Berawal dari Cinta Seni dan Wastra, Christian Sukses Rintis Batik Concept

Jum'at, 14 Juli 2023 - 13:24 WIB
loading...
Berawal dari Cinta Seni dan Wastra, Christian Sukses Rintis Batik Concept
Merintis usaha dari nol memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada berbagai perjuangan dan pengorbanan yang harus dilakukan untuk mencapai kesuksesan. Foto/dok Batik Concept
A A A
JAKARTA - Merintis usaha dari nol memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada berbagai perjuangan dan pengorbanan yang harus dilakukan untuk mencapai kesuksesan. Seperti kisah dari owner Batik Concept, Christian Saputra.

Berbekal kecintaannya pada dunia seni dan wastra Indonesia, Christian kini menjadi salah satu produsen batik ternama di Jakarta. Selain memiliki butik batik di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, omzet penjualannya pun menyentuh angka ratusan juta rupiah per bulan.

Christian bercerita, awal ketertarikannya merintis usaha batik tercetus saat masih menyelesaikan studi di Australia. Kala itu ia memang sangat tertarik pada dunia seni dan budaya. Menurut Christian, batik salah satu karya seni terbaik milik Indonesia.

"Saya pribadi suka sekali dengan art painting. Melihat batik itu seperti melihat lukisan. Ada unsur-unsur kehalusan dalam proses pengerjaannya, jadi terasa lebih magis dan elegan," kata Christian.

Dari ketertarikannya itu, Christian mulai berpikir untuk terjun ke dunia usaha. Kebetulan, studi yang ia tempuh juga sangat berkaitan dengan bidang tersebut. Hingga akhirnya pada tahun 2010, Christian pulang ke Indonesia.



Ia mendengar informasi bahwa pemerintah Indonesia juga sedang gencar-gencarnya mempromosikan batik. Apalagi batik baru ditetapkan sebagai salah satu Warisan Kemanusiaan Karya Agung Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO.

"Waktu itu sempat brainstorming dengan partner saya, kira-kira usaha apa yang paralel dengan arahan pemerintah. Kebetulan batik sedang gencar dipromosikan, dan kami optimis bisa membantu melestarikan budaya sekaligus membawa batik ke kancah internasional," jelasnya.

Di sisi lain, banyak pembatik muda yang enggan meneruskan usaha orang tua mereka. Fakta tersebut ia dapatkan saat melakukan roadtrip kelima kota produsen batik untuk keperluan research usaha yang akan dirintisnya.

"Batik itu dying tradition. Tradisi yang nyaris mati. Karena banyak pembatik muda yang kebih memilih bekerja di pabrik atau kantoran seiring meningkatnya pendidikan mereka. Sementara proses pengerjaan batik tulis itu kan membutuhkan waktu yang lama," ujarnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1955 seconds (0.1#10.140)