Pertama di Indonesia, Wicaraku Hadirkan Jasa Terapi Wicara yang Dipanggil ke Rumah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anak-anak memiliki tingkat perkembangan yang berbeda. Namun, orang tua harus paham kapan seorang anak mencapai titik perkembangan tertentu sesuai dengan usianya.
Salah satu indikatornya adalah pada usia berapa anak secara umum sudah bisa berbicara. Ketika perkembangan anak tidak sesuai dengan panduan tumbuh kembangnya, bisa jadi dia mengalami keterlambatan bicara.
Orang tua harus mengacu pada panduan tumbuh kembang anak tersebut ketika mengamati tumbuh kembang anak. Panduan ini biasanya dapat diperoleh di rumah sakit, puskesmas, atau posyandu. Jika orang tua mulai merasa ada masalah pada perkembangan wicara dan bahasa anak, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter anak untuk mengetahui apakah anak memerlukan terapi wicara.
Di Indonesia sendiri, terapis wicara hanya ada 2.000 orang. Hal itu berbanding terbalik di mana 1 dari 300 anak di Indonesia saat ini mengalami gangguan dalam berkomunikasi.
Tidak hanya itu, terapi ini juga umumnya hanya bisa dilakukan di rumah sakit dan klinik mandiri yang membutuhkan usaha lebih dari para orang tua, baik dari segi waktu maupun efisiensi terapi tersebut.
Melihat hal tersebut, Hasnal Wenes, Aditya Said, dan Ananda Farrell yang sebelumnya berhasil menciptakan platform layanan fisioterapi home visit pertama di Indonesia bernama Fisiohome, memutuskan untuk mendirikan Wicaraku. Wicaraku hadir sebagai solusi untuk kebutuhan layanan terapi wicara home visit yang lebih mudah diakses masyarakat.
Sang Founder dan CEO Hasnal Wenes menerangkan, Wicaraku lahir dari banyaknya permintaan terapi wicara ke rumah dari pasien Fisiohome dalam setahun terakhir ini.
"Banyak dari pasien kami yang merasakan manfaat dari kemudahan layanan home visit, lalu menanyakan apakah kami juga bisa menyediakan terapi wicara dengan konsep panggilan ke rumah yang sama untuk anggota keluarga dan kerabat mereka," paparnya melalui keterangan tertulis, Rabu (21/6/2023).
Aditya Said, Founder dan COO Wicaraku, menambahkan, terapi wicara tidak bisa dilakukan sekali saja, butuh dukungan, dan peran aktif baik dari pasien maupun pendamping untuk secara rutin serta terjadwal melakukan terapi.
"Berangkat dari hal tersebut, Wicaraku hadir sebagai home visit terapi wicara yang memungkinkan pasien mendapatkan layanan terapi wicara tanpa terhalang waktu dan jarak," ujarnya.
Wicaraku menawarkan jasa terapi wicara ke rumah yang cepat dan mudah diakses. Pasien cukup menghubungi melalui WhatsApp untuk berkonsultasi dan juga penjadwalan.
Meskipun sebagian besar pengguna saat ini adalah untuk treatment keterlambatan bicara pada anak, namun Wicaraku sebenarnya menawarkan semua kebutuhan terapi wicara seperti perawatan pasca stroke, pengidap kanker, pengidap parkinson, cerebral palsy, down syndrom, disfagia, dan afasia. Terapi ini juga dilakukan oleh terapis yang telah memiliki sertifikat serta gelar pendidikan sebagai ahli terapi wicara dan bahasa.
"Kami bekerja sama dengan mitra terapis seperti Terapi Wicara Indonesia (TWI) serta universitas-universitas sehingga setiap lulusan dan alumni bisa langsung bergabung menjadi terapis di Wicaraku,” tutup Aditya Said.
Salah satu indikatornya adalah pada usia berapa anak secara umum sudah bisa berbicara. Ketika perkembangan anak tidak sesuai dengan panduan tumbuh kembangnya, bisa jadi dia mengalami keterlambatan bicara.
Orang tua harus mengacu pada panduan tumbuh kembang anak tersebut ketika mengamati tumbuh kembang anak. Panduan ini biasanya dapat diperoleh di rumah sakit, puskesmas, atau posyandu. Jika orang tua mulai merasa ada masalah pada perkembangan wicara dan bahasa anak, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter anak untuk mengetahui apakah anak memerlukan terapi wicara.
Di Indonesia sendiri, terapis wicara hanya ada 2.000 orang. Hal itu berbanding terbalik di mana 1 dari 300 anak di Indonesia saat ini mengalami gangguan dalam berkomunikasi.
Tidak hanya itu, terapi ini juga umumnya hanya bisa dilakukan di rumah sakit dan klinik mandiri yang membutuhkan usaha lebih dari para orang tua, baik dari segi waktu maupun efisiensi terapi tersebut.
Melihat hal tersebut, Hasnal Wenes, Aditya Said, dan Ananda Farrell yang sebelumnya berhasil menciptakan platform layanan fisioterapi home visit pertama di Indonesia bernama Fisiohome, memutuskan untuk mendirikan Wicaraku. Wicaraku hadir sebagai solusi untuk kebutuhan layanan terapi wicara home visit yang lebih mudah diakses masyarakat.
Sang Founder dan CEO Hasnal Wenes menerangkan, Wicaraku lahir dari banyaknya permintaan terapi wicara ke rumah dari pasien Fisiohome dalam setahun terakhir ini.
"Banyak dari pasien kami yang merasakan manfaat dari kemudahan layanan home visit, lalu menanyakan apakah kami juga bisa menyediakan terapi wicara dengan konsep panggilan ke rumah yang sama untuk anggota keluarga dan kerabat mereka," paparnya melalui keterangan tertulis, Rabu (21/6/2023).
Aditya Said, Founder dan COO Wicaraku, menambahkan, terapi wicara tidak bisa dilakukan sekali saja, butuh dukungan, dan peran aktif baik dari pasien maupun pendamping untuk secara rutin serta terjadwal melakukan terapi.
"Berangkat dari hal tersebut, Wicaraku hadir sebagai home visit terapi wicara yang memungkinkan pasien mendapatkan layanan terapi wicara tanpa terhalang waktu dan jarak," ujarnya.
Wicaraku menawarkan jasa terapi wicara ke rumah yang cepat dan mudah diakses. Pasien cukup menghubungi melalui WhatsApp untuk berkonsultasi dan juga penjadwalan.
Meskipun sebagian besar pengguna saat ini adalah untuk treatment keterlambatan bicara pada anak, namun Wicaraku sebenarnya menawarkan semua kebutuhan terapi wicara seperti perawatan pasca stroke, pengidap kanker, pengidap parkinson, cerebral palsy, down syndrom, disfagia, dan afasia. Terapi ini juga dilakukan oleh terapis yang telah memiliki sertifikat serta gelar pendidikan sebagai ahli terapi wicara dan bahasa.
"Kami bekerja sama dengan mitra terapis seperti Terapi Wicara Indonesia (TWI) serta universitas-universitas sehingga setiap lulusan dan alumni bisa langsung bergabung menjadi terapis di Wicaraku,” tutup Aditya Said.
(tsa)