Rahasia Cantik Mengatasi Covid -19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Salah satu kunci terbebas dari COVID 19 adalah kondisi tubuh yang memiliki kekebalan tubuh yang baik. Salah satu cara alami meningkatkan kekebalan dari dalam tubuh adalah dengan tindakan berjemur dibawah sinar matahari. Hanya saja anjuran waktu berjemur saat ini masih membingungkan masyarakat awam.
Menurut dr. Stefani Rachel Soraya Djuanda, SpKK berjemur dipagi hari direntang waktu sekitar jam 9 pagi selama 5 menit dahulu, kemudian dinaikan bertahap maksimal 15 menit (2-3 kali seminggu) merupakan waktu yang tepat untuk merangsang pembentukan Vitamin D alami dari dalam tubuh.
Vitamin D inilah yang sebenarnya menjadi rahasia tubuh meningkatkan system imun atau kekebalan tubuh sehingga terhindar dari infeksi termasuk dari virus COVID 19. Dan tentu saja tetap dengan mengaplikasikan SunScreen dan gunakan topi atau kacamata.
PERDOSKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Indonesia) dan WHO (World Health Organization ) sendiri merekomendasikan menghindari paparan sinar matahari antara pukul 10.00 -14.00. (Baca juga: Tips Hindari Bau Mulut Selama Puasa ).
PERDOSKI menyatakan bahwa di rentang ini justru beresiko menurunkan imunitas. Hal ini mempertimbangkan negara Indonesia sudah termasuk dalam wilayah extreme untuk paparan sinar Radiasi UV A dan UV B.
Radiasi penyinaran inilah yang dapat mengakibatkan gangguan pada kulit seperti penuaan dini, melasma atau bahkan kanker kulit, papar dokter cantik yang pernah Pembicara di 1st West Indonesian Society of Dermatology and Venorology 2019
Dokter yang pernah membahas Sediaan Broadspectrum Sunscreen HELIOCARE pertama di Indonesia inipun memberikan tips, walaupun saat ini kebanyakan orang di Indonesia sedang work from home, tetap harus menggunakan sunscreen karena didalam rumah paparan radiasi UV tetap masuk sebesar 20% (data WHO ).
Demikian dengan paparan dari gadget HP , kompor gas ,lampu , laptop juga cukup bahaya karena memaparkan visible light. “Jadi, tetap harus dilindungi. Visible light menyebabkan gangguan kulit bahkan memicu penuan dini seperti timbulnya keriput,” kata dr. Stefani.
Sayangnya, tidak semua sunscreen memiliki kemampuan untuk menangkal semua radiasi ini. Baru di 2019 terdapat sediaan Broadspectrum Sunscreen pertama di Indonesia yang memiliki kemampuan untuk menangkal bahkan hingga 4 radiasi yaitu UVA/UVB / High Energy Visible Light / Infrared yang bernama HELIOCARE 360. Product Spanyol yang memiliki technology yg dipatenkan ini dibawakan secara di Indonesia oleh PT Regenesis, dimana sudah available di 40 negara seluruh dunia.
Kemampuan SPF (Sun Protecting Factor) 50 terdapat didalam HELIOCARE 360 seperti yang dianjurkan oleh dr Rachel , dapat mengcover paparan Radiasi UV B. SPF 50 HELIOCARE 360 dapat diartikan bahwa kita dapat terlindung terpapar sinar matahari 50 kali lipat lebih lama dibandingkan dengan tanpa menggunakn sunscreen sama sekali sebelum muncul kemerahan di kulit ( Sun burn).
“Semakin tinggi SPF semakin lama melindungi dan mengindari efek samping radiasi UV yang bersifat kronik dan akumulatif. Walaupun SPF tinggi, tetap harus diulang (re-apply) karena factor terkena keringat atau terbasuh air,” jelas dia.
HELIOCARE juga memiliki kemampuan penangkal UV A yang cukup tinggi yaitu PA ++++, merupakan grade kemampuan tertinggi melindungi dari UV A. PA singkatan dari Protecting Grade. Dengan terlindung dari UV A akan mencegah terjadinya penuaan dini seperti mencegah terjadinya keriput dan elastisitas kulit ( kendur).
Keunikan HELIOCARE yang mampu menangkal radiasi Visible light serta infra red dari penggunaan gadget yang berlebihan/ lampu / kompor adalah dari temuan technology Bioshield Systemnya. Serta Zat Aktif Fernblock yang dipatenkannya mampu melakukan DNA repair sehingga dapat mengembalikan kondisi kulit yang mengalami sunburn serta mencegah terjadinya kanker kulit. Hal ini menjadi technology pertama di Indonesia yang menyempurnakan sediaan Sunscreen yang ada dipasar.
Sebagai penutup dr Rachel yang berpraktek di RSU BUnda Jakarta memberikan Tips untuk tetap sehat dan cantik di era melawan COVID19 ini yaitu menggunakan Sunscreen yang memiliki bahan baku pharmaceutical grade , tidak meninggalkan bercak putih saat diaplikasikan dan tidak menimbulkan comedogenic.
“Alangkah lebih baik jika sebuah sunscreen mampu menurunkan produksi sebum sebanyak 15 % setelah 6 jam seperti yang dimiliki HELIOCARE,” ujar dia.
Menurut dr. Stefani Rachel Soraya Djuanda, SpKK berjemur dipagi hari direntang waktu sekitar jam 9 pagi selama 5 menit dahulu, kemudian dinaikan bertahap maksimal 15 menit (2-3 kali seminggu) merupakan waktu yang tepat untuk merangsang pembentukan Vitamin D alami dari dalam tubuh.
Vitamin D inilah yang sebenarnya menjadi rahasia tubuh meningkatkan system imun atau kekebalan tubuh sehingga terhindar dari infeksi termasuk dari virus COVID 19. Dan tentu saja tetap dengan mengaplikasikan SunScreen dan gunakan topi atau kacamata.
PERDOSKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Indonesia) dan WHO (World Health Organization ) sendiri merekomendasikan menghindari paparan sinar matahari antara pukul 10.00 -14.00. (Baca juga: Tips Hindari Bau Mulut Selama Puasa ).
PERDOSKI menyatakan bahwa di rentang ini justru beresiko menurunkan imunitas. Hal ini mempertimbangkan negara Indonesia sudah termasuk dalam wilayah extreme untuk paparan sinar Radiasi UV A dan UV B.
Radiasi penyinaran inilah yang dapat mengakibatkan gangguan pada kulit seperti penuaan dini, melasma atau bahkan kanker kulit, papar dokter cantik yang pernah Pembicara di 1st West Indonesian Society of Dermatology and Venorology 2019
Dokter yang pernah membahas Sediaan Broadspectrum Sunscreen HELIOCARE pertama di Indonesia inipun memberikan tips, walaupun saat ini kebanyakan orang di Indonesia sedang work from home, tetap harus menggunakan sunscreen karena didalam rumah paparan radiasi UV tetap masuk sebesar 20% (data WHO ).
Demikian dengan paparan dari gadget HP , kompor gas ,lampu , laptop juga cukup bahaya karena memaparkan visible light. “Jadi, tetap harus dilindungi. Visible light menyebabkan gangguan kulit bahkan memicu penuan dini seperti timbulnya keriput,” kata dr. Stefani.
Sayangnya, tidak semua sunscreen memiliki kemampuan untuk menangkal semua radiasi ini. Baru di 2019 terdapat sediaan Broadspectrum Sunscreen pertama di Indonesia yang memiliki kemampuan untuk menangkal bahkan hingga 4 radiasi yaitu UVA/UVB / High Energy Visible Light / Infrared yang bernama HELIOCARE 360. Product Spanyol yang memiliki technology yg dipatenkan ini dibawakan secara di Indonesia oleh PT Regenesis, dimana sudah available di 40 negara seluruh dunia.
Kemampuan SPF (Sun Protecting Factor) 50 terdapat didalam HELIOCARE 360 seperti yang dianjurkan oleh dr Rachel , dapat mengcover paparan Radiasi UV B. SPF 50 HELIOCARE 360 dapat diartikan bahwa kita dapat terlindung terpapar sinar matahari 50 kali lipat lebih lama dibandingkan dengan tanpa menggunakn sunscreen sama sekali sebelum muncul kemerahan di kulit ( Sun burn).
“Semakin tinggi SPF semakin lama melindungi dan mengindari efek samping radiasi UV yang bersifat kronik dan akumulatif. Walaupun SPF tinggi, tetap harus diulang (re-apply) karena factor terkena keringat atau terbasuh air,” jelas dia.
HELIOCARE juga memiliki kemampuan penangkal UV A yang cukup tinggi yaitu PA ++++, merupakan grade kemampuan tertinggi melindungi dari UV A. PA singkatan dari Protecting Grade. Dengan terlindung dari UV A akan mencegah terjadinya penuaan dini seperti mencegah terjadinya keriput dan elastisitas kulit ( kendur).
Keunikan HELIOCARE yang mampu menangkal radiasi Visible light serta infra red dari penggunaan gadget yang berlebihan/ lampu / kompor adalah dari temuan technology Bioshield Systemnya. Serta Zat Aktif Fernblock yang dipatenkannya mampu melakukan DNA repair sehingga dapat mengembalikan kondisi kulit yang mengalami sunburn serta mencegah terjadinya kanker kulit. Hal ini menjadi technology pertama di Indonesia yang menyempurnakan sediaan Sunscreen yang ada dipasar.
Sebagai penutup dr Rachel yang berpraktek di RSU BUnda Jakarta memberikan Tips untuk tetap sehat dan cantik di era melawan COVID19 ini yaitu menggunakan Sunscreen yang memiliki bahan baku pharmaceutical grade , tidak meninggalkan bercak putih saat diaplikasikan dan tidak menimbulkan comedogenic.
“Alangkah lebih baik jika sebuah sunscreen mampu menurunkan produksi sebum sebanyak 15 % setelah 6 jam seperti yang dimiliki HELIOCARE,” ujar dia.
(tdy)