Peringati HKN 2023, SOHO Raih Penghargaan Karya Anak Bangsa
loading...
A
A
A
Pada kesempatan yang sama, Dr. (Cand.) dr. Inggrid Tania, M.Si selaku Ketua Umum PDPOTJI (Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia) memaparkan bahwa temulawak menurut pengalaman empirik bangsa Indonesia yang pengetahuannya diwariskan turun-temurun dari nenek moyang memiliki banyak sekali khasiat kesehatan, seperti dapat meningkatkan kesehatan pencernaan, meningkatkan kekebalan tubuh, memperbaiki nafsu makan, dan memelihara fungsi hati.
Pada masa pandemi, sebagian masyarakat Indonesia juga mengkonsumsi temulawak sebagai imunostimulan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Temulawak termasuk dalam Pedoman penggunaan herbal dan suplemen Kesehatan dalam menghadapi Covid -19 di Indonesia yang dikeluarkan oleh BPOM RI.
Temulawak juga terbukti dapat meningkatkan berat badan pada anak. Sebab, temulawak mampu mempercepat pengosongan lambung, mengoptimalkan kerja enzim pencerenaan, hingga melancarkan proses pencernaan dan penyerapan lemak di usus, yang berujung pada peningkatan nafsu makan. “Dengan tercapainya berat badan normal pada anak, maka kita dapat menurunkan risiko stunting,” yakinnya.
Sementara itu, Ditegaskan dr. Fanny Fachrucha, Sp.P(K), Dokter Spesialis Paru, temulawak atau curcuma juga dapat berperan sebagai hepatoprotektor pada pasien TBC (Tuberkolosis).
Menurut WHO, sebanyak 1,5 juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang paling mematikan setelah Covid-19. “Indonesia kini berada di urutan ke–2 negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia. Penyakit ini dapat berakibat fatal bagi penderitanya jika tidak segera ditangani. Meski begitu, TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan dan bisa dicegah,” ungkapnya.
Sama seperti obat-obat lain, obat TBC juga memiliki efek samping. Termasuk di antaranya gangguan fungsi hati (Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide).
“Dan, pemberian Hepatoprotektor seperti curcumin yang terkandung dalam Curcuma xanthorrhiza dapat dipertimbangkan sebagai terapi pendamping pada pasien TBC. Sebab, kandungan Curcumin dalam temulawak memiliki efek hepatoprotektif untuk membantu memperbaiki fungsi hati serta mencegah kerusakan hati lebih lanjut. Studi terkait curcuma juga terus berkembang termasuk studi kombinasi curcumin dan piperine di mana penambahan piperine ini dapat meningkatkan absorbsi dan bioavailabilitas Curcumin hingga 2.000%, di mana peningkatan bioavailibilitas ini akan meningkatkan efikasi dari curcuma sebagai hepatoprotektor,” pungkas dr. Fanny.
Pada masa pandemi, sebagian masyarakat Indonesia juga mengkonsumsi temulawak sebagai imunostimulan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Temulawak termasuk dalam Pedoman penggunaan herbal dan suplemen Kesehatan dalam menghadapi Covid -19 di Indonesia yang dikeluarkan oleh BPOM RI.
Temulawak juga terbukti dapat meningkatkan berat badan pada anak. Sebab, temulawak mampu mempercepat pengosongan lambung, mengoptimalkan kerja enzim pencerenaan, hingga melancarkan proses pencernaan dan penyerapan lemak di usus, yang berujung pada peningkatan nafsu makan. “Dengan tercapainya berat badan normal pada anak, maka kita dapat menurunkan risiko stunting,” yakinnya.
Sementara itu, Ditegaskan dr. Fanny Fachrucha, Sp.P(K), Dokter Spesialis Paru, temulawak atau curcuma juga dapat berperan sebagai hepatoprotektor pada pasien TBC (Tuberkolosis).
Menurut WHO, sebanyak 1,5 juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun 2020. Penyakit ini merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang paling mematikan setelah Covid-19. “Indonesia kini berada di urutan ke–2 negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia. Penyakit ini dapat berakibat fatal bagi penderitanya jika tidak segera ditangani. Meski begitu, TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan dan bisa dicegah,” ungkapnya.
Sama seperti obat-obat lain, obat TBC juga memiliki efek samping. Termasuk di antaranya gangguan fungsi hati (Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide).
“Dan, pemberian Hepatoprotektor seperti curcumin yang terkandung dalam Curcuma xanthorrhiza dapat dipertimbangkan sebagai terapi pendamping pada pasien TBC. Sebab, kandungan Curcumin dalam temulawak memiliki efek hepatoprotektif untuk membantu memperbaiki fungsi hati serta mencegah kerusakan hati lebih lanjut. Studi terkait curcuma juga terus berkembang termasuk studi kombinasi curcumin dan piperine di mana penambahan piperine ini dapat meningkatkan absorbsi dan bioavailabilitas Curcumin hingga 2.000%, di mana peningkatan bioavailibilitas ini akan meningkatkan efikasi dari curcuma sebagai hepatoprotektor,” pungkas dr. Fanny.
(dra)