Berkat Kerja Keras, Ratusan Siswa Ini Sukses Sajikan Pementasan Drama The Raven
loading...
A
A
A
JAKARTA - Puisi karya Edgar Allan Poe berjudul The Raven coba disadur siswa Binus School Simprug untuk menjadi naskah drama pertunjukan.
Drama bertajuk The Raven itu pun dipentaskan dalam sebuah pertunjukan megah di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Jumat (19/5/2023).
Menariknya, dalam pertunjukan kali ini, siswa Binus School Simprug menggelarnya secara mandiri, baik dari sisi kepenulisan naskah, tata lampu, properti, hingga penyutradaan.
The Raven sendiri merupakan puisi yang ditulis Edgar Allan Poe pada 1845. Puisi ini berkisah tentang perasaan terpuruk selepas kepergian orang yang dikasihi.
Atas dasar tersebut, produksi drama ini banyak membicarakan perihal kehilangan, kegilaan, dan duka. Tema itu dibalut penampilan aktor maupun aktris yang memukau dengan plot yang tidak terduga. Hal ini membuat para penonton tampak betah menyaksikan pertunjukan dari awal hingga akhir.
Sutradara The Raven, Nandisty Allura Saputro tidak dapat menyembunyikan rasa gembiranya lantaran berhasil menjalankan produksi besar ini, setelah melewati berbagai proses panjang sejak 2022.
"Proses The Raven sudah kami mulai sejak bulan Juli tahun lalu, hampir setiap hari kami berlatih dan mempersiapkan segalanya agar dapat menghadirkan pertunjukan terbaik. Biarpun prosesnya terkadang melelahkan, tetapi sangat sebanding dengan hasilnya," tutur Nandisty, yang merupakan siswi kelas 11 Binus School Simprug usai pementasan, Jumat (20/5/2023).
Akan tetapi, uniknya, Nandisty memberikan pengakuan bahwa mulanya dia tidak begitu menyukai cerita The Raven. Ketidaksukaannya itu perlahan menghilang, setelah banyak yang ikut terlibat dan mau bekerja keras untuk menyukseskan drama ini.
"Pada awalnya saya tidak terlalu menyukai cerita ini, karena rasanya terlalu gelap, tetapi setelah semakin banyaknya yang terlibat, serta kerja keras yang dilakukan banyak pihak, kini saya sangat mencintai drama ini," akunya.
Sementara itu, bukan hanya mempersiapkan sajian akting yang memikat dan cerita yang menarik, siswa Binus School Simprug juga menciptakan beberapa aransemen yang menjadi latar pertunjukan yang diberi judul "Quilt" dan "QED".
Kemegahan drama The Raven ini pun didukung dengan penampilan orkestra secara live dari para siswa yang memainkan violin, cello, harpa, gitar, drum, bass, dan piano.
Guna menyukseskan pagelaran The Raven ini, turut terlibat juga lebih dari 100 siswa Binus School Simprug. Mereka pastinya dibantu serta didukung para guru dan orang tua siswa.
Bahkan, dalam menunjukkan dukungan nyatanya, Principle of Binus School Simprug, Mr. Isaac menyempatkan waktunya untuk tampil dalam beberapa adegan.
Drama bertajuk The Raven itu pun dipentaskan dalam sebuah pertunjukan megah di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Jumat (19/5/2023).
Menariknya, dalam pertunjukan kali ini, siswa Binus School Simprug menggelarnya secara mandiri, baik dari sisi kepenulisan naskah, tata lampu, properti, hingga penyutradaan.
The Raven sendiri merupakan puisi yang ditulis Edgar Allan Poe pada 1845. Puisi ini berkisah tentang perasaan terpuruk selepas kepergian orang yang dikasihi.
Atas dasar tersebut, produksi drama ini banyak membicarakan perihal kehilangan, kegilaan, dan duka. Tema itu dibalut penampilan aktor maupun aktris yang memukau dengan plot yang tidak terduga. Hal ini membuat para penonton tampak betah menyaksikan pertunjukan dari awal hingga akhir.
Sutradara The Raven, Nandisty Allura Saputro tidak dapat menyembunyikan rasa gembiranya lantaran berhasil menjalankan produksi besar ini, setelah melewati berbagai proses panjang sejak 2022.
"Proses The Raven sudah kami mulai sejak bulan Juli tahun lalu, hampir setiap hari kami berlatih dan mempersiapkan segalanya agar dapat menghadirkan pertunjukan terbaik. Biarpun prosesnya terkadang melelahkan, tetapi sangat sebanding dengan hasilnya," tutur Nandisty, yang merupakan siswi kelas 11 Binus School Simprug usai pementasan, Jumat (20/5/2023).
Akan tetapi, uniknya, Nandisty memberikan pengakuan bahwa mulanya dia tidak begitu menyukai cerita The Raven. Ketidaksukaannya itu perlahan menghilang, setelah banyak yang ikut terlibat dan mau bekerja keras untuk menyukseskan drama ini.
"Pada awalnya saya tidak terlalu menyukai cerita ini, karena rasanya terlalu gelap, tetapi setelah semakin banyaknya yang terlibat, serta kerja keras yang dilakukan banyak pihak, kini saya sangat mencintai drama ini," akunya.
Sementara itu, bukan hanya mempersiapkan sajian akting yang memikat dan cerita yang menarik, siswa Binus School Simprug juga menciptakan beberapa aransemen yang menjadi latar pertunjukan yang diberi judul "Quilt" dan "QED".
Kemegahan drama The Raven ini pun didukung dengan penampilan orkestra secara live dari para siswa yang memainkan violin, cello, harpa, gitar, drum, bass, dan piano.
Guna menyukseskan pagelaran The Raven ini, turut terlibat juga lebih dari 100 siswa Binus School Simprug. Mereka pastinya dibantu serta didukung para guru dan orang tua siswa.
Bahkan, dalam menunjukkan dukungan nyatanya, Principle of Binus School Simprug, Mr. Isaac menyempatkan waktunya untuk tampil dalam beberapa adegan.
(nug)