Review dan Sinopsis Film G30S/PKI

Selasa, 26 September 2023 - 17:41 WIB
loading...
Review dan Sinopsis Film G30S/PKI
Review dan sinopsis film G30S/PKI banyak dicari masyarakat jelang peristiwa Gerakan 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia (G30SPKI). Foto/ dok.sindonews.
A A A
JAKARTA - Review dan sinopsis film sejarah G30S/PKI banyak dicari masyarakat jelang peristiwa Gerakan 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia (G30SPKI).

Film G30S/PKI merupakan sejarah yang kelam bagi bangsa Indonesia yang berlangsung pada 30 September-1 Oktober 1965. Peritiwa ini memakan banyak korban jiwa, terutama para pahlawan Indonesia, di mana tujuh perwira tinggi meninggal dunia.

Peristiwa sejarah ini diangkat menjadi sebuah film yang ditulis dan disutradarai oleh Arifin C Noer. Film ini digarap pada 1984 dan diproduseri G Dwipayana. Ada pun perusahaan produksi film ini adalah Pusat Produksi Film Negara Departemen Penerangan.



Banyak sekali esensi dan pesan moral yang dapat diambil dari film ini terutama bagi anak muda generasi bangsa. Film ini sekaligus menjadi tontonan sejarah yang dapat membangktkan jiwa nasionalisme.

Sinopsis Film G30S/PKI

Pada 1964 terungkap sebuah rencana perebutan kekuasaan oleh PKI yang disusun oleh ketuanya yaitu D.N Aidit untuk menysusun gerakan 30 September 1965. Dalam menjalankan aksinya, PKI diberikan fasilitas senjata oleh Perdana Menteri China.

Namun, ide tersebut tidak disetujui oleh para jenderal Indonesia termasuk Letjen Ahmad Yani karena dapat menggangu komando kekuatan bersenjata di Indonesia. PKI menganggap para jenderal angkatan darat menjadi penghalang besar bagi tujuannya untuk merebut kekuasaan di Indonesia.

Pada saat itu kesehatan Presiden Soekarno sangat menurun sehingga PKI melihat peluang untuk memperebutkan kekuasaan Indonesia, yaitu dengan melakukan kegiatan latihan militer untuk melancarkan aksi G30S/PKI di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Dalam mempersiapkan aksinya, pada 8 Agustus, D.N Aidit bersama Syam Kamaruzaman membungkam pers dan menyebarkan isu pengkhianatan para jenderal pimpinan angkatan darat. Syam Kamaruzaman mengarahkan PKI untuk mulai melakukan kudeta secara militer dan melakukan penculikan para jenderal yang anti dengan PKI.

Setelah mengadakan rapat, PKI mengambil keputusan untuk menculik tujuh jenderal yaitu Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Nasution, Letjen Suprapto, Mayjen M.T Haryono, Letjen S. Parman, Mayjen D.I Panjaitan dan Mayjen Sutoyo.

Pada dini hari, 30 September 1965, PKI melakukan aksi penyerangan dan penculikan di kediaman para jenderal dan langsung dibawa ke Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Masing-masing para jenderal disergap dan diculik dengan cara yang tragis sehingga tak hanya para jenderal namun anggota keluarga pun turut menjadi korban atas peristiwa tersebut.

Setibanya di Lubang Buaya, para jenderal diinterograsi oleh PKI tetapi para jenderal memilih bungkam sehingga para jenderal disiksa hingga tewas. Jasad para jenderal dibuang ke sebuah lubang yang disebut Lubang Buaya.

Sehari setelahnya, kabar penculikkan pun terkuak, namun RRI dan Telkom sudah terlanjur dikuasai oleh PKI sehingga Mayjen Soeharto berusaha merebut kembali dari PKI. Tak hanya itu, Soeharto pun melakukan berbagai aksi untuk menyerang balik pasukan PKI dan berusaha mencari di mana lokasi para jenderal diculik.

Berkat keterangan dari polisi Sukitman, akhirnya terkuak lokasi jasad ketujuh jenderal dibuang. Jasad-jasad jenderal tersebut dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dan diberi gelar pahlawan. Lalu untuk mengenangnya di Lubang Buaya dibangun monumen pengingatan G30S/PKI.

Review Film G30S/PKI

Film ini berdurasi selama 271 menit. Film ini juga sangat apik diproduksi di zamannya yaitu pada 1984, meski pada tahun tersebut kualitas filmnya masih buram.

Film dokumenter ini juga melambangkan sikap nasionalisme untuk memperingati peristiwa sejarah G30S/PKI. Film ini juga merupakan tayangan sarana pendidikan dan memperingati jasa pahlawan untuk mempertahankan keutuhan kekuasaan Indonesia dari para pengkhianat.

Secara visualisasi film ini sangat dramatis untuk ditonton. Minimnya sensor di film ini membuat penonton meringis melihat pembataian yang dilakukan oleh PKI. Pengambilan angle juga dinilai bagus. Dengan menonton film ini membuat para pentonton terbangun emosinya. Tak jarang, banyak penonton yang meneteskan air mata.



Film ini juga mendapatkan ulasan dan apresiasi dari beberapa penontonnya.

“Saya mengapresiasi detail dalam menakut-nakuti korban penembakan, properti yang digunakan seperti pistol, seragam militer, dan lain-lain. Saya juga pernah membaca beberapa cerita bahwa sutradara juga bertanya kepada Presiden Soeharto tentang medali dan seragam apa yang dia gunakan dan kenakan ketika bertemu Sukarno, pergi ke Lubang Buaya, dan lain-lain untuk tujuan realisme,” kata penonton.

“Saya tidak bisa berkata apa-apa, saya sangat sedih melihat film ini dan juga memiliki makna dan pelajaran yang penting, saya harap film ini terus sukses,” ucap penonton.

MG/Stevhani Tobing
(tdy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1279 seconds (0.1#10.140)