Lebih dari 1.000 Anak Indonesia Dihantui Penyakit Diabetes Tipe 1, Kenali Tanda-Tandanya!
loading...
A
A
A
JAKARTA - Diabetes tipe 1 kini menghantui anak-anak di Indonesia. Aman Bhakti Pulungan, dokter spesialis anak dari Divisi Endokrinologi Universitas Indonesia, menyampaikan bahwa kini jumlah anak dengan diabetes tipe 1 berjumlah 1.100 orang.
"Yang masuk ke CDiC (Changing Diabetes in Children) itu sekitar 1.100-an, dari 0-25 tahun. Mostly, 90%-95% tipe 1," kata Aman Bhakti dalam acara media briefing bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) beberapa waktu lalu.
Walaupun demikian, Aman Bhakti percaya bahwa pada kenyataannya lebih banyak lagi anak Indonesia yang terkena diabetes. Sayang, masih banyak orang tua yang tidak peka dengan gejala-gejala diabetes pada anak. Sebab, gejala tersebut memang saru karena pada awalnya tidak terlihat kalau si anak sakit.
Untuk itu penting sekali bagi orang tua mengetahui apa saja gejala-gejala awal seorang anak terkena diabetes.
“Semua orang tua harus paham jika anaknya mau umur berapa saja banyak minum, banyak makan, banyak kencing, berat badan turun, dan tampak loyo, gejala pertama yang harus dipikirkan adalah diabetes,” tutur Aman Bhakti.
“Anak besar yang tidak ngompol sekarang dia ngompol. Ini harus dipikirkan yang pertama diabetes,” tambahnya.
Dengan mengetahui diabetes lebih cepat, maka dokter akan membuat perancangan pengobatan yang tepat. Hal ini merupakan upaya agar penyakit diabetes tidak bertambah parah menjadi komplikasi serta harus mendapat suntikan insulin.
Aman Bhakti menjelaskan, salah satu cara agar gula darah terkontrol dan tidak semakin parah yakni dengan mengonsumsi asupan makanan bergizi serta mengajak anak menggerakkan tubuh secara aktif.
Sementara untuk faktor yang mempengaruhi diabetes tipe 1 pada anak adalah Endocrine Disruptor Chemical atau bahan kimia pengganggu endokrin.
"Sistem endokrin bisa terganggu karena kimia, polusi, hingga pemanasan global. Sekarang banyak anak pubertasnya lebih cepat, kanker meningkat, anak penisnya lebih kecil. Kami perhatikan sekarang jadi tambah banyak," beber Aman Bhakti.
"Yang masuk ke CDiC (Changing Diabetes in Children) itu sekitar 1.100-an, dari 0-25 tahun. Mostly, 90%-95% tipe 1," kata Aman Bhakti dalam acara media briefing bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) beberapa waktu lalu.
Walaupun demikian, Aman Bhakti percaya bahwa pada kenyataannya lebih banyak lagi anak Indonesia yang terkena diabetes. Sayang, masih banyak orang tua yang tidak peka dengan gejala-gejala diabetes pada anak. Sebab, gejala tersebut memang saru karena pada awalnya tidak terlihat kalau si anak sakit.
Untuk itu penting sekali bagi orang tua mengetahui apa saja gejala-gejala awal seorang anak terkena diabetes.
“Semua orang tua harus paham jika anaknya mau umur berapa saja banyak minum, banyak makan, banyak kencing, berat badan turun, dan tampak loyo, gejala pertama yang harus dipikirkan adalah diabetes,” tutur Aman Bhakti.
“Anak besar yang tidak ngompol sekarang dia ngompol. Ini harus dipikirkan yang pertama diabetes,” tambahnya.
Dengan mengetahui diabetes lebih cepat, maka dokter akan membuat perancangan pengobatan yang tepat. Hal ini merupakan upaya agar penyakit diabetes tidak bertambah parah menjadi komplikasi serta harus mendapat suntikan insulin.
Aman Bhakti menjelaskan, salah satu cara agar gula darah terkontrol dan tidak semakin parah yakni dengan mengonsumsi asupan makanan bergizi serta mengajak anak menggerakkan tubuh secara aktif.
Sementara untuk faktor yang mempengaruhi diabetes tipe 1 pada anak adalah Endocrine Disruptor Chemical atau bahan kimia pengganggu endokrin.
"Sistem endokrin bisa terganggu karena kimia, polusi, hingga pemanasan global. Sekarang banyak anak pubertasnya lebih cepat, kanker meningkat, anak penisnya lebih kecil. Kami perhatikan sekarang jadi tambah banyak," beber Aman Bhakti.
(tsa)