Review dan Sinopsis Film G30S/PKI
loading...
A
A
A
Masing-masing para jenderal disergap dan diculik dengan cara yang tragis sehingga tak hanya para jenderal namun anggota keluarga pun turut menjadi korban atas peristiwa tersebut.
Setibanya di Lubang Buaya, para jenderal diinterograsi oleh PKI tetapi para jenderal memilih bungkam sehingga para jenderal disiksa hingga tewas. Jasad para jenderal dibuang ke sebuah lubang yang disebut Lubang Buaya.
Sehari setelahnya, kabar penculikkan pun terkuak, namun RRI dan Telkom sudah terlanjur dikuasai oleh PKI sehingga Mayjen Soeharto berusaha merebut kembali dari PKI. Tak hanya itu, Soeharto pun melakukan berbagai aksi untuk menyerang balik pasukan PKI dan berusaha mencari di mana lokasi para jenderal diculik.
Berkat keterangan dari polisi Sukitman, akhirnya terkuak lokasi jasad ketujuh jenderal dibuang. Jasad-jasad jenderal tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dan diberi gelar pahlawan. Lalu untuk mengenangnya di Lubang Buaya dibangun monumen pengingatan G30S/PKI.
Film dokumenter ini juga melambangkan sikap nasionalisme untuk memperingati peristiwa sejarah G30S/PKI. Film ini juga merupakan tayangan sarana pendidikan dan memperingati jasa pahlawan untuk mempertahankan keutuhan kekuasaan Indonesia dari para pengkhianat.
Secara visualisasi film ini sangat dramatis untuk ditonton. Minimnya sensor di film ini membuat penonton meringis melihat pembataian yang dilakukan oleh PKI. Pengambilan angle juga dinilai bagus. Dengan menonton film ini membuat para pentonton terbangun emosinya. Tak jarang, banyak penonton yang meneteskan air mata.
Film ini juga mendapatkan ulasan dan apresiasi dari beberapa penontonnya.
“Saya mengapresiasi detail dalam menakut-nakuti korban penembakan, properti yang digunakan seperti pistol, seragam militer, dan lain-lain. Saya juga pernah membaca beberapa cerita bahwa sutradara juga bertanya kepada Presiden Soeharto tentang medali dan seragam apa yang dia gunakan dan kenakan ketika bertemu Sukarno, pergi ke Lubang Buaya, dan lain-lain untuk tujuan realisme,” kata penonton.
“Saya tidak bisa berkata apa-apa, saya sangat sedih melihat film ini dan juga memiliki makna dan pelajaran yang penting, saya harap film ini terus sukses,” ucap penonton.
Setibanya di Lubang Buaya, para jenderal diinterograsi oleh PKI tetapi para jenderal memilih bungkam sehingga para jenderal disiksa hingga tewas. Jasad para jenderal dibuang ke sebuah lubang yang disebut Lubang Buaya.
Sehari setelahnya, kabar penculikkan pun terkuak, namun RRI dan Telkom sudah terlanjur dikuasai oleh PKI sehingga Mayjen Soeharto berusaha merebut kembali dari PKI. Tak hanya itu, Soeharto pun melakukan berbagai aksi untuk menyerang balik pasukan PKI dan berusaha mencari di mana lokasi para jenderal diculik.
Berkat keterangan dari polisi Sukitman, akhirnya terkuak lokasi jasad ketujuh jenderal dibuang. Jasad-jasad jenderal tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dan diberi gelar pahlawan. Lalu untuk mengenangnya di Lubang Buaya dibangun monumen pengingatan G30S/PKI.
Review Film G30S/PKI
Film ini berdurasi selama 271 menit. Film ini juga sangat apik diproduksi di zamannya yaitu pada 1984, meski pada tahun tersebut kualitas filmnya masih buram.Film dokumenter ini juga melambangkan sikap nasionalisme untuk memperingati peristiwa sejarah G30S/PKI. Film ini juga merupakan tayangan sarana pendidikan dan memperingati jasa pahlawan untuk mempertahankan keutuhan kekuasaan Indonesia dari para pengkhianat.
Secara visualisasi film ini sangat dramatis untuk ditonton. Minimnya sensor di film ini membuat penonton meringis melihat pembataian yang dilakukan oleh PKI. Pengambilan angle juga dinilai bagus. Dengan menonton film ini membuat para pentonton terbangun emosinya. Tak jarang, banyak penonton yang meneteskan air mata.
Film ini juga mendapatkan ulasan dan apresiasi dari beberapa penontonnya.
“Saya mengapresiasi detail dalam menakut-nakuti korban penembakan, properti yang digunakan seperti pistol, seragam militer, dan lain-lain. Saya juga pernah membaca beberapa cerita bahwa sutradara juga bertanya kepada Presiden Soeharto tentang medali dan seragam apa yang dia gunakan dan kenakan ketika bertemu Sukarno, pergi ke Lubang Buaya, dan lain-lain untuk tujuan realisme,” kata penonton.
“Saya tidak bisa berkata apa-apa, saya sangat sedih melihat film ini dan juga memiliki makna dan pelajaran yang penting, saya harap film ini terus sukses,” ucap penonton.