Sutradara Girry Pratama Soroti Pembajakan Film di Indonesia yang Masih Marak Terjadi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sutradara, produser sekaligus Caleg DPR RI Dapil Jawa Barat II Partai Perindo Girry Pratama mengaku kecewa, di era modern saat ini masih terjadi pembajakan film.
Sebagai pelaku ekonomi kreatif, Girry melihat adanya film di Indonesia yang kadang-kadang dibajak sebelum masa penayangannya di bioskop. Melihat fenomena ini, membuatnya beserta sutradara dan produser lain yang tergabung dalam komunitas film sempat mempertanyakan mengapa pembajakan film beredar luas di khalayak umum.
"Kalau dibilang sakit hati, karena pernah sebelum filmnya tayang, itu kalau kita search di telegram, parah banget. Tinggal di-chat aja filmnya keluar. Kemarin kami sempat meeting di komunitas perfilman, kami tanya salahnya gimana," ungkap Girry Pratama dalam Podcast Aksi Nyata di kanal YouTube Partai Perindo, Jumat (15/12/2023).
Girry menjabarkan, proses produksi film bersifat tertutup dan rahasia. Namun demikian, ia menduga ada oknum yang sengaja menyebarkannya.
Sayang, sebagai sutradara dan produser, Girry tak mengetahui oknum yang sengaja melakukan pembajakan film tersebut.
"Materi itu dari editing ke musik, habis dari musik ke scoring, langsung ke DCP. Seharusnya yang bisa menyebarkan itu tiga oknum ini doang gitu," ujar Girry.
"Karena kami nggak mungkin nyebarin film sendiri, jadi tiga oknum ini doang. Cuma nggak tahu tiga oknum ini dari mana. Tapi ini orang-orang biasa di perfilman, pasti ada oknumlah, mungkin yang nakal gitu," tambahnya.
Di samping itu, Girry Pratama menyebut, faktor lain membuat masyarakat ogah menonton di bioskop tak lain karena munculnya Over-The-Top (OTT). Yakni layanan media yang ditawarkan langsung kepada penonton melalui internet.
Menurut dia, faktor OTT membuat sutradara dan produser film merasa dirugikan dari sisi pendapatan lantaran tak banyak penonton yang memilih menonton film langsung di bioskop.
Sebagai pelaku ekonomi kreatif, Girry melihat adanya film di Indonesia yang kadang-kadang dibajak sebelum masa penayangannya di bioskop. Melihat fenomena ini, membuatnya beserta sutradara dan produser lain yang tergabung dalam komunitas film sempat mempertanyakan mengapa pembajakan film beredar luas di khalayak umum.
"Kalau dibilang sakit hati, karena pernah sebelum filmnya tayang, itu kalau kita search di telegram, parah banget. Tinggal di-chat aja filmnya keluar. Kemarin kami sempat meeting di komunitas perfilman, kami tanya salahnya gimana," ungkap Girry Pratama dalam Podcast Aksi Nyata di kanal YouTube Partai Perindo, Jumat (15/12/2023).
Girry menjabarkan, proses produksi film bersifat tertutup dan rahasia. Namun demikian, ia menduga ada oknum yang sengaja menyebarkannya.
Sayang, sebagai sutradara dan produser, Girry tak mengetahui oknum yang sengaja melakukan pembajakan film tersebut.
"Materi itu dari editing ke musik, habis dari musik ke scoring, langsung ke DCP. Seharusnya yang bisa menyebarkan itu tiga oknum ini doang gitu," ujar Girry.
"Karena kami nggak mungkin nyebarin film sendiri, jadi tiga oknum ini doang. Cuma nggak tahu tiga oknum ini dari mana. Tapi ini orang-orang biasa di perfilman, pasti ada oknumlah, mungkin yang nakal gitu," tambahnya.
Di samping itu, Girry Pratama menyebut, faktor lain membuat masyarakat ogah menonton di bioskop tak lain karena munculnya Over-The-Top (OTT). Yakni layanan media yang ditawarkan langsung kepada penonton melalui internet.
Menurut dia, faktor OTT membuat sutradara dan produser film merasa dirugikan dari sisi pendapatan lantaran tak banyak penonton yang memilih menonton film langsung di bioskop.
(tsa)