Mampu Meningkatkan Prestise Jadi Pertimbangan Membeli Produk
A
A
A
POLA konsumsi masyarakat sekarang tidak lepas dari pengaruh barang-barang eksklusif. Misalnya karena produk tersebut baru datang di pasaran atau karena modelnya yang jarang. Terkadang masyarakat rela mengeluarkan sejumlah dana di awal untuk melakukan pemesanan. Pembelian awal ini sekarang marak dengan sebutan pre order, barang belum datang, tapi pembeli sudah membayar duluan. Banyak orang tak keberatan mengeluarkan kocek lebih dulu demi mendapat barang kesayangannya dibandingkan konsumen lain.
Itulah salah satu tipikal dari generasi kini. Sosiolog dari Universitas Nasional, Sigit Rohadi, menjelaskan, penanda generasi milenial berbeda dengan generasi industri, apalagi generasi agraris. Jika generasi agraris prestise seseorang ditandai dengan kepemilikan tanah dan kuda, generasi industri dengan pekerjaan mapan atau menjadi seorang eksekutif kantoran, memiliki mobil, rumah.
"Generasi milenial semakin bangga jika memiliki info yang up to date, pemilikan teknologi terkini, dan pilihan yang berbeda dengan kebanyakan orang,” ujarnya. Hal-hal tersebut yang mendorong generasi milenial ingin selalu memiliki barang-barang, terutama yang mengusung teknologi terbaru, terkini, dan itu dapat menaikkan statusnya dalam komunitas.
Barang dengan teknologi favorit seperti ponsel pintar memang sudah menjadi barang primer. Bukan fungsi dasarnya saja yang dicari, namun fitur pelengkap yang membuatnya begitu penting. Ponsel menjadi barang yang kini banyak menjadi incaran pembelian pre order, banyak alasannya seperti harga yang lebih murah juga hadiah barang tambahan lain yang diberi.
Amelia Masniari, personal shopper yang dikenal dengan "Miss Jinjing" menyebut, ponsel masih menjadi barang yang paling banyak diincar untuk dibeli lebih awal. Produk fashion tidak banyak lagi peminatnya seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat. "Ponsel sudah seperti setengah nyawa, jadi memang sangat penting. Terlebih bagi mereka yang ingin menegaskan simbol sosialnya melalui gadget," ucapnya.
(Baca Juga: Konsumen Offline Pentingkan Brand, Pembeli Online Lebih Rasional
Sistem pre order pun kerap memberikan beragam bonus, ini juga yang diharapkan para pembeli. Amelia menyebut, masyarakat Indonesia memang senang dengan sesuatu yang gratis seperti ada kebanggaan tersendiri. "Padahal, bonusnya itu bisa beli sendiri, seperti power bank atau barang printilan lain. Kita memang senang kan dapat goodie bag," ucapnya.
Penulis Belanja Sampai Mati ini pun kerap melakukan pre order, namun bukan untuk membeli gadget. Baginya berdasarkan usia seseorang kepemilikan barang menjadi berbeda, usia dewasa cenderung tidak berapi-api dalam memiliki sebuah barang, kecuali memang seseorang itu kolektor. Miss Jinjing pun lebih memilih melakukan pre order untuk buku favoritnya. Buku Harry Potter atau novel karya Dan Brown menjadi barang untuk dibelinya awal. Belum keluar di pasaran pun dia rela membeli terlebih dulu.
Bagi produsen, sistem pre order ini dapat menentukan laris atau tidaknya produk mereka. Pengalamannya memberikan sistem pre order untuk buku yang ditulisnya. Amel pun bisa melihat antusiasme pembacanya dari pre order yang dilakukan sebelum buku rampung dikerjakan.
Lain alasan bagi Ainun Noor,28, karyawati yang juga ibu satu anak yang melakukan pre order ponsel pintar karena keluaran yang terbatas. Samsung J7 pro warna merah jambu menjadi incarannya karena jarang ada yang menjual dengan warna pink. "Memang lagi butuh dan maunya yang warna pink, lihat iklannya kok lucu sekali. Ternyata cari di mana-mana susah, ditambah lagi ini harganya lebih murah. Akhirnya bisa pre order juga, ya senang, ada kepuasan tersendiri kalau dapat barang yang memang kita mau," ungkap Ainun.
Selain ponsel pintar, preorder juga dia lakukan untuk membeli baju dengan model terbatas. Sebuah brand lokal ternama membuat model dan motif baju tidak untuk dibuat massal, Ainun pun tergerak untuk memilikinya. "Modelnya unik dan saya banget. Mereka membuatnya enggak banyak, jadi daripada kehabisan lebih baik segera pesan walaupun belum dipasarkan. Nanti, kalau dipakai juga tidak akan ada yang sama, kan limited edition," celotehnya bangga.
(Baca Juga: Memikat Konsumen dengan Diskon(amm)
Itulah salah satu tipikal dari generasi kini. Sosiolog dari Universitas Nasional, Sigit Rohadi, menjelaskan, penanda generasi milenial berbeda dengan generasi industri, apalagi generasi agraris. Jika generasi agraris prestise seseorang ditandai dengan kepemilikan tanah dan kuda, generasi industri dengan pekerjaan mapan atau menjadi seorang eksekutif kantoran, memiliki mobil, rumah.
"Generasi milenial semakin bangga jika memiliki info yang up to date, pemilikan teknologi terkini, dan pilihan yang berbeda dengan kebanyakan orang,” ujarnya. Hal-hal tersebut yang mendorong generasi milenial ingin selalu memiliki barang-barang, terutama yang mengusung teknologi terbaru, terkini, dan itu dapat menaikkan statusnya dalam komunitas.
Barang dengan teknologi favorit seperti ponsel pintar memang sudah menjadi barang primer. Bukan fungsi dasarnya saja yang dicari, namun fitur pelengkap yang membuatnya begitu penting. Ponsel menjadi barang yang kini banyak menjadi incaran pembelian pre order, banyak alasannya seperti harga yang lebih murah juga hadiah barang tambahan lain yang diberi.
Amelia Masniari, personal shopper yang dikenal dengan "Miss Jinjing" menyebut, ponsel masih menjadi barang yang paling banyak diincar untuk dibeli lebih awal. Produk fashion tidak banyak lagi peminatnya seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat. "Ponsel sudah seperti setengah nyawa, jadi memang sangat penting. Terlebih bagi mereka yang ingin menegaskan simbol sosialnya melalui gadget," ucapnya.
(Baca Juga: Konsumen Offline Pentingkan Brand, Pembeli Online Lebih Rasional
Sistem pre order pun kerap memberikan beragam bonus, ini juga yang diharapkan para pembeli. Amelia menyebut, masyarakat Indonesia memang senang dengan sesuatu yang gratis seperti ada kebanggaan tersendiri. "Padahal, bonusnya itu bisa beli sendiri, seperti power bank atau barang printilan lain. Kita memang senang kan dapat goodie bag," ucapnya.
Penulis Belanja Sampai Mati ini pun kerap melakukan pre order, namun bukan untuk membeli gadget. Baginya berdasarkan usia seseorang kepemilikan barang menjadi berbeda, usia dewasa cenderung tidak berapi-api dalam memiliki sebuah barang, kecuali memang seseorang itu kolektor. Miss Jinjing pun lebih memilih melakukan pre order untuk buku favoritnya. Buku Harry Potter atau novel karya Dan Brown menjadi barang untuk dibelinya awal. Belum keluar di pasaran pun dia rela membeli terlebih dulu.
Bagi produsen, sistem pre order ini dapat menentukan laris atau tidaknya produk mereka. Pengalamannya memberikan sistem pre order untuk buku yang ditulisnya. Amel pun bisa melihat antusiasme pembacanya dari pre order yang dilakukan sebelum buku rampung dikerjakan.
Lain alasan bagi Ainun Noor,28, karyawati yang juga ibu satu anak yang melakukan pre order ponsel pintar karena keluaran yang terbatas. Samsung J7 pro warna merah jambu menjadi incarannya karena jarang ada yang menjual dengan warna pink. "Memang lagi butuh dan maunya yang warna pink, lihat iklannya kok lucu sekali. Ternyata cari di mana-mana susah, ditambah lagi ini harganya lebih murah. Akhirnya bisa pre order juga, ya senang, ada kepuasan tersendiri kalau dapat barang yang memang kita mau," ungkap Ainun.
Selain ponsel pintar, preorder juga dia lakukan untuk membeli baju dengan model terbatas. Sebuah brand lokal ternama membuat model dan motif baju tidak untuk dibuat massal, Ainun pun tergerak untuk memilikinya. "Modelnya unik dan saya banget. Mereka membuatnya enggak banyak, jadi daripada kehabisan lebih baik segera pesan walaupun belum dipasarkan. Nanti, kalau dipakai juga tidak akan ada yang sama, kan limited edition," celotehnya bangga.
(Baca Juga: Memikat Konsumen dengan Diskon(amm)