Menikmati Wisata Air di Sungai Mudal

Rabu, 01 Februari 2017 - 13:18 WIB
Menikmati Wisata Air di Sungai Mudal
Menikmati Wisata Air di Sungai Mudal
A A A
YOGYAKARTA - Sebuah gapura sederhana terbuat dari bambu menyambut kedatangan rombongan yang tiba. Setelah berjalan sekitar 50 meter, mulai terdengar derasnya arus air yang jatuh dari ketinggian.

Tak berselang lama, setelah melangkah sekitar 100 meter lagi mulai terlihat semacam air terjun. Meski ketinggian air terjun pertama tidak terlalu tinggi, tetapi di atasnya lagi terlihat air terjun yang sama juga mengalirkan debit air yang cukup besar. Lebih mengesankan lagi, adanya jembatan bambu yang melintas di atas kedua air terjun ini menambah suasana indah.

Rasa lelah setelah perjalanan sekitar 1,5 jam dari kota Yogyakarta langsung terbayarkan ketika di air terjun paling bawah terdapat 'kolam' berukuran cukup besar. Belasan orang terlihat sangat menikmati air yang sangat jernih ini. Beberapa di antaranya asyik bersendagurau di dalam kolam bersama teman-temannya.

Ada beberapa orang terlihat mencoba meluncur menggunakan ban dalam dari atas air terjun bersama. Derasnya air yang ada membuat seluncur dengan ban ini nampak mudah. Sampai di kolam berkedalaman 2,5 meter hingga 3 meter ini, mereka langsung berenang. Pengunjung lain terlihat asyik berfoto ria di spot-spot tekstur air terjun.

Puas bermain di kolam pertama, beberapa di antaranya naik ke jembatan dan kembali melakukan selfi. Usai melintas di jembatan, sembari berjalan di sisi kanan 'sungai', pengunjung berjalan menuju ke puncak sumber mata air. Setidaknya 5 air terjun rendah namun dengan debit air yang cukup melimpah terlihat sangat eksotis.

Naluri ingin berfoto ria sembari bermain air terus muncul di setiap air terjun yang dilewati. Puluhan anak tangga menuju ke puncak air terjun dengan ketinggian 80 meter lebih tidak begitu berat untuk dilahap. Sampai di puncak, kembali terlihat ada kolam dengan ukurannya hampir sama kolam pertama sebelumnya.

Namun kali ini, kolam kedua tersebut cukup dangkal karena hanya memiliki kedalaman kurang dari 1 meter. Belasan anak-anak terlihat bermain air sembari berenang menggunakan ban dalam mobil. Gelak tawa terdengar riuh bersahutan dengan derasnya arus air sungai yang bersumber di kaki bukit Wayang.

Di seputaran kolam kedua ini, beberapa fasilitas mulai banyak dijumpai. Beberapa gazebo mulai dari ukuran kecil hingga besar bisa dimanfaatkan oleh pengunjung. Musala yang dibangun layaknya rumah panggung serta beberapa warung tradisional bisa dijumpai tak jauh dari kolam kedua tersebut.

Di tempat ini, pengunjung bisa memesan makanan khas Kulonprogo, geblek. Sebuah sajian berasal dari adonan tepung ketan dicampur dengan beberapa bumbu yang digoreng disajikan hangat membuat suasana semakin nyaman. Rasa lapar terbayarkan ketika menikmati sajian yang satu ini.

Salah satu penggiat lokasi wisata yang berada di Dusun Banyuganti, Desa Jatimulyo, Andri Berlianto mengungkapkan, dibukanya lokasi wisata ini sebenarnya berawal dari niat warga sekitar yang ingin menjaga kebersihan bantaran sungai. Sebelumnya, di seputaran Sungai Mudal ini hanya berupa gerumbulan (ilalang) yang berserakan di sela-sela pohon besar.

"Waktu itu kepikiran untuk membuat ekowisata,"tuturnya.

Melalui beberapa kali tahapan, akhirnya warga mulai membangun beberapa penunjang. Jembatan seadanya, pembuatan jalan setapak hingga penciptaan spot selfi coba mereka gagas. Perlahan-lahan mereka mulai menata kawasan tersebut menjadi sedikit lebih baik.

Tahun 2015, PT PLN mulai masuk ke wilayah tersebut dan melakukan pendampingan. Beberapa sektor langsung ditata termasuk pembangunan beberapa fasilitas. Puluhan anak tangga, jembatan, musala, kamar mandi, hingga arena flying Fox mereka dirikan untuk menambah daya tarik destinasi anyar di bawah Gunung Kelir ini.

"Untuk menariknya juga ada free wifi bagi pengunjung. Meski di atas bukit, tetapi jangan khawatir koneksi internet masih lancar," tambahnya.

Lokasi wisata ini sebenarnya berada di lahan milik beberapa warga. Untuk mengantisipasi terjadinya kecemburuan dan juga kemungkinan ke depan nanti akan terjadi klaim dari pemilik lahan, maka ada kesepakatan tertulis antara pihak pengelola dengan pemilik lahan. Pemilik lahan akan tetap mendapatkan bagian dari penghasilan tiket masuk dan diperkenankan mendirikan fasilitas seperti kamar mandi untuk penghasilan pribadi.

Tak hanya itu, petugas parkir juga akan mendapatkan bagian berbeda termasuk pemilik lahan sesuai dengan prosentase kesepakatannya. Pengelola juga memberikan fasilitas warung semi permanen terhadap warga yang ingin berjualan. Hal ini mereka lakukan setelah belajar dari beberapa destinasi wisata di tempat lain.

"Sebut saja Gua Pindul. Sampai saat ini belum bisa akur,"bujarnya.

Meski bisa dijadikan lokasi wisata andalan karena juga memiliki arena camping ground, tetapi pengelola tak melulu mengekploitasi alam sekitar. Karena konsep yang mereka kembangkan berbasis ekowisata. Di mana puluhan tanaman langka coba mereka tangkarkan untuk dilestarikan. Tanaman-tanaman langka sudah mulai banyak tumbuh di kawasan ini.

Humas PT PLN Area Distribusi Yogyakarta, Paulus Kardiman menambahkan, PLN masuk ke kawasan sungai Mudal untuk memberikan pendampingan sekaligus pemberdayaan masyarakat. Karena menurutnya sangat penting memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengelola obyek wisata ketimbang mendatangkan investor.

"Kalau investor itu yang mendapat manfaat hanya sedikit. Tetapi jika warga yang tergerak mengelola, maka semua warga bisa terlibat dan mendapatkan manfaat," tambahnya.

PLN bermimpi selain menjadikan Sungai Mudal sebagai destinasi wisata andalan juga menjadi kawasan konservasi. Mimpi juga tersemat menjadikan kawasan ini sebagai lokasi edukasi. Karena ke depan pihaknya akan membangun pembangkit listrik mikro hidro sebagai tempat belajar energi listrik.
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5366 seconds (0.1#10.140)