Bagaimana Meningkatkan Citra Melalui Employee Ambassador? Simak Tips Berikut

Jum'at, 21 Juli 2023 - 15:55 WIB
loading...
Bagaimana Meningkatkan...
Perusahaan kini telah mengenali peluang untuk memanfaatkan jejaring sosial pribadi karyawan dan mengubahnya menjadi semacam brand ambassador. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
JAKARTA - Influencer kerap diidentikan dengan selebgram dengan jutaan followers. Meski memiliki basis pengikut yang besar dengan jangkauan luas tapi kampanye mereka tidak selalu efektif karena kurang autentik.

Salah satu kampanye influencer yang paling kontroversi adalah brand kecantikan Amerika, Proactiv yang menggaet Kendall Jenner. Meski menjadi sosok influencer paling berpengaruh pada 2019, banyak konsumen yang mempertanyakan kolaborasi keduanya dan menuduh Kendall tidak jujur.

Sebab, dalam video promosi yang dipublikasikan di saluran YouTube Proactiv, seperti yang dilansir Medium, Kendall bercerita bagaimana produk Proactiv membantu merawat kulitnya. Namun, pengikut Kendall menuding sang influencer tidak menggunakan produk Proactiv lantaran Kendall pernah berbicara tentang bagaimana dokter kulit membantunya mengatasi masalah kulit.

Kasus lain turut menimpa kemitraan Scott Disick dan perusahaan yang menjual produk kesehatan, kebugaran, dan detoksifikasi bernama Bootea. Kemitraan keduanya mengharuskan Scott Disick untuk mengunggah fotonya bersama produk dengan caption yang telah ditentukan perusahaan.



Namun alih-alih menuliskan caption yang diminta, Scott Disick justru mengikutsertakan seluruh brief perusahaan. Dengan lengkap Scott Disick menulis "Ini dia, jam 4 sore, tulis di bawah. Keterangan: Mengikuti rutinitas olahraga musim panas dengan protein shake @booteauk pagi saya!". Meski viral, kemitraan Bootea dan Scott Disick menjadi candaan di internet.

Tak heran jika jumlah Gen Z yang tertarik pada influencer telah turun 12% sejak 2020 berdasarkan data Global Web Index (GWI). Konsumen terutama mereka yang berusia lebih muda seperti Gen Z lebih tertarik dengan konten bersponsor yang dipromosikan oleh mereka yang memang terlibat dengan produk atau layanan tersebut.

Alih-alih membayar mahal megainfluencer yang tidak efektif, brand lebih baik memilih influencer yang benar-benar memiliki pengalaman dengan produk atau brand mereka. Maka dari itu, siapa lagi yang mampu menjadi influencer terbaik bagi bisnis kalau bukan karyawan perusahaan itu sendiri?

Karyawan adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan nyata tentang brand, produk, dan layanan perusahaan. Faktanya, survei Edelman Trust Barometer menunjukkan konsumen tiga kali lebih mungkin mempercayai informasi tentang perusahaan yang dibagikan oleh karyawan daripada informasi yang dibagikan oleh CEO, founder, atau akun media sosial perusahaan itu sendiri.

Senada, laporan bertajuk How to Maximize Reach and Engagement by Empowering Employees to Share Content dari LinkedIn, menunjukkan konten yang dibagikan oleh karyawan memiliki click-through rate (CTR) dua kali lebih tinggi dibandingkan saat dibagikan oleh perusahaan itu sendiri. CTR sendiri merupakan jumlah pengunjung yang mengeklik iklan yang dipasang di sebuah situs.

Keuntungan lain berasal dari jaringan karyawan yang setidaknya 10 kali lebih besar daripada basis pengikut perusahaan. Dengan begitu, unggahan karyawan dapat menjangkau lebih banyak audiens.

Jennifer Ang, CEO PT Mitra Komune Nusantara, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi, Employee Communication dan Advokasi, menjelaskan, karyawan memiliki suara paling genuine dengan jaringan yang luas. Saat karyawan berbagi konten tentang tempat mereka bekerja dan apa yang mereka lakukan, hasilnya akan jauh lebih menarik daripada yang hanya berasal dari perusahaan.

"Konsumen secara alami lebih cenderung mempercayai wajah daripada logo. Kemampuan untuk melihat nama dan gambar individu pada pesan media sosial membuat interaksi mereka menjadi lebih manusiawi dan menarik," ujar Jennifer Ang.

Perusahaan kini telah mengenali peluang untuk memanfaatkan jejaring sosial pribadi karyawan dan mengubahnya menjadi semacam brand ambassador. Praktik inilah yang dikenal dengan istilah employee ambassador.

Secara definisi, employee ambassador adalah bentuk promosi brand perusahaan oleh karyawannya. Di tengah kejenuhan akan konten bersponsor para influencer yang tak lagi menarik, autentikasi konten employee ambassador justru diyakini mampu meningkatkan brand awareness.

Sebuah studi terhadap 588 tenaga profesional yang menggunakan media sosial untuk tujuan bisnis oleh Hinge Research Institute menemukan, 79% perusahaan yang mengadopsi program employee ambassador mengalami peningkatan visibilitas merek.

Selain meningkatkan awareness, employee ambassador bertujuan untuk membuka peluang diskusi terkait brand di jejaring sosial dengan individu lain yang memiliki kesamaan minat. Singkatnya, karyawan berlaku sebagai duta merek perusahaan di pasar digital. Tak heran jika dewasa ini semakin banyak perusahaan beralih memberdayakan karyawan mereka sebagai brand ambassador daripada mencurahkan lebih banyak biaya untuk kampanye influencer yang belum tentu efektif.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3087 seconds (0.1#10.140)