Pentingnya Skrining Demensia bagi Lansia, Mulai Waspada Usia 40an
loading...
A
A
A
JAKARTA – Berdasarkan data Alzheimer's Indonesia (ALZI), sebanyak 1,2 juta lansia Indonesia terdiagnosis demensia dan diprediksi mencapai angka 2 juta pada 2030. Bahkan, diprediksi pada 2050, jumlahnya meningkat menjadi 4 juta.
Artinya, demensia jangan disepelekan. Ini bukan sekadar pikun atau penyakit orangtua, tapi dapat menjadi masalah yang lebih serius jika tidak ditangani dengan tepat.
"Menurut data global, penyakit demensia ada di urutan nomor 7 di dunia yang paling berbahaya, selain kanker dan penyakit jantung," kata Executive Director of Alzheimer's Indonesia (ALZI) Michael Dirk Roelof Maitimoe saat ditemui MNC Portal di sesi Pelatihan Tatalaksana Diagnosis Demensia di Kampus FKIK UNIKA Atma Jaya Pluit, Jakarta Utara, Kamis (8/9/2023).
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan angka kasus demensia adalah dengan skrining sedini mungkin bagi para lansia. Menjadi pertanyaan sekarang, kapan waktu yang tepat untuk melakukan skrining demensia pada lansia?
Dijelaskan Psikiater Konsultan Geriatri dr Yulia Fatima Bessing, Sp.KJ (K), waktu terbaik untuk mulai skrining demensia adalah di usia 60 tahun.
"Saat seseorang sudah memasuki usia 60 tahun, maka dia disarankan untuk skrining demensia," jelas dr Yulia.
"Mau lansia itu merasa sehat-sehat saja atau tidak mengalami pikun, skrining demensia tetap direkomendasikan untuk melihat kemungkinan di pasien," ujar dia lagi.
Skrining demensia juga disarankan bagi mereka yang punya riwayat orangtua demensia. Jika ada riwayat seperti ini di usia 40 tahun sudah bisa mulai skrining demensia .
#Skrining demensia bisa dilakukan oleh dokter umum di faskes terdekat
Skrining demensia bisa dilakukan di Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya. Dokter umum pun mulai terlatih melakukan skrining hingga mendiagnosis pasien.
ALZI sebagai organisasi non-profit bahkan memfasilitasi dokter umum untuk belajar dan memahami tatalaksana diagnosis demensia ini. Menurut Michael, dokter umum adalah garda terdepan yang berhadapan langsung dengan lansia.
"Jika dokter umum teredukasi dengan baik mengenai demensia, maka angka kasus bisa ditekan dengan skrining yang tepat," ungkapnya.
Di sesi pelatihan tatalaksana diagnosis demensia di FKIK UNIKA Atma Jaya Pluit, ALZI mengajak sejumlah dokter umum dan dokter gigi untuk memahami secara komprehensif penanganan demensia . Tak hanya dari paparan narasumber, tapi juga lewat roleplay dan diskusi kasus.
Ada tiga narasumber multidisiplin yang dihadirkan dalam sesi tersebut, yaitu Neurolog Prof Yuda Turana, Sp.S (K), Psikiatri dr Yulia Fatima Bessing, Sp.KJ (K), dan Ahli Penyakit Dalam konsultan Geriatri Prof Czeresna Heriawan Soejono.
Artinya, demensia jangan disepelekan. Ini bukan sekadar pikun atau penyakit orangtua, tapi dapat menjadi masalah yang lebih serius jika tidak ditangani dengan tepat.
"Menurut data global, penyakit demensia ada di urutan nomor 7 di dunia yang paling berbahaya, selain kanker dan penyakit jantung," kata Executive Director of Alzheimer's Indonesia (ALZI) Michael Dirk Roelof Maitimoe saat ditemui MNC Portal di sesi Pelatihan Tatalaksana Diagnosis Demensia di Kampus FKIK UNIKA Atma Jaya Pluit, Jakarta Utara, Kamis (8/9/2023).
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan angka kasus demensia adalah dengan skrining sedini mungkin bagi para lansia. Menjadi pertanyaan sekarang, kapan waktu yang tepat untuk melakukan skrining demensia pada lansia?
Dijelaskan Psikiater Konsultan Geriatri dr Yulia Fatima Bessing, Sp.KJ (K), waktu terbaik untuk mulai skrining demensia adalah di usia 60 tahun.
"Saat seseorang sudah memasuki usia 60 tahun, maka dia disarankan untuk skrining demensia," jelas dr Yulia.
"Mau lansia itu merasa sehat-sehat saja atau tidak mengalami pikun, skrining demensia tetap direkomendasikan untuk melihat kemungkinan di pasien," ujar dia lagi.
Skrining demensia juga disarankan bagi mereka yang punya riwayat orangtua demensia. Jika ada riwayat seperti ini di usia 40 tahun sudah bisa mulai skrining demensia .
#Skrining demensia bisa dilakukan oleh dokter umum di faskes terdekat
Skrining demensia bisa dilakukan di Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya. Dokter umum pun mulai terlatih melakukan skrining hingga mendiagnosis pasien.
ALZI sebagai organisasi non-profit bahkan memfasilitasi dokter umum untuk belajar dan memahami tatalaksana diagnosis demensia ini. Menurut Michael, dokter umum adalah garda terdepan yang berhadapan langsung dengan lansia.
"Jika dokter umum teredukasi dengan baik mengenai demensia, maka angka kasus bisa ditekan dengan skrining yang tepat," ungkapnya.
Di sesi pelatihan tatalaksana diagnosis demensia di FKIK UNIKA Atma Jaya Pluit, ALZI mengajak sejumlah dokter umum dan dokter gigi untuk memahami secara komprehensif penanganan demensia . Tak hanya dari paparan narasumber, tapi juga lewat roleplay dan diskusi kasus.
Ada tiga narasumber multidisiplin yang dihadirkan dalam sesi tersebut, yaitu Neurolog Prof Yuda Turana, Sp.S (K), Psikiatri dr Yulia Fatima Bessing, Sp.KJ (K), dan Ahli Penyakit Dalam konsultan Geriatri Prof Czeresna Heriawan Soejono.
(tdy)