Nikmati Liburan Nataru di Jakarta, Galeri Nasional Hadirkan Ruang Aktivitas Anak dan Keluarga
loading...
A
A
A
JAKARTA – Masih bingung menghabiskan libur Natal dan Tahun Baru di Jakarta? Tidak perlu khawatir. Pasalnya, Museum dan Cagar Budaya unit Galeri Nasional Indonesia mengadakan pameran bertajuk ‘Seni Rupa Indonesia Kini: Pascamasa.’
Kurator pameran, Rizki A. Zaelani, A. Rikrik Kusmara, Sudjud Dartanto dan Bayu Genia Krishbie memilih tema “Pascamasa” untuk merespons perkembangan terkini dari wacana kebudayaan.
Tentunya bertaut pada isu tentang ‘pasca’ yang menjelaskan masalah-masalah era kesudahan, seperti pascaindustrial, pascamodernisme, pascakebenaran dan lainnya.
Pembukaan pameran berlangsung di Plaza Gedung A Galeri Nasional Indonesia dengan penampilan spesial dari Goodnight Electric pada Rabu, 20 Desember 2023.
Pameran seni rupa ini akan menampilkan karya-karya termutakhir dari 12 peserta pameran, dari Arafura, Arkiv Vilmansa, Azizi Al Majid, Condro Priyoaji, Franziska Fennert, Irfan Hendrian, Iwan Yusuf, Meliantha Muliawan, Nesar Eesar, Nona Yoanisarah, Tomy Herseta, dan Sikukeluang.
Pemilihan ke-12 perupa ini tentu bukan tanpa alasan. Salah satunya yakni karena keragaman praktik dan latar belakang disiplin pada perupa yang menunjukkan berbagai gejala lintas disiplin sebagai wajah dari perkembangan seni rupa Indonesia terkini.
Tomy Herseta misalnya, dengan latar belakang akademis desain interior, dia berfokus pada suara dan cahaya dalam karya yang dibawanya di pameran kali ini.
Lalu, Arafura yang digawangi anak-anak muda berlatar Desain Komunikasi Visual justru mengeksplorasi motion graphic dan proyeksi cahaya.
Sementara, Arkiv Vilmansa yang menempuh pendidikan arsitektur, kemudian menekuni penciptaan karya seni rupa yang identik dengan produk mainan atau toys art.
Irisan antara seni dan teknologi juga dapat dilihat pada karya Nona Yoanishara yang mengembangkan hubungan antara kesadaran manusia dan memori melalui Brain Computer Interfaces (BCI).
Di samping menampilkan praktik interdisipliner, “Pascamasa” juga menampilkan karya-karya perupa muda yang bergulat pada persoalan bentuk atau form.
Misalnya, Irfan Hendrian yang memamerkan karya dari material kertas yang disusun menjadi trimatra layaknya patung.
Sementara itu Iwan Yusuf, perupa asal Gorontalo ini mengangkat isu mengenai alam dan narasi pesisir dengan karya berukuran gigantik dari material jaring.
Ungkapan artistik dari seniman peserta juga muncul dalam tema-tema lainnya seperti identitas, keseharian, domestik, serta isu lingkungan.
Pameran ‘Seni Rupa Indonesia Kini: Pascamasa’dapat dikunjungi publik mulai 21 Desember 2023 hingga 20 Januari 2024, setiap hari pukul 09.00 - 19.00 WIB.
Pengunjung wajib melakukan registrasi secara daring (online) terlebih dulu melalui https://gni.kemdikbud.go.id/kunjungi-kami.
Untuk menjaga keamanan karya dan kenyamanan dalam ruang pamer, diberlakukan pembagian kuota pengunjung, yakni 150 orang per sesi dan dalam satu hari dibagi ke dalam 10 sesi kunjungan.
Hadirkan ruang aktivitas anak dan keluarga
Melengkapi “Pascamasa”, Galeri Nasional Indonesia juga menghadirkan Ruang Aktivitas Anak dan Keluarga (RAK) yang berlokasi di Gedung D Galeri Nasional Indonesia.
RAK kali ini mengangkat tema lingkungan dengan menghadirkan tiga ruangan yang memiliki tema dan aktivitas yang berbeda.
Salah satu ruangan di RAK terwujud dengan dukungan dari Dentsu Creative dengan tema “The Dirty Letter”.
Ruang ini akan menyimulasikan bahaya polutan di udara yang dipadukan dengan kegiatan bersifat partisipatoris dari para pengunjung.
Di ruang lain, terdapat instalasi Parabhouse Installation dari Arafura Media Design, yakni sebuah instalasi dan proyek video mapping dengan prinsip Reuse, Reduce, dan Recycle yang juga sejalan dengan prinsip Hedongka yang dianut oleh masyarakat di Pulau Tomia, Wakatobi.
Untuk mengunjungi RAK diperlukan registrasi secara terpisah dari Pameran “Pascamasa”. Pengunjung dapat melakukan registrasi melalui https://gni.kemdikbud.go.id/kunjungi-kami dengan pembagian kuota 50 pengunjung per sesi.
Selain RAK, tentunya Galeri Nasional Indonesia sudah menyiapkan serangkaian program publik selama “Pascamasa” berlangsung.
Mulai dari diskusi publik, workshop videografi, dan tur galeri yang diharapkan dapat menunjang edukasi publik pada karya-karya yang ditampilkan di pameran ini.
Semua informasi mengenai program publik ini akan dipublikasikan lebih lanjut melalui media sosial resmi Galeri Nasional Indonesia.
Kurator pameran, Rizki A. Zaelani, A. Rikrik Kusmara, Sudjud Dartanto dan Bayu Genia Krishbie memilih tema “Pascamasa” untuk merespons perkembangan terkini dari wacana kebudayaan.
Tentunya bertaut pada isu tentang ‘pasca’ yang menjelaskan masalah-masalah era kesudahan, seperti pascaindustrial, pascamodernisme, pascakebenaran dan lainnya.
Pembukaan pameran berlangsung di Plaza Gedung A Galeri Nasional Indonesia dengan penampilan spesial dari Goodnight Electric pada Rabu, 20 Desember 2023.
Pameran seni rupa ini akan menampilkan karya-karya termutakhir dari 12 peserta pameran, dari Arafura, Arkiv Vilmansa, Azizi Al Majid, Condro Priyoaji, Franziska Fennert, Irfan Hendrian, Iwan Yusuf, Meliantha Muliawan, Nesar Eesar, Nona Yoanisarah, Tomy Herseta, dan Sikukeluang.
Pemilihan ke-12 perupa ini tentu bukan tanpa alasan. Salah satunya yakni karena keragaman praktik dan latar belakang disiplin pada perupa yang menunjukkan berbagai gejala lintas disiplin sebagai wajah dari perkembangan seni rupa Indonesia terkini.
Tomy Herseta misalnya, dengan latar belakang akademis desain interior, dia berfokus pada suara dan cahaya dalam karya yang dibawanya di pameran kali ini.
Lalu, Arafura yang digawangi anak-anak muda berlatar Desain Komunikasi Visual justru mengeksplorasi motion graphic dan proyeksi cahaya.
Sementara, Arkiv Vilmansa yang menempuh pendidikan arsitektur, kemudian menekuni penciptaan karya seni rupa yang identik dengan produk mainan atau toys art.
Irisan antara seni dan teknologi juga dapat dilihat pada karya Nona Yoanishara yang mengembangkan hubungan antara kesadaran manusia dan memori melalui Brain Computer Interfaces (BCI).
Di samping menampilkan praktik interdisipliner, “Pascamasa” juga menampilkan karya-karya perupa muda yang bergulat pada persoalan bentuk atau form.
Misalnya, Irfan Hendrian yang memamerkan karya dari material kertas yang disusun menjadi trimatra layaknya patung.
Sementara itu Iwan Yusuf, perupa asal Gorontalo ini mengangkat isu mengenai alam dan narasi pesisir dengan karya berukuran gigantik dari material jaring.
Ungkapan artistik dari seniman peserta juga muncul dalam tema-tema lainnya seperti identitas, keseharian, domestik, serta isu lingkungan.
Pameran ‘Seni Rupa Indonesia Kini: Pascamasa’dapat dikunjungi publik mulai 21 Desember 2023 hingga 20 Januari 2024, setiap hari pukul 09.00 - 19.00 WIB.
Pengunjung wajib melakukan registrasi secara daring (online) terlebih dulu melalui https://gni.kemdikbud.go.id/kunjungi-kami.
Untuk menjaga keamanan karya dan kenyamanan dalam ruang pamer, diberlakukan pembagian kuota pengunjung, yakni 150 orang per sesi dan dalam satu hari dibagi ke dalam 10 sesi kunjungan.
Hadirkan ruang aktivitas anak dan keluarga
Melengkapi “Pascamasa”, Galeri Nasional Indonesia juga menghadirkan Ruang Aktivitas Anak dan Keluarga (RAK) yang berlokasi di Gedung D Galeri Nasional Indonesia.
RAK kali ini mengangkat tema lingkungan dengan menghadirkan tiga ruangan yang memiliki tema dan aktivitas yang berbeda.
Salah satu ruangan di RAK terwujud dengan dukungan dari Dentsu Creative dengan tema “The Dirty Letter”.
Ruang ini akan menyimulasikan bahaya polutan di udara yang dipadukan dengan kegiatan bersifat partisipatoris dari para pengunjung.
Di ruang lain, terdapat instalasi Parabhouse Installation dari Arafura Media Design, yakni sebuah instalasi dan proyek video mapping dengan prinsip Reuse, Reduce, dan Recycle yang juga sejalan dengan prinsip Hedongka yang dianut oleh masyarakat di Pulau Tomia, Wakatobi.
Untuk mengunjungi RAK diperlukan registrasi secara terpisah dari Pameran “Pascamasa”. Pengunjung dapat melakukan registrasi melalui https://gni.kemdikbud.go.id/kunjungi-kami dengan pembagian kuota 50 pengunjung per sesi.
Selain RAK, tentunya Galeri Nasional Indonesia sudah menyiapkan serangkaian program publik selama “Pascamasa” berlangsung.
Mulai dari diskusi publik, workshop videografi, dan tur galeri yang diharapkan dapat menunjang edukasi publik pada karya-karya yang ditampilkan di pameran ini.
Semua informasi mengenai program publik ini akan dipublikasikan lebih lanjut melalui media sosial resmi Galeri Nasional Indonesia.
(tdy)