Belum Ada Obatnya, Kenali Penularan Virus Marburg dan Pencegahannya

Selasa, 16 Mei 2023 - 17:41 WIB
loading...
Belum Ada Obatnya, Kenali...
Penting bagi masyarakat untuk memahami karakter, gejala, serta cara mencegah penyakit yang menyebar dari hewan atau manusia yang terinfeksi ini. / Foto: ilustrasi/sit
A A A
JAKARTA - Virus Marburg sempat menjadi pembicaraan global, beberapa waktu lalu. Virus yang masih satu famili dengan virus ebola ini sering ditemukan di kawasan Afrika.

Meskipun kemungkinan adanya virus Marburg di Indonesia sangat kecil, namun masyarakat tetap harus mengenalinya agar bisa lebih waspada.

Penting bagi publik untuk memahami karakter, gejala, serta cara mencegah penyakit yang menyebar dari hewan atau manusia yang terinfeksi ini.



"Penyakit virus Marburg telah teridentifikasi sejak lama dan pernah menyebabkan wabah di beberapa negara Afrika. Tingkat kematian yang disebabkan oleh virus ini bisa sangat tinggi, yaitu mencapai 88 persen," ungkap Medical Dept. PT Kalbe Farma Tbk, dr. Johan Indra Lukito melalui Live Instagram @ptkalbefarmatbk.

Penyakit sejenis demam berdarah ini kali pertama teridentifikasi pada 1967. Masa inkubasi bervariasi antara 2 hingga 21 hari. Gejala muncul secara tiba-tiba, umumnya berupa demam, sakit kepala, badan terasa pegal, dan nyeri otot.

Kemudian dapat disertai diare, nyeri dan kram perut, mual dan muntah, mata merah, dan munculnya bintik-bintik merah di kulit. Diare bisa terjadi selama seminggu.

Selama 5-13 hari setelah timbulnya penyakit, penderita akan semakin lemah, sesak napas, dan mengalami bengkak di tubuh. Juga bisa timbul gangguan kesadaran, seperti kebingungan atau menjadi mudah tersinggun.

Kemudian, gejala perdarahan mulai timbul seperti mimisan, gusi berdarah, buang air besar dan muntah disertai darah.

Seiring dengan semakin parahnya penyakit, banyak organ yang terganggu termasuk pankreas, hati, dan ginjal. Pada kondisi yang semakin kritis, dapat terjadi kejang, dehidrasi berat, gangguan metabolisme yang berat, kegagalan fungsi berbagai organ, koma, dan syok.

Dalam kasus yang fatal, kematian umumnya terjadi antara 8-9 hari setelah timbulnya gejala, biasanya didahului kehilangan darah yang parah dan syok.

Dokter Johan menekankan bahwa virus Marburg dapat menular melalui cairan tubuh hewan atau manusia yang terinfeksi, seperti darah, air liur, keringat, urin, dan feses. Virus Marburg juga dapat menular melalui kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi, dan virus mampu bertahan selama 4-5 hari pada benda tersebut.

"Pada ibu hamil yang terinfeksi, virus Marburg dapat ditemukan di air ketuban atau plasenta, dan bahkan dapat ditemukan di air susu ibu (ASI) setelah dia sembuh. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk tidak menyusui demi mencegah penularan virus ke anak," papar dr. Johan.

Beberapa tindakan pencegahan dapat dilakukan, di antaranya menjaga kesehatan tubuh dengan pola makan bergizi, minum air yang cukup, istirahat yang cukup, dan olahraga teratur. Kemudian, menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar juga sangat penting, seperti rajin mencuci tangan.

Selain itu, menghindari paparan virus melalui kontak dengan manusia, hewan, atau benda yang terkontaminasi, terutama yang berasal dari negara dengan kasus virus Marburg. Juga disarankan untuk tidak mengonsumsi daging hewan yang tidak diolah dan dimasak dengan baik.

Saat ini belum ada obat atau vaksin khusus untuk penyakit virus Marburg. Penderita perlu segera diisolasi dan diberikan penanganan intensif berupa cairan, nutrisi, serta obat untuk meredakan gejala yang dialami seperti demam, nyeri, dehidrasi, dan pendarahan.

"Pada penderita penyakit virus Marburg yang telah sembuh, virusnya masih dapat ditemukan di organ tertentu seperti cairan semen di testis atau cairan mata. Oleh karena itu, risiko penularan khususnya melalui hubungan seksual perlu diwaspadai selama 12 bulan sejak timbulnya gejala atau sampai dua kali pemeriksaan cairan semen hasilnya tidak terdeteksi (negatif) untuk virus Marburg." jelas dr. Johan.



Sementara itu, hingga kini, jumlah manusia yang terinfeksi virus Marburg tercatat belum sampai 600 di seluruh dunia, dibandingkan dengan Covid-19 yang telah menjangkiti ribuan orang hanya di Indonesia.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2393 seconds (0.1#10.140)