Mengapa Penggunaan Pelampung Leher pada Bayi Berbahaya?
loading...
A
A
A
SURABAYA - Penggunaan pelampung leher pada bayi ternyata berbahaya karena dapat menyebabkan cedera leher. Bahkan American Academy of Pediatric (AAP) telah melarang penggunaan jenis pelampung ini.
Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr dr Roedi Irawan MKes SpA(K), ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera.
Pertama, pemakaian pelampung leher yang terlalu ketat. “Kalau terlalu ketat akan membuat bayi menjadi kesulitan bernapas,” katanya.
Kedua, penggunaan pelampung leher terlalu sering. Penggunaan ini dapat membuat otot-otot leher menjadi kaku dan tegang.
“Kondisi ini berisiko menimbulkan cedera otot leher yang berpengaruh pada pertumbuhan tulang belakang bayi,” tuturnya.
Ketiga, berisiko bayi tenggelam. Jika alat itu tidak tepat atau tidak sengaja mengempis, maka akan menyebabkan bayi tenggelam. Penggunaan pelampung leher pada bayi ini harus mendapat pengawasan yang ketat.
Keempat, hal itu dapat mempersempit ruang gerak bayi. Bayi akan kesulitan menoleh, berekspresi, atau menyentuh bagian kepala menggunakan tangan.
“Ini bisa membuat bayi merasa tidak nyaman karena kesulitan melakukan gerakan,” paparnya.
Prof Roedi menegaskan, penggunaan pelampung leher pada bayi tidak dianjurkan. Tapi hal ini bukan alasan untuk tidak mengajak bayi berenang. Ada beberapa alternatif lain selain itu. Pertama, ban lengan atau sayap air. Kedua, alat terapung seperti mainan tiup bayi.
Dia menerangkan, berenang adalah kegiatan yang menyenangkan bagi bayi. Jika bayi belum bisa berenang, tak ada salahnya untuk mengajarkan si kecil berenang sejak dini.
Prof Roedi sangat menganjurkan berenang pada bayi karena merupakan salah satu olahraga yang menyenangkan. Ia juga menyarankan untuk mengajar bayi berenang selama 10 menit saja.
“Kemudian tingkatkan waktunya secara bertahap. Bayi di bawah 12 bulan tidak dianjurkan berada di dalam kolam renang lebih dari 30 menit per sesi,” tutupnya.
Lihat Juga: Benarkah Kandungan Maltodextrin dalam Susu Formula Sebabkan Diabetes dan Gagal Ginjal pada Anak?
Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr dr Roedi Irawan MKes SpA(K), ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera.
Pertama, pemakaian pelampung leher yang terlalu ketat. “Kalau terlalu ketat akan membuat bayi menjadi kesulitan bernapas,” katanya.
Kedua, penggunaan pelampung leher terlalu sering. Penggunaan ini dapat membuat otot-otot leher menjadi kaku dan tegang.
“Kondisi ini berisiko menimbulkan cedera otot leher yang berpengaruh pada pertumbuhan tulang belakang bayi,” tuturnya.
Ketiga, berisiko bayi tenggelam. Jika alat itu tidak tepat atau tidak sengaja mengempis, maka akan menyebabkan bayi tenggelam. Penggunaan pelampung leher pada bayi ini harus mendapat pengawasan yang ketat.
Keempat, hal itu dapat mempersempit ruang gerak bayi. Bayi akan kesulitan menoleh, berekspresi, atau menyentuh bagian kepala menggunakan tangan.
“Ini bisa membuat bayi merasa tidak nyaman karena kesulitan melakukan gerakan,” paparnya.
Prof Roedi menegaskan, penggunaan pelampung leher pada bayi tidak dianjurkan. Tapi hal ini bukan alasan untuk tidak mengajak bayi berenang. Ada beberapa alternatif lain selain itu. Pertama, ban lengan atau sayap air. Kedua, alat terapung seperti mainan tiup bayi.
Dia menerangkan, berenang adalah kegiatan yang menyenangkan bagi bayi. Jika bayi belum bisa berenang, tak ada salahnya untuk mengajarkan si kecil berenang sejak dini.
Prof Roedi sangat menganjurkan berenang pada bayi karena merupakan salah satu olahraga yang menyenangkan. Ia juga menyarankan untuk mengajar bayi berenang selama 10 menit saja.
“Kemudian tingkatkan waktunya secara bertahap. Bayi di bawah 12 bulan tidak dianjurkan berada di dalam kolam renang lebih dari 30 menit per sesi,” tutupnya.
Lihat Juga: Benarkah Kandungan Maltodextrin dalam Susu Formula Sebabkan Diabetes dan Gagal Ginjal pada Anak?
(tsa)