdapat 87.227 orang Arab yang tinggal di Indonesia, yang merupakan 0,04% dari total populasi.

Mereka kebanyakan tinggal di pulau Jawa (pulau terpadat dan ibu kota Jakarta) dan Sumatera. Komunitas terbesar ada di kota-kota besar seperti Jakarta, Pekalongan, Solo, dan Palembang.

Pada masa kemerdekaan Indonesia, terjadi dorongan politik yang dipimpin oleh kelompok-kelompok seperti Persaturan Arab Indonesia. Tujuan utama mereka adalah untuk menghapus ikatan dengan dunia Arab dan lebih mengidentifikasi diri dengan Indonesia.

Orang Arab Indonesia telah mempertahankan banyak aspek budaya Arab. Islam sangat lazim di kalangan masyarakat, hingga 98% mempraktikkan iman (dibandingkan dengan 88% dari populasi umum).

Mengapa Tak Banyak Keturunan Belanda di Indonesia?

Indonesia dijajah oleh Belanda selama 300 tahun lebih. Banyak peninggalan dari Belanda seperti bangunan dan infrastruktur yang masih berdiri di Indonesia.

Namun, dari sekian lama bangsa Belanda menjajah Indonesia, mengapa sangat jarang keturunannya ada di Tanah Air? Bahkan, kalah jauh populasinya dengan kerurunan Arab dan Tionghoa di Indonesia.

Rupanya, hal itu lantaran adanya pengusiran bangsa Belanda yang terjadi di Indonesia. Pemerintah Indonesia bahkan meminta perwakikan diplomatik Belanda untuk segera menutup kantor-kantor konsulatnya di seluruh Indonesia.

Alhasil, gertakan tersebut membuat orang-orang di Indonesia merasa terancam. Sehingga banyak yang mendaftarkan diri untuk dievakuasi agar keluar dari Indonesia.

Diboikot di Indonesia

Sikap antipati masyarakat Indonesia juga menjadi alasan orang Belanda semakin gelisah tinggal di Indonesia. Bahkan, kehadiran orang Belanda di muka umum juga mulai diboikot di Jakarta.

Sejumlah fasilitas umum bahkan mulai menolak melayani para kaum Belanda yang hadir, mulai dari hotel, bioskop hingga tempat-tempat umum lainnya.

Tak hanya itu, masyarakat Belanda pun merasa terancam karena maraknya teror-teror dan vandalisme yang menimpa mereka. Jelas, kejadian tersebut membuat mereka tak nyaman dan memutuskan untuk keluar dari Indonesia.

Orang Belanda Minta Dievakuasi

Setelah ketidaknyamanan yang bangsa Belanda rasakan, akhirnya mereka berbondong-bondong meminta dievakuasi. Mereka secara suka rela mendaftarkan diri untuk keluar dari Indonesia.

Setelah mendaftar, mereka akan berangkat pulang ke Belanda dengan biaya pribadi. Namun, untuk masyarakat Belanda yang berada di kalangan menengah ke bawah, mendapat bantuan biaya perjalanan dari Pemerintah RI, menuju Australia atau Singapura.
(hri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4397 seconds (0.1#10.140)