Makna Prosesi Ruwatan yang Dilakukan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di Solo, Singgung Nafsu Kuasa
loading...
A
A
A
SOLO — Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD melakukan prosesi ruwatan Durga Mendhak Sang Kala Sirna di Balai Kota Solo, Sabtu (10/2/2024). Prosesi ini sebagai simbol kekuasaan saat ini.
Makna ruwatan Durga Mendhak Sang Kala Sirna, yakni cerita tentang nafsu kuasa yang telah merasuki Durga hingga lupa segalanya.
Pranata dan aturan hukum tidak berguna. Dia menginginkan anaknya, Dewasrani, berkuasa atas seluruh jagad raya dengan segala cara.
Namun rakyat tetap waspada, menolak dan siap sedia melawannya. Rakyat bersama Wisanggeni, mampu mengalahkan Dewasrani. Durga sangat marah namun sia-sia. Semar Badranaya, Sang pamomong Wisanggeni, mampu menghadang dan mempecundanginya
Cerita tersebut tentang nafsu kuasa. Tentang pribadi yang merasa bahwa dirinya sebagai yang paling berhak, dipadu dengan keserakahan.
Ini cerita tentang Dewasrani, putra penguasa kadewan, yang merasa bahwa dirinyalah yang harus menguasai jagad dengan segala daya upayanya. Dewasrani anak Sang Jagadnata dan Bathari Durga. Ambisi kuasanya itu berhadapan dengan utusan kebenaran, Wisanggeni.
Acara ruwatan ini dimaksudkan sebagai simbol cinta rakyat Solo Raya kepada pemimpinnya. Masyarakat berharap, melalui revolusi cinta, Ganjar dan Mahfud dapat menghapus segala keburukan. Selain itu, masyarakat ingin gangguan di pusat kekuasaan kembali mendapatkan keselamatan, kewarasan, dan ketenteraman.
Sebelum prosesi ruwatan ini, Ganjar dan Mahfud pun mengikuti kirab budaya yang dipusatkan di Benteng Vastenburg. Ganjar naik pedati yang ditarik sapi di barisan bareng istri Atiqoh Ganjar dan putranya, Alam Ganjar. Di belakangnya, Mahfud naik pedati bersama istri, Zaizatun Nihayati dan putirnya Vina.
Di belakangnya barisan pedati diisi jajaran TPN Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid, Andika Perkasa, dan Yenny Wahid. Hadir juga perwakilan partai pendukung Ganjar Mahfud seperti Waketum Perindo TGB Zainul Majdi, politisi PDIP Ario Bimo dan FX Hadi Rudyatmo, dan Romy Romahurmuziy.
Makna ruwatan Durga Mendhak Sang Kala Sirna, yakni cerita tentang nafsu kuasa yang telah merasuki Durga hingga lupa segalanya.
Pranata dan aturan hukum tidak berguna. Dia menginginkan anaknya, Dewasrani, berkuasa atas seluruh jagad raya dengan segala cara.
Namun rakyat tetap waspada, menolak dan siap sedia melawannya. Rakyat bersama Wisanggeni, mampu mengalahkan Dewasrani. Durga sangat marah namun sia-sia. Semar Badranaya, Sang pamomong Wisanggeni, mampu menghadang dan mempecundanginya
Cerita tersebut tentang nafsu kuasa. Tentang pribadi yang merasa bahwa dirinya sebagai yang paling berhak, dipadu dengan keserakahan.
Ini cerita tentang Dewasrani, putra penguasa kadewan, yang merasa bahwa dirinyalah yang harus menguasai jagad dengan segala daya upayanya. Dewasrani anak Sang Jagadnata dan Bathari Durga. Ambisi kuasanya itu berhadapan dengan utusan kebenaran, Wisanggeni.
Acara ruwatan ini dimaksudkan sebagai simbol cinta rakyat Solo Raya kepada pemimpinnya. Masyarakat berharap, melalui revolusi cinta, Ganjar dan Mahfud dapat menghapus segala keburukan. Selain itu, masyarakat ingin gangguan di pusat kekuasaan kembali mendapatkan keselamatan, kewarasan, dan ketenteraman.
Sebelum prosesi ruwatan ini, Ganjar dan Mahfud pun mengikuti kirab budaya yang dipusatkan di Benteng Vastenburg. Ganjar naik pedati yang ditarik sapi di barisan bareng istri Atiqoh Ganjar dan putranya, Alam Ganjar. Di belakangnya, Mahfud naik pedati bersama istri, Zaizatun Nihayati dan putirnya Vina.
Di belakangnya barisan pedati diisi jajaran TPN Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid, Andika Perkasa, dan Yenny Wahid. Hadir juga perwakilan partai pendukung Ganjar Mahfud seperti Waketum Perindo TGB Zainul Majdi, politisi PDIP Ario Bimo dan FX Hadi Rudyatmo, dan Romy Romahurmuziy.