Tongseng Kambing Pak Udin Bikin Ketagihan
loading...
A
A
A
KULINER tongseng tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Hampir di setiap kota dan daerah Anda bisa menemukannya.
Jika sedang berada di Yogyakarta, bisa mencoba kuliner tongseng kambing Pak Udin, Pasar Pingit Yogyakarta. Seperti namanya, yang menjadi andalan di tempat ini adalah tongsengnya.
Selain daging empuk dan gurih, rasanya yang pedas menjadi ciri khas menu tongseg Pak Udin. Tidak heran, jika Anda sudah mencoba pasti ketagihan dan ingin kembali menyantapnya lagi. Tongseng Kambing Pak Udin selalu ramai saat makan siang.
Pembelinya bukan hanya warga sekitar, tapi lebih banyak para wisatawan dari luar daerah. Terutama setelah mereka berkunjung dari Malioboro. Tongseng Kambing Pak Udin Pasar Pingit buka mulai pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB. (Baca: Lindungi Generasi Masa Depan, Ibu-Ibu Didorong untuk Menyusui)
Pengelola Tongseng Kambing Pak Udin Pasar Pingit, Nining (40) mengatakan kuliner itu dirintis oleh ayahnya pada 1985. Sejak awal memang khusus menyajikan olahan kambing. Selain tongseng, juga menawarkan sate dan gulai. Namun yang paling banyak dipesan tongseng kambingnya.
"Ada yang dulu awalnya wisata ke Malioboro terus naik becak, terus cari kuliner, sama tukang becaknya dibawa ke sini. Terus cocok, akhirnya setiap ke Yogya makan di sini. Ada juga yang dulu pernah tinggal di sini, kuliah di sini, tapi sekarang sudah kerja atau tinggal di luar Jawa, setiap balik ke Jogja mampir ke sini,” kata Nining yang merupakan generasi kedua Tongseng Kambing Pak Udin Pasar Pingit.
Nining menjelaskan, ada beragam rempah dan bahan yang digunakan untuk membuat tongseng. Tapi dia mengaku tidak mengetahui secara pasti bahan dan rempah yang digunakan. Dia hanya mengetahui bumbu-bumbu tambahan yang disiapkan di situ, seperti bawang, merica, kemiri, dan beberapa bahan lain.
Sementara bahan utama kuah tongseng adalah kuah gulai, yang proses dan bahan pembuatannya hanya diketahui oleh ibunya. “Selama ini, ibunya selalu membuat bumbu kuah gulai dalam jumlah banyak. Saya tinggal nambahin bawang, merica, kemiri, lombok, terus gula jawa, garam, moto (vetsin). Itu yang tambahannya," jelas Nining yang mulai mengelola kuliner itu pada 2016. (Baca: Pemerintah Membolehkan Sekolah Tatap Muka di Zona Kuning)
Harga per porsi tongseng kambing Rp29.000, untuk jenis olahan kambing sate Rp29.000, gulai Rp20.000. Sate tanpa nasi Rp22.000, gulai dibawa pulang Rp15.000. Dalam sehari warung tongseng ini rata-rata menghabiskan 100 porsi tongseng, sate, dan gulai. Paling laris tongseng, kemudian sate dan gulai.
Terkait pandemi Covid-19, menurut Nining, sangat memengaruhi penghasilannya. Apalagi saat awal-awal pandemi, sekitar Maret dan April, saat ada imbauan untuk bekerja di rumah dan di rumah saja. Saat itu omzetnya menurun cukup drastis, bahkan hingga sepertiga dari penghasilan biasanya.
Jika sedang berada di Yogyakarta, bisa mencoba kuliner tongseng kambing Pak Udin, Pasar Pingit Yogyakarta. Seperti namanya, yang menjadi andalan di tempat ini adalah tongsengnya.
Selain daging empuk dan gurih, rasanya yang pedas menjadi ciri khas menu tongseg Pak Udin. Tidak heran, jika Anda sudah mencoba pasti ketagihan dan ingin kembali menyantapnya lagi. Tongseng Kambing Pak Udin selalu ramai saat makan siang.
Pembelinya bukan hanya warga sekitar, tapi lebih banyak para wisatawan dari luar daerah. Terutama setelah mereka berkunjung dari Malioboro. Tongseng Kambing Pak Udin Pasar Pingit buka mulai pukul 09.00 WIB hingga 17.00 WIB. (Baca: Lindungi Generasi Masa Depan, Ibu-Ibu Didorong untuk Menyusui)
Pengelola Tongseng Kambing Pak Udin Pasar Pingit, Nining (40) mengatakan kuliner itu dirintis oleh ayahnya pada 1985. Sejak awal memang khusus menyajikan olahan kambing. Selain tongseng, juga menawarkan sate dan gulai. Namun yang paling banyak dipesan tongseng kambingnya.
"Ada yang dulu awalnya wisata ke Malioboro terus naik becak, terus cari kuliner, sama tukang becaknya dibawa ke sini. Terus cocok, akhirnya setiap ke Yogya makan di sini. Ada juga yang dulu pernah tinggal di sini, kuliah di sini, tapi sekarang sudah kerja atau tinggal di luar Jawa, setiap balik ke Jogja mampir ke sini,” kata Nining yang merupakan generasi kedua Tongseng Kambing Pak Udin Pasar Pingit.
Nining menjelaskan, ada beragam rempah dan bahan yang digunakan untuk membuat tongseng. Tapi dia mengaku tidak mengetahui secara pasti bahan dan rempah yang digunakan. Dia hanya mengetahui bumbu-bumbu tambahan yang disiapkan di situ, seperti bawang, merica, kemiri, dan beberapa bahan lain.
Sementara bahan utama kuah tongseng adalah kuah gulai, yang proses dan bahan pembuatannya hanya diketahui oleh ibunya. “Selama ini, ibunya selalu membuat bumbu kuah gulai dalam jumlah banyak. Saya tinggal nambahin bawang, merica, kemiri, lombok, terus gula jawa, garam, moto (vetsin). Itu yang tambahannya," jelas Nining yang mulai mengelola kuliner itu pada 2016. (Baca: Pemerintah Membolehkan Sekolah Tatap Muka di Zona Kuning)
Harga per porsi tongseng kambing Rp29.000, untuk jenis olahan kambing sate Rp29.000, gulai Rp20.000. Sate tanpa nasi Rp22.000, gulai dibawa pulang Rp15.000. Dalam sehari warung tongseng ini rata-rata menghabiskan 100 porsi tongseng, sate, dan gulai. Paling laris tongseng, kemudian sate dan gulai.
Terkait pandemi Covid-19, menurut Nining, sangat memengaruhi penghasilannya. Apalagi saat awal-awal pandemi, sekitar Maret dan April, saat ada imbauan untuk bekerja di rumah dan di rumah saja. Saat itu omzetnya menurun cukup drastis, bahkan hingga sepertiga dari penghasilan biasanya.