Studi: Wajah Bisa Tunjukkan Seseorang Kaya atau Miskin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Studi terbaru menemukan bahwa wajah bisa menunjukkan seseorang kaya atau miskin . Secara umum, orang-orang yang memiliki uang cenderung hidup lebih bahagia dan tidak terlalu cemas dibandingkan dengan mereka yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Dilansir dari CNBC, Minggu (5/11/2023) R. Thora Bjornsdottir, mahasiswa pascasarjana di Universitas Toronto dan salah satu penulis studi ini mengatakan bahwa perbedaan kesejahteraan ini sebenarnya tercermin pada wajah masyarakat.
Bjornsdottir dan rekan penulisnya, profesor psikologi Nicholas O. Rule, meminta subjek sarjana dari berbagai etnis melihat foto skala abu-abu dari 80 pria kulit putih dan 80 wanita kulit putih. Tidak ada yang menunjukkan tato atau tindikan.
Setengah dari foto-foto tersebut adalah orang-orang yang berpenghasilan lebih dari USD150 ribu atau Rp2,3 miliar per tahun, yang mereka anggap sebagai kelas atas. Sedangkan separuh lainnya adalah orang-orang yang berpenghasilan di bawah USD35 ribu atau Rp545 juta atau kelas bawah.
Ketika subjek diminta menebak kelas orang-orang dalam foto, mereka melakukannya dengan benar sebanyak 68 persen. Ini jauh lebih tinggi daripada kebetulan.
“Saya tidak berpikir efeknya akan sekuat ini, terutama mengingat betapa halusnya perbedaan pada wajah. Itulah bagian yang paling mengejutkan dari penelitian ini bagi saya," kata Rule.
Peneliti memperbesar fitur wajah. Mereka menemukan bahwa subjek masih bisa menebak dengan benar ketika hanya melihat mata, dan mulut adalah petunjuk yang lebih baik lagi. Namun tidak ada satu pun bagian yang dapat diandalkan sebagai indikator dibandingkan keseluruhan permukaannya.
"Kemungkinan besar disebabkan oleh pola emosi yang terpatri di wajah mereka seiring berjalannya waktu,” jelas Bjornsdottir.
Kontraksi kronis pada otot-otot tertentu sebenarnya dapat menyebabkan perubahan pada struktur wajah Anda yang mungkin juga dialami oleh orang lain, meskipun mereka tidak menyadarinya. "Perbedaan kesejahteraan sebenarnya tercermin dari wajah masyarakat," ujarnya.
Ketika para peneliti menunjukkan foto orang-orang yang tampak bahagia kepada para mahasiswa, mereka tidak bisa membedakan status sosial ekonomi dengan lebih baik daripada kebetulan. Ekspresinya harus netral agar isyarat halus dapat memberikan efek.
“Seiring waktu, wajah Anda secara permanen mencerminkan dan mengungkapkan pengalaman Anda. Bahkan ketika kita berpikir kita tidak sedang mengekspresikan sesuatu, sisa-sisa emosi tersebut masih ada," ucap Rule.
Penelitian ini diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology.
Dilansir dari CNBC, Minggu (5/11/2023) R. Thora Bjornsdottir, mahasiswa pascasarjana di Universitas Toronto dan salah satu penulis studi ini mengatakan bahwa perbedaan kesejahteraan ini sebenarnya tercermin pada wajah masyarakat.
Bjornsdottir dan rekan penulisnya, profesor psikologi Nicholas O. Rule, meminta subjek sarjana dari berbagai etnis melihat foto skala abu-abu dari 80 pria kulit putih dan 80 wanita kulit putih. Tidak ada yang menunjukkan tato atau tindikan.
Setengah dari foto-foto tersebut adalah orang-orang yang berpenghasilan lebih dari USD150 ribu atau Rp2,3 miliar per tahun, yang mereka anggap sebagai kelas atas. Sedangkan separuh lainnya adalah orang-orang yang berpenghasilan di bawah USD35 ribu atau Rp545 juta atau kelas bawah.
Ketika subjek diminta menebak kelas orang-orang dalam foto, mereka melakukannya dengan benar sebanyak 68 persen. Ini jauh lebih tinggi daripada kebetulan.
“Saya tidak berpikir efeknya akan sekuat ini, terutama mengingat betapa halusnya perbedaan pada wajah. Itulah bagian yang paling mengejutkan dari penelitian ini bagi saya," kata Rule.
Peneliti memperbesar fitur wajah. Mereka menemukan bahwa subjek masih bisa menebak dengan benar ketika hanya melihat mata, dan mulut adalah petunjuk yang lebih baik lagi. Namun tidak ada satu pun bagian yang dapat diandalkan sebagai indikator dibandingkan keseluruhan permukaannya.
"Kemungkinan besar disebabkan oleh pola emosi yang terpatri di wajah mereka seiring berjalannya waktu,” jelas Bjornsdottir.
Kontraksi kronis pada otot-otot tertentu sebenarnya dapat menyebabkan perubahan pada struktur wajah Anda yang mungkin juga dialami oleh orang lain, meskipun mereka tidak menyadarinya. "Perbedaan kesejahteraan sebenarnya tercermin dari wajah masyarakat," ujarnya.
Ketika para peneliti menunjukkan foto orang-orang yang tampak bahagia kepada para mahasiswa, mereka tidak bisa membedakan status sosial ekonomi dengan lebih baik daripada kebetulan. Ekspresinya harus netral agar isyarat halus dapat memberikan efek.
“Seiring waktu, wajah Anda secara permanen mencerminkan dan mengungkapkan pengalaman Anda. Bahkan ketika kita berpikir kita tidak sedang mengekspresikan sesuatu, sisa-sisa emosi tersebut masih ada," ucap Rule.
Penelitian ini diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology.
(dra)