Kisah Pengorbanan Dokter Rela Pisah dari Keluarga demi Rawat Korban Perang di Gaza
loading...
A
A
A
GAZA - Palestina masih terus mendapat serangan dari Israel. Serangan ini memakan korban luka dan korban jiwa hingga ribuan. Alhasil tenaga medis harus bekerja sepanjang hari di rumah sakit dan meninggalkan keluarga mereka.
Salah satunya Mohammad Abu Namous, seorang dokter di Gaza yang terlihat memeluk putrinya untuk terakhir kali di perbatasan Rafah. Abu Namous mengucapkan selamat tinggal secara emosional kepada keluarganya untuk merawat ribuan orang yang terluka akibat bom Israel di daerah Gaza.
Kini, keluarga Namous sedang berada di Mesir. Keluarganya yang memegang kewarganegaraan Moldova, termasuk di antara ratusan warga Gaza dengan paspor asing yang diizinkan untuk pergi ke Mesir melalui penyeberangan.
"Tidak ada jalan keluar lain dari ini. Tidak ada keamanan. Seluruh Jalur Gaza tidak aman. Itulah mengapa yang terbaik adalah saya mengeluarkan mereka sehingga saya dapat fokus pada pekerjaan saya merawat pasien," kata Namous kepada Reuters saat duduk bersama istri dan putrinya di ruang tunggu tempat penyeberangan, dikutip Sabtu (11/11/2023).
"Tentu saja, saya mengeluarkan mereka, tetapi saya sendiri akan tinggal di Jalur Gaza. Saya tidak akan pergi,” imbuhnya.
Sebelum keluarganya berangkat Ke Mesir, Abu Namos memindahkan mereka dari kamp Jabalia di Gaza utara ketika serangan Israel mulai ke Al-Zahra dan kemudian kamp Al-Nusairat di Gaza tengah. Namun kedua tempat itu nyatanya tetap tidak aman. Jika keluarga dalam keadaan tidak aman, dirinya pun akan merasa tidak fokus bekerja.
Putri Abu Namous, Dina, mengatakan kalau dia merasa bersemangat dan sedih dalam satu waktu sekaligus.
"Kita akan pergi ke sana, di mana ada listrik, air, internet dan segalanya. Tetapi pada saat yang sama, aku sedih bahwa ayah akan tinggal di sini,” ujar Dina.
Salah satunya Mohammad Abu Namous, seorang dokter di Gaza yang terlihat memeluk putrinya untuk terakhir kali di perbatasan Rafah. Abu Namous mengucapkan selamat tinggal secara emosional kepada keluarganya untuk merawat ribuan orang yang terluka akibat bom Israel di daerah Gaza.
Kini, keluarga Namous sedang berada di Mesir. Keluarganya yang memegang kewarganegaraan Moldova, termasuk di antara ratusan warga Gaza dengan paspor asing yang diizinkan untuk pergi ke Mesir melalui penyeberangan.
Baca Juga
"Tidak ada jalan keluar lain dari ini. Tidak ada keamanan. Seluruh Jalur Gaza tidak aman. Itulah mengapa yang terbaik adalah saya mengeluarkan mereka sehingga saya dapat fokus pada pekerjaan saya merawat pasien," kata Namous kepada Reuters saat duduk bersama istri dan putrinya di ruang tunggu tempat penyeberangan, dikutip Sabtu (11/11/2023).
"Tentu saja, saya mengeluarkan mereka, tetapi saya sendiri akan tinggal di Jalur Gaza. Saya tidak akan pergi,” imbuhnya.
Sebelum keluarganya berangkat Ke Mesir, Abu Namos memindahkan mereka dari kamp Jabalia di Gaza utara ketika serangan Israel mulai ke Al-Zahra dan kemudian kamp Al-Nusairat di Gaza tengah. Namun kedua tempat itu nyatanya tetap tidak aman. Jika keluarga dalam keadaan tidak aman, dirinya pun akan merasa tidak fokus bekerja.
Putri Abu Namous, Dina, mengatakan kalau dia merasa bersemangat dan sedih dalam satu waktu sekaligus.
"Kita akan pergi ke sana, di mana ada listrik, air, internet dan segalanya. Tetapi pada saat yang sama, aku sedih bahwa ayah akan tinggal di sini,” ujar Dina.
(tsa)