Evolusi Menikmati Lagu, dari Fonograf hingga Streaming
loading...
A
A
A
JAKARTA - Musik dari zaman ke zaman seperti sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia . Musik seperti sudah menjadi kawan setia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menikmati musik , manusia pun memiliki cara yang berbeda-beda di setiap zamannya.
Industri musik di Amerika Serikat hingga dunia mengalami perkembangan yang signifikan sejak ditemukan dan dikembangkannya fonograf oleh Thomas Alfa Edison pada 1877. Seiring berkembangnya teknologi dari masa ke masa, maka hal ini turut mempengaruhi umat manusia dalam menikmati musik .
Apabila di zaman dulu, orang-orang mendengarkan musik melalui fonograf, sebuah teknologi yang digunakan untuk merekam dan memutar ulang suara, kini mereka cukup menjentikkan jari di layar gawai guna menikmati lagu-lagu dari musisi idola . Lantas seperti apa evolusi menikmati musik ini terus terjadi hingga di masa sekarang ini?
Setelah fonograf berhasil mengubah wajah industri musik , selanjutnya hadir gramofon dengan tokohnya Emile Berliner. Dia menciptakan piringan hitam sebagai media rekaman. Piringan hitam yang berisi lagu ini akan berputar saat dimainkan di gramofon. Berliner juga sempat mendirikan perusahaan gramofonnya pada 1894.
Usai era piringan hitam , perkembangan terus berjalan. Pada 1954, mendengarkan musik sudah bisa dilakukan melalui radio AM/FM. Dengan menenteng radio , orang-orang dapat mendengarkan radio di mana saja selama masih terjangkau frekuensi stasiun radio .
Inovasi dalam industri musik terus mengalami perkembangan. Pada 1963, Philips memperkenalkan compact cassette untuk kali pertama di Eropa. Kaset merupakan pita magnetik yang mampu merekam data dengan format suara . Semakin populer di industri musik , pita kaset pun mulai menggeser piringan hitam. Selama kurun waktu 1970 hingga 1990-an, kaset menjadi salah satu format media yang paling umum digunakan industri musik .
Agar dapat menikmati musik atau suara yang ada di dalam kaset pita, maka diperlukan alat pemutarnya yakni tape pemutar kaset maupun radio tape. Melalui radio tape, selain digunakan sebagai pemutar kaset, juga bisa digunakan untuk mendengarkan siaran radio dari stasiun radio.
Namun, kebiasaan mendengarkan musik dari kaset mengalami perubahan, setelah perusahaan asal Jepang, Sony memperkenalkan Walkman pada 1979. Dengan pemutar kaset audio yang portable, seseorang dapat mendengarkan musik di mana saja.
Masa-masa kejayaan kaset audio sedikit demi sedikit mulai tergerus dengan kepopuleran cakram padat (CD) dan alat pemutarnya (CD player). Bahkan, di masa ini, Sony kembali memperkenalkan CD Player portabel ciptaannya yang diberi nama Discman.
Apabila sebelumnya mendengarkan musik biasa dilakukan melalui pemutar piringan hitam, kaset hitam hingga CD, maka pada akhir 2000-an hadir MP3 player atau alat pemutar audio dalam data berformat mp3. Dengan alat tersebut, sang pemilik bisa menyimpan lagu dengan jumlah yang lebih banyak.
Industri musik di Amerika Serikat hingga dunia mengalami perkembangan yang signifikan sejak ditemukan dan dikembangkannya fonograf oleh Thomas Alfa Edison pada 1877. Seiring berkembangnya teknologi dari masa ke masa, maka hal ini turut mempengaruhi umat manusia dalam menikmati musik .
Apabila di zaman dulu, orang-orang mendengarkan musik melalui fonograf, sebuah teknologi yang digunakan untuk merekam dan memutar ulang suara, kini mereka cukup menjentikkan jari di layar gawai guna menikmati lagu-lagu dari musisi idola . Lantas seperti apa evolusi menikmati musik ini terus terjadi hingga di masa sekarang ini?
Setelah fonograf berhasil mengubah wajah industri musik , selanjutnya hadir gramofon dengan tokohnya Emile Berliner. Dia menciptakan piringan hitam sebagai media rekaman. Piringan hitam yang berisi lagu ini akan berputar saat dimainkan di gramofon. Berliner juga sempat mendirikan perusahaan gramofonnya pada 1894.
Usai era piringan hitam , perkembangan terus berjalan. Pada 1954, mendengarkan musik sudah bisa dilakukan melalui radio AM/FM. Dengan menenteng radio , orang-orang dapat mendengarkan radio di mana saja selama masih terjangkau frekuensi stasiun radio .
Inovasi dalam industri musik terus mengalami perkembangan. Pada 1963, Philips memperkenalkan compact cassette untuk kali pertama di Eropa. Kaset merupakan pita magnetik yang mampu merekam data dengan format suara . Semakin populer di industri musik , pita kaset pun mulai menggeser piringan hitam. Selama kurun waktu 1970 hingga 1990-an, kaset menjadi salah satu format media yang paling umum digunakan industri musik .
Agar dapat menikmati musik atau suara yang ada di dalam kaset pita, maka diperlukan alat pemutarnya yakni tape pemutar kaset maupun radio tape. Melalui radio tape, selain digunakan sebagai pemutar kaset, juga bisa digunakan untuk mendengarkan siaran radio dari stasiun radio.
Namun, kebiasaan mendengarkan musik dari kaset mengalami perubahan, setelah perusahaan asal Jepang, Sony memperkenalkan Walkman pada 1979. Dengan pemutar kaset audio yang portable, seseorang dapat mendengarkan musik di mana saja.
Masa-masa kejayaan kaset audio sedikit demi sedikit mulai tergerus dengan kepopuleran cakram padat (CD) dan alat pemutarnya (CD player). Bahkan, di masa ini, Sony kembali memperkenalkan CD Player portabel ciptaannya yang diberi nama Discman.
Apabila sebelumnya mendengarkan musik biasa dilakukan melalui pemutar piringan hitam, kaset hitam hingga CD, maka pada akhir 2000-an hadir MP3 player atau alat pemutar audio dalam data berformat mp3. Dengan alat tersebut, sang pemilik bisa menyimpan lagu dengan jumlah yang lebih banyak.