Kurangnya Orisinalitas pada Konten Bisa Bikin Influencer Ditinggalkan Gen Z
loading...
A
A
A
JAKARTA - Influencer berbayar kini mulai tidak memperoleh kepercayaan dari publik, terutama Generasi Z. Bahkan, terdapat studi yang menunjukkan bahwa mereka mulai kehilangan pengaruhnya terhadap Gen Z.
Turunnya tingkat kepercayaan itu salah satunya lantaran sang influencer tidak menggunakan produk yang dipromosikannya.
Data Global Web Index (GWI) misalnya, menunjukkan bahwa Gen Z yang tertarik pada influencer telah turun 12 persen sejak 2020. Padahal, Gen Z merupakan target utama bagi para influencer.
CEO PT Mitra Komune Nusantara, perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Campaign, Communication, dan Community, Jennifer Ang mengungkapkan bahwa konsumen terutama yang berusia muda seperti Gen Z memang mulai kehilangan kepercayaan pada influencer berbayar.
Kini, mereka justru cenderung lebih percaya pada komunitas-komunitas dengan pemikiran atau minat yang sama.
Selain itu, kampanye influencer juga telah mengubah lanskap media sosial yang ditujukan untuk berinteraksi menjadi tempat untuk mengunggah iklan bersponsor.
"Kini, orang-orang telah muak dengan postingan yang menunjukkan influencer selebritas berpose serupa, mengedepankan sebuah produk seraya menjelaskan kelebihannya dan melengkapi postingan itu dengan menyebut brand serta menggunakan tagar atau hashtag bermerek," ungkap Jennifer Ang dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini.
Sebuah riset oleh Bazaarvoice juga menunjukkan sekitar 47% konsumen lelah dengan konten influencer yang serupa dan berulang. Dengan kata lain, konsumen mulai meninggalkan para influencer karena kurangnya orisinalitas pada konten bersponsor mereka.
Selain itu, masalah lain juga timbul dari transparansi dan efektivitas kampanye influencer. Pasalnya, tak sedikit influencer yang membeli pengikut atau menggunakan bot untuk meningkatkan keterlibatan atau engagement palsu hanya untuk mendapatkan bayaran yang lebih tinggi.
Turunnya tingkat kepercayaan itu salah satunya lantaran sang influencer tidak menggunakan produk yang dipromosikannya.
Data Global Web Index (GWI) misalnya, menunjukkan bahwa Gen Z yang tertarik pada influencer telah turun 12 persen sejak 2020. Padahal, Gen Z merupakan target utama bagi para influencer.
Baca Juga
CEO PT Mitra Komune Nusantara, perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Campaign, Communication, dan Community, Jennifer Ang mengungkapkan bahwa konsumen terutama yang berusia muda seperti Gen Z memang mulai kehilangan kepercayaan pada influencer berbayar.
Kini, mereka justru cenderung lebih percaya pada komunitas-komunitas dengan pemikiran atau minat yang sama.
Selain itu, kampanye influencer juga telah mengubah lanskap media sosial yang ditujukan untuk berinteraksi menjadi tempat untuk mengunggah iklan bersponsor.
"Kini, orang-orang telah muak dengan postingan yang menunjukkan influencer selebritas berpose serupa, mengedepankan sebuah produk seraya menjelaskan kelebihannya dan melengkapi postingan itu dengan menyebut brand serta menggunakan tagar atau hashtag bermerek," ungkap Jennifer Ang dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini.
Sebuah riset oleh Bazaarvoice juga menunjukkan sekitar 47% konsumen lelah dengan konten influencer yang serupa dan berulang. Dengan kata lain, konsumen mulai meninggalkan para influencer karena kurangnya orisinalitas pada konten bersponsor mereka.
Selain itu, masalah lain juga timbul dari transparansi dan efektivitas kampanye influencer. Pasalnya, tak sedikit influencer yang membeli pengikut atau menggunakan bot untuk meningkatkan keterlibatan atau engagement palsu hanya untuk mendapatkan bayaran yang lebih tinggi.