Galeri Indonesia Kaya Hadir dengan Wajah Baru, Siap Jadi Panggung Budaya Penikmat Seni
loading...
A
A
A
JAKARTA - Galeri Indonesia Kaya (GIK) hadir dengan wajah baru. GIK telah mempercantik diri menjadi satu-satunya ruang publik yang memperkenalkan kebudayaan Indonesia dengan cara yang menyenangkan.
Salah satunya lewat perpaduan konsep edukasi dan digital multimedia yang telah menjadi andalan GIK sejak dulu. Berbagai karya hingga penampilan pelaku seni yang dipamerkan di West Mall Grand Indonesia, Jakarta ini masih terbuka untuk umum, dan tidak dipungut biaya.
“Pandemi yang melanda dunia membuat banyak acara seni pertunjukan panggung ditiadakan. Namun, keadaan ini mendorong kami untuk berkreasi dalam menampilkan berbagai kegiatan bertema #DiRumahAja ke dalam medium ruang virtual (online),” kata Program Director Galeri Indonesia Kaya Renitasari Adrian, Sabtu (13/5/2023).
GIK merupakan bentuk komitmen Bakti Budaya Djarum Foundation untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia. Khususnya, kepada generasi muda agar tidak kehilangan identitasnya sebagai bangsa Indonesia.
“Dan mendorong para pekerja seni untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru ini agar ekosistem industri seni pertunjukan tetap bertahan," jelas Renitasari.
"Kesempatan ini juga menjadi momen bagi kami untuk melakukan renovasi untuk mempercantik Galeri Indonesia Kaya agar bisa tampil dengan wajah baru yang memberi kesegaran dalam dunia kreatif seni pertunjukan Indonesia,” sambungnya.
GIK sendiri telah diresmikan pada 2013 yang lalu dan telah menjadi rumah bagi para pekerja seni kreatif Indonesia untuk menampilkan berbagai karyanya. Setidaknya terdapat 600 ribu pengunjung telah mengunjungi GIK yang telah menyaksikan 2 ribu pertunjukan dengan konsep kekinian.
Selama itu pula, lebih dari 500 pekerja seni terlibat dalam beragam kegiatan seni. Seperti tarian, teater, monolog, pertunjukan musik, apresiasi sastra, kunjungan budaya, dan sebagainya.
Namun, pandemi yang melanda Indonesia sejak 2020, membuat ruang publik ini harus ditutup. Ini sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur penutupan restoran, bioskop, museum, teater dan ruang publik lainnya sebagai upaya mencegah penularan covid-19.
Hadir sebagai panggung budaya, GIK menyediakan ruang pertunjukan seni berupa auditorium. Di mana para pekerja seni dapat melakukan berbagai kegiatan seperti workshop, tarian, teater, monolog, pertunjukan musik, apresiasi sastra, pemutaran film, dan lain sebagainya.
“Selain dapat digunakan oleh masyarakat umum, GIK juga menghadirkan pertunjukan unggulan yang diselenggarakan setiap Sabtu pukul 15.00 WIB dan akan ditayangkan keesokan harinya melalui akun YouTube IndonesiaKaya,” ujar Renitasari.
“Ini menjadi salah satu misi kami agar para penikmat seni yang berada di luar Jakarta dan sekitarnya dapat tetap menyaksikan berbagai pementasan di GIK secara virtual,” lanjutnya.
Selain itu, melalui Program Ruang Kreatif, ada berbagai komunitas seniman muda di berbagai daerah yang untuk pertama kalinya berkesempatan menampilkan karyanya di GIK dan ditonton masyarakat, seperti Flying Balloons Puppets dari Yogyakarta dan lainnya.
Selain menampilkan ragam budaya nusantara di panggung budaya auditorium, konsep desain GIK ini tetap mengangkat kekhasan Indonesia dalam interior sentuhan rotan kekinian dengan motif pucuk rebung dan kembang tanjung, motif parang pada ceiling.
Berbagai aplikasi terbaru dihadirkan dalam bentuk projection mapping dengan teknologi sensor yang interaktif dan menyenangkan. Secara keseluruhan, terdapat tujuh aplikasi yang terinspirasi dari ragam kekayaan Indonesia. Di antaranya Bersatu Padu, Selaras Seirama, Sajian Rasa, Arundaya, Cerita Kita, Arungi, dan Pesona Alam.
Sesuai dengan tema besar konsep wajah baru GIK, penikmat seni disuguhkan dengan tema Bhinneka Tunggal Ika yang akan mewarnai pertunjukan sepanjang Mei ini. Untuk acara pembukaan kembali sekaligus pementasan perdana, GIK menghadirkan Tompi, Sri Panggung, dan Danang Suryonegoro.
Salah satunya lewat perpaduan konsep edukasi dan digital multimedia yang telah menjadi andalan GIK sejak dulu. Berbagai karya hingga penampilan pelaku seni yang dipamerkan di West Mall Grand Indonesia, Jakarta ini masih terbuka untuk umum, dan tidak dipungut biaya.
“Pandemi yang melanda dunia membuat banyak acara seni pertunjukan panggung ditiadakan. Namun, keadaan ini mendorong kami untuk berkreasi dalam menampilkan berbagai kegiatan bertema #DiRumahAja ke dalam medium ruang virtual (online),” kata Program Director Galeri Indonesia Kaya Renitasari Adrian, Sabtu (13/5/2023).
GIK merupakan bentuk komitmen Bakti Budaya Djarum Foundation untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia. Khususnya, kepada generasi muda agar tidak kehilangan identitasnya sebagai bangsa Indonesia.
“Dan mendorong para pekerja seni untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru ini agar ekosistem industri seni pertunjukan tetap bertahan," jelas Renitasari.
"Kesempatan ini juga menjadi momen bagi kami untuk melakukan renovasi untuk mempercantik Galeri Indonesia Kaya agar bisa tampil dengan wajah baru yang memberi kesegaran dalam dunia kreatif seni pertunjukan Indonesia,” sambungnya.
GIK sendiri telah diresmikan pada 2013 yang lalu dan telah menjadi rumah bagi para pekerja seni kreatif Indonesia untuk menampilkan berbagai karyanya. Setidaknya terdapat 600 ribu pengunjung telah mengunjungi GIK yang telah menyaksikan 2 ribu pertunjukan dengan konsep kekinian.
Selama itu pula, lebih dari 500 pekerja seni terlibat dalam beragam kegiatan seni. Seperti tarian, teater, monolog, pertunjukan musik, apresiasi sastra, kunjungan budaya, dan sebagainya.
Namun, pandemi yang melanda Indonesia sejak 2020, membuat ruang publik ini harus ditutup. Ini sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur penutupan restoran, bioskop, museum, teater dan ruang publik lainnya sebagai upaya mencegah penularan covid-19.
Hadir sebagai panggung budaya, GIK menyediakan ruang pertunjukan seni berupa auditorium. Di mana para pekerja seni dapat melakukan berbagai kegiatan seperti workshop, tarian, teater, monolog, pertunjukan musik, apresiasi sastra, pemutaran film, dan lain sebagainya.
“Selain dapat digunakan oleh masyarakat umum, GIK juga menghadirkan pertunjukan unggulan yang diselenggarakan setiap Sabtu pukul 15.00 WIB dan akan ditayangkan keesokan harinya melalui akun YouTube IndonesiaKaya,” ujar Renitasari.
“Ini menjadi salah satu misi kami agar para penikmat seni yang berada di luar Jakarta dan sekitarnya dapat tetap menyaksikan berbagai pementasan di GIK secara virtual,” lanjutnya.
Selain itu, melalui Program Ruang Kreatif, ada berbagai komunitas seniman muda di berbagai daerah yang untuk pertama kalinya berkesempatan menampilkan karyanya di GIK dan ditonton masyarakat, seperti Flying Balloons Puppets dari Yogyakarta dan lainnya.
Selain menampilkan ragam budaya nusantara di panggung budaya auditorium, konsep desain GIK ini tetap mengangkat kekhasan Indonesia dalam interior sentuhan rotan kekinian dengan motif pucuk rebung dan kembang tanjung, motif parang pada ceiling.
Berbagai aplikasi terbaru dihadirkan dalam bentuk projection mapping dengan teknologi sensor yang interaktif dan menyenangkan. Secara keseluruhan, terdapat tujuh aplikasi yang terinspirasi dari ragam kekayaan Indonesia. Di antaranya Bersatu Padu, Selaras Seirama, Sajian Rasa, Arundaya, Cerita Kita, Arungi, dan Pesona Alam.
Sesuai dengan tema besar konsep wajah baru GIK, penikmat seni disuguhkan dengan tema Bhinneka Tunggal Ika yang akan mewarnai pertunjukan sepanjang Mei ini. Untuk acara pembukaan kembali sekaligus pementasan perdana, GIK menghadirkan Tompi, Sri Panggung, dan Danang Suryonegoro.
(dra)