Selain ISPA, 3 Penyakit Ini Rentan Menyerang di Musim Hujan
loading...
![Selain ISPA, 3 Penyakit...](https://pict.sindonews.net/webp/732/pena/news/2023/12/19/155/1280145/selain-ispa-3-penyakit-ini-rentan-menyerang-di-musim-hujan-obt.webp)
Beberapa penyakit berpotensi menular dan menyebar pada musim hujan. Foto Ilustrasi/iStock
A
A
A
JAKARTA - Beberapa penyakit berpotensi menular dan menyebar pada musim hujan. Salah satu potensi penyakit itu adalah ISPA (infeksi saluran pernafasan atas). Masyarakat diimbau meningkatkan daya tahan tubuh.
Menurut dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Ira Purnamasari, selain ISPA, ada beberapa penyakit yang rentan menyerang saat musim hujan.
Pertama, tipes atau demam tifoid. Ini adalah penyakit infeksi pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Transmisi Salmonella typhi ke dalam tubuh manusia dapat melalui transmisi oral yakni makanan yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhi.
Selain itu melalui transmisi dari tangan ke mulut, yakni tangan yang tidak higienis yang terdapat Salmonella typhi langsung bersentuhan dengan makanan yang dimakan.
Atau melalui transmisi kotoran, di mana kotoran individu yang mengandung Salmonella typhi ke sungai atau dekat dengan sumber air yang dikonsumsi sebagai kebutuhan sehari-hari.
“Masuknya bakteri ke dalam saluran pencernaan ini menyebabkan suhu tubuh yang naik turun, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri perut kanan atas, perasaan tidak nyaman pada perut, mual muntah, diare, hingga terjadinya perdarahan usus, syok, hingga penururan kesadaran,” ujar Ira
Kedua, leptospirosis. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira dengan reservoir utama yakni tikus. Urine dari tikus yang terinfeksi leptospira merupakan sumber yang paling patogen.
Perantara utama penularan melalui air dan tanah yang sudah tercemar urine tikus, masuk melalui luka yang ada di kulit. Kebanyakan kasus ini terjadi pada musim hujan dikarenakan leptospira bisa bertahan dalam air selama beberapa bulan.
“Masuknya bakteri ke dalam tubuh ini menyebabkan suhu tubuh yang naik secara mendadak disertai menggigil, nyeri kepala, nyeri otot, mual mutah, pada fase lanjutan muncul gejala batuk, nyeri dada, hingga batuk darah dan penurunan kesadaran,” terang Ira.
Ketiga, DBD atau DHF (Dengue Haemoragic Fever). Ini merupakan penyakit yang disebabkan virus dengue yang diperantai oleh nyamuk Aedes Aegepty dan Aedes Albopticus. Kasus DHF meningkat pada musim hujan karena nyamuk membutuhkan media air untuk berkembang biak. Masuknya virus dengue ke dalam tubuh menyebabkan suhu tubuh yang naik secara mendadak, lemah dan lesu, nyeri kepala, nyeri otot, persendian dan tulang, mual muntah, nyeri perut.
Hasil spesifik pada pemeriksaan diagnostik adalah penurunan kadar trombosit yang menyebabkan pendarahan pada gusi dan hidung, timbulnya bintik-bintik merah pada kulit, hingga terjadi syok, penurunan kesadaran hingga kematian.
Ira menegaskan, guna mencegah terjadinya penyakit-penyakit di atas, alangkah baik masyarakat tetap waspada dengan melakukan beberapa hal seperti membiasakan mencuci tangan dengan sabun setiap akan makan dan setelah BAB.
“Mengonsumsi makanan dan minuman yang terjaga kebersihannya, melakukan gerakan 3M (mengubur, menguras, dan menutup), serta selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan menghindari bermain air saat banjir terutama pada saat memiliki luka pada kulit,” pungkas Ira.
Menurut dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Ira Purnamasari, selain ISPA, ada beberapa penyakit yang rentan menyerang saat musim hujan.
Pertama, tipes atau demam tifoid. Ini adalah penyakit infeksi pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Transmisi Salmonella typhi ke dalam tubuh manusia dapat melalui transmisi oral yakni makanan yang terkontaminasi bakteri Salmonella typhi.
Selain itu melalui transmisi dari tangan ke mulut, yakni tangan yang tidak higienis yang terdapat Salmonella typhi langsung bersentuhan dengan makanan yang dimakan.
Atau melalui transmisi kotoran, di mana kotoran individu yang mengandung Salmonella typhi ke sungai atau dekat dengan sumber air yang dikonsumsi sebagai kebutuhan sehari-hari.
“Masuknya bakteri ke dalam saluran pencernaan ini menyebabkan suhu tubuh yang naik turun, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri perut kanan atas, perasaan tidak nyaman pada perut, mual muntah, diare, hingga terjadinya perdarahan usus, syok, hingga penururan kesadaran,” ujar Ira
Kedua, leptospirosis. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira dengan reservoir utama yakni tikus. Urine dari tikus yang terinfeksi leptospira merupakan sumber yang paling patogen.
Perantara utama penularan melalui air dan tanah yang sudah tercemar urine tikus, masuk melalui luka yang ada di kulit. Kebanyakan kasus ini terjadi pada musim hujan dikarenakan leptospira bisa bertahan dalam air selama beberapa bulan.
“Masuknya bakteri ke dalam tubuh ini menyebabkan suhu tubuh yang naik secara mendadak disertai menggigil, nyeri kepala, nyeri otot, mual mutah, pada fase lanjutan muncul gejala batuk, nyeri dada, hingga batuk darah dan penurunan kesadaran,” terang Ira.
Ketiga, DBD atau DHF (Dengue Haemoragic Fever). Ini merupakan penyakit yang disebabkan virus dengue yang diperantai oleh nyamuk Aedes Aegepty dan Aedes Albopticus. Kasus DHF meningkat pada musim hujan karena nyamuk membutuhkan media air untuk berkembang biak. Masuknya virus dengue ke dalam tubuh menyebabkan suhu tubuh yang naik secara mendadak, lemah dan lesu, nyeri kepala, nyeri otot, persendian dan tulang, mual muntah, nyeri perut.
Hasil spesifik pada pemeriksaan diagnostik adalah penurunan kadar trombosit yang menyebabkan pendarahan pada gusi dan hidung, timbulnya bintik-bintik merah pada kulit, hingga terjadi syok, penurunan kesadaran hingga kematian.
Ira menegaskan, guna mencegah terjadinya penyakit-penyakit di atas, alangkah baik masyarakat tetap waspada dengan melakukan beberapa hal seperti membiasakan mencuci tangan dengan sabun setiap akan makan dan setelah BAB.
“Mengonsumsi makanan dan minuman yang terjaga kebersihannya, melakukan gerakan 3M (mengubur, menguras, dan menutup), serta selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan menghindari bermain air saat banjir terutama pada saat memiliki luka pada kulit,” pungkas Ira.
(tsa)