Perempuan Berisiko Tinggi Idap Diabetes Ketimbang Pria, Ini Penyebab dan Pencegahannya

Senin, 13 November 2023 - 14:06 WIB
loading...
Perempuan Berisiko Tinggi Idap Diabetes Ketimbang Pria, Ini Penyebab dan Pencegahannya
Perempuan dilaporkan berisiko tinggi mengidap diabetes dibandingkan pria. Hal ini dibuktikan dengan tingginya kasus diabetes pada kaum wanita di Indonesia. Foto/Getty Images
A A A
JAKARTA - Perempuan dilaporkan berisiko tinggi mengidap diabetes dibandingkan pria. Hal ini dibuktikan dengan tingginya kasus diabetes pada kaum wanita di Indonesia.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) DR Dr Soebagijo Adi Soelistijo, SpPD-KEMD, FINASIM mengatakan bahwa berdasarkan data prevelensi diabetes melitus pada 2018, jumlah pasien diabetes perempuan tembus hingga 12,7 persen.

“Perempuan lebih banyak menyandang diabetes. Di tahun 2018, pasien diabetes perempuan mencapai 12,7 persen. Sedangkan laki-laki mencapai 9,0 persen,” kata Dr Soebagijo dalam webinar Bagaimana Menangani dan Mengatasi Diabetes di Indonesia?, Senin (13/11/2023).

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan perempuan lebih berisiko tinggi mengidap diabetes dibandingkan pria. Salah satunya karena wanita akan mengalami penurunan hormon atau menopause saat mencapai usia 50-an.



Kondisi tersebut akan membuat wanita bertambah bobot tubuhnya. Sehingga menyebabkan mereka lebih berisiko tinggi terkena diabetes.

“Wanita akan mengalami menopause. Nah itu menyebabkan berat badan meningkat sehingga jadi berisiko diabetes lebih besar,” jelasnya.

Meski begitu, risiko diabetes ini tetap bisa dicegah dengan mengubah pola hidup yang sehat. Termasuk dari segi asupan hingga olahraga. Dokter menganjurkan untuk mulai mengurangi karbohidrat hingga lemak berlebih serta aktif bergerak setiap hari.

Melakukan deteksi dini dan mengenali risiko juga menjadi langkah yang tepat. Sehingga diabetes bisa segera ditangani dan tidak menjadi komplikasi yang parah.



“Supaya terhindar dari diabates, kita tidak boleh diam. Kita harus ada aktivitas fisik paling minim 150 menit per minggu,” ujarnya.

“Harus didetksi secara dini, karena kalau tidak bisa terjadi komplikasi yang serius,” pungkasnya.
(dra)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1416 seconds (0.1#10.140)