Penanganan Komprehensif Pasien Diabetes, Pengobatan hingga Terapi dan Konsultasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan penyakit diabetes, khususnya di wilayah Cileungsi, Jawa Barat, cukup tinggi. Jika melihat dari kasus di RS MH Thamrin Cileungsi atau dikenal juga sebagai Radjak Hospital Cileungsi, pasien dengan keluhan diabetes cukup masif dalam aktivitas layanannya.
Dokter Spesialis Diabetes RS MH Thamrin Cileungsi dr. fc. Puspita hapsari Spd mengatakan, dalam memberikan layanan kesehatan pada pasien diabetes, selain pengobatan juga harus disertai dengan konsultasi dan terapi medis. Konseling yang diberikan terkait gizi sebagai upaya mengedukasi pasien untuk menjalankan pola hidup sehat, pola makan sehat, dan memahami komplikasi yang bisa ditimbulkan.
“Jadi konseling yang dilakukan bertahap, tidak serta-merta semua informasi dalam satu kunjungan. Tetapi dalam setiap kunjungan per bulan, pasien diabetes mendapatkan edukasi sesuai dengan kondisinya,” terang dr. Puspita.
Menurutnya, konseling harus dilakukan bersamaan dengan sesi konsultasi dengan dokter. Dengan adanya layanan Centre of Excellence, pihaknya berharap ada seksi khusus untuk dilaksanakannya konseling bagian gizi dan edukasi.
“Terkait hal lain, bagaimana untuk menjalani tes gula darah mandiri, kemudian bagaimana pasien ini mendapat edukasi terkait komplikasi seperti hipoglikemik, dan komplikasi lain,” katanya.
Dokter Puspita menambahkan, prinsip penanganan pasien diabetes mencakup empat pilar. Pertama edukasi, dalam arti pasien memiliki pengetahuan yang cukup terhadap penyakitnya beserta hal-hal yang berkaitan dengan diabetesnya.
“Kedua, aktivitas fisik. Kita juga meminta pasien melakukan aktivitas fisik yang cukup yakni 150 menit per minggu. Ketiga dalam pilar penanganan diabetes adalah diet. Bagaimana pasien mengerti dan mempraktikkan pola diet yang dianjurkan untuknya. Keempat adalah terapi obat. Yang mana obat ini adalah salah satu bagian dari penanganan diabetes agar pasien bisa mendapatkan gula darah yang terkontrol," bebernya.
"Jika ditanya apakah pasien perlu mengonsumsi obat seumur hidup atau tidak? Itu tergantung dari kondisi pasien. Ada pasien yang gulanya terkendali, yang mana cukup mengatur diet dan makan. Tetapi memang banyak pasien yang membutuhkan obat untuk mengendalikan gula darahnya,” tanbah dr Puspita.
Kekhawatiran pasien diabetes terkait mengonsumsi obat dalam jangka panjang, dr. Puspita memberikan pemahaman bagaimana kondisi tersebut harus dijalani sesuai peruntukan.
“Konsumsi obat bagi pasien diabetes selama sesuai dengan indikasinya. Memang sesuai dengan peruntukkannya aman untuk pasien. Selain itu pasien juga dilakukan pemantauan terkait efek samping yang muncul untuk meminimalisir efek samping yang terjadi, ataupun meminimalisir dampak negatif yang mungkin saja muncul,” paparnya.
Terkait komplikasi yang perlu diwaspadai, dr. Puspita menegaskan, penyakit diabetes menyerang seluruh organ. Mulai mata, jantung, komplikasi ginjal, pembuluh darah tepi, atau bisa juga berwujud luka kemudian ke persarafan.
Dokter Spesialis Saraf RS MH Thamrin Cileungsi dr. Oki Lestari SpS menjelaskan, neuropati atau ba’al pada tangan banyak penyebabnya, salah satunya diabetes. Jika pada wanita, masalah ini dapat dikaitkan dengan kekurangan vitamin B12.
“Makanya seseorang yang terkena ba’al atau kebas hanya perasaan kebas saja tanpa didahului perasaan nyeri seperti terbakar atau terkena cabai, biasanya kita menyuruh mengonsumsi vitamin B12, disertai kacang hijau,” terangnya.
Terkait permasalahan saraf yang dihubungkan dengan diabetes, dr. Oki mengungkapkan, pasien yang terlebih dulu bermasalah dengan gula darah, akan mengalami masalah juga dengan sarafnya.
“Karena penderita diabetes, dua sampai tiga tahun akan terserang telapak tangan atau telapak kakinya. Seperti tidak nyaman memakai sandal, tidak nyaman menginjak lantai, menginjak tanah, atau pasir. Jadi harus diwaspadai,” jelasnya.
“Komplikasi saraf dengan diabetes memang terkait dengan neuropati, karena ba’al ini mengenai saraf tepi yang terdapat pada ujung tangan dan ujung kaki,” lanjut dr Oki.
Pada penderita yang tidak mengetahui ada diabetes, dr. Oki menyarankan, harus kontrol teratur ke dokter untuk mengetahui kadar gula darahnya. Jika gula darahnya tinggi, harus hati-hati terhadap diabetes.
“Apabila diabetes kita harus wanti-wanti, apalagi jika terkena neuropati atau kebas ini, yang mana pasien harus menjalani pola hidup sehat, seperti menggunakan sandal yang benar, sepatu yang benar. Pada penderita diabetes cenderung kakinya kering. Untuk itu kita anjurkan menggunakan lotion karena pada penderita diabetes mudah lecet. Kalau sudah lecet susah sembuhnya,” jelasnya.
Untuk diketahui, RS MH Thamrin Cileungsi telah membentuk Centre of Excellence untuk perawatan diabetes. Rumah sakit ini melakukan kolaborasi yang melibatkan dokter spesialis penyakit dalam, saraf, jantung, mata, dan dokter bedah untuk melakukan perawatan penyakit diabetes. Sebab, diabetes tidak mengenai satu organ saja, tetapi komplikasi dengan berbagai organ lain.
Dokter Spesialis Diabetes RS MH Thamrin Cileungsi dr. fc. Puspita hapsari Spd mengatakan, dalam memberikan layanan kesehatan pada pasien diabetes, selain pengobatan juga harus disertai dengan konsultasi dan terapi medis. Konseling yang diberikan terkait gizi sebagai upaya mengedukasi pasien untuk menjalankan pola hidup sehat, pola makan sehat, dan memahami komplikasi yang bisa ditimbulkan.
“Jadi konseling yang dilakukan bertahap, tidak serta-merta semua informasi dalam satu kunjungan. Tetapi dalam setiap kunjungan per bulan, pasien diabetes mendapatkan edukasi sesuai dengan kondisinya,” terang dr. Puspita.
Menurutnya, konseling harus dilakukan bersamaan dengan sesi konsultasi dengan dokter. Dengan adanya layanan Centre of Excellence, pihaknya berharap ada seksi khusus untuk dilaksanakannya konseling bagian gizi dan edukasi.
“Terkait hal lain, bagaimana untuk menjalani tes gula darah mandiri, kemudian bagaimana pasien ini mendapat edukasi terkait komplikasi seperti hipoglikemik, dan komplikasi lain,” katanya.
Dokter Puspita menambahkan, prinsip penanganan pasien diabetes mencakup empat pilar. Pertama edukasi, dalam arti pasien memiliki pengetahuan yang cukup terhadap penyakitnya beserta hal-hal yang berkaitan dengan diabetesnya.
“Kedua, aktivitas fisik. Kita juga meminta pasien melakukan aktivitas fisik yang cukup yakni 150 menit per minggu. Ketiga dalam pilar penanganan diabetes adalah diet. Bagaimana pasien mengerti dan mempraktikkan pola diet yang dianjurkan untuknya. Keempat adalah terapi obat. Yang mana obat ini adalah salah satu bagian dari penanganan diabetes agar pasien bisa mendapatkan gula darah yang terkontrol," bebernya.
"Jika ditanya apakah pasien perlu mengonsumsi obat seumur hidup atau tidak? Itu tergantung dari kondisi pasien. Ada pasien yang gulanya terkendali, yang mana cukup mengatur diet dan makan. Tetapi memang banyak pasien yang membutuhkan obat untuk mengendalikan gula darahnya,” tanbah dr Puspita.
Kekhawatiran pasien diabetes terkait mengonsumsi obat dalam jangka panjang, dr. Puspita memberikan pemahaman bagaimana kondisi tersebut harus dijalani sesuai peruntukan.
“Konsumsi obat bagi pasien diabetes selama sesuai dengan indikasinya. Memang sesuai dengan peruntukkannya aman untuk pasien. Selain itu pasien juga dilakukan pemantauan terkait efek samping yang muncul untuk meminimalisir efek samping yang terjadi, ataupun meminimalisir dampak negatif yang mungkin saja muncul,” paparnya.
Terkait komplikasi yang perlu diwaspadai, dr. Puspita menegaskan, penyakit diabetes menyerang seluruh organ. Mulai mata, jantung, komplikasi ginjal, pembuluh darah tepi, atau bisa juga berwujud luka kemudian ke persarafan.
Hubungan Kebas dan Diabetes
Sementara itu, sebagai penyakit yang merusak jaringan tubuh, diabetes perlu dipahami dalam beberapa hal. Salah satunya dikaitkan dengan permasalahan kebas atau rasa ba’al di tangan atau kaki, yang disebut neuropati.Dokter Spesialis Saraf RS MH Thamrin Cileungsi dr. Oki Lestari SpS menjelaskan, neuropati atau ba’al pada tangan banyak penyebabnya, salah satunya diabetes. Jika pada wanita, masalah ini dapat dikaitkan dengan kekurangan vitamin B12.
“Makanya seseorang yang terkena ba’al atau kebas hanya perasaan kebas saja tanpa didahului perasaan nyeri seperti terbakar atau terkena cabai, biasanya kita menyuruh mengonsumsi vitamin B12, disertai kacang hijau,” terangnya.
Terkait permasalahan saraf yang dihubungkan dengan diabetes, dr. Oki mengungkapkan, pasien yang terlebih dulu bermasalah dengan gula darah, akan mengalami masalah juga dengan sarafnya.
“Karena penderita diabetes, dua sampai tiga tahun akan terserang telapak tangan atau telapak kakinya. Seperti tidak nyaman memakai sandal, tidak nyaman menginjak lantai, menginjak tanah, atau pasir. Jadi harus diwaspadai,” jelasnya.
“Komplikasi saraf dengan diabetes memang terkait dengan neuropati, karena ba’al ini mengenai saraf tepi yang terdapat pada ujung tangan dan ujung kaki,” lanjut dr Oki.
Pada penderita yang tidak mengetahui ada diabetes, dr. Oki menyarankan, harus kontrol teratur ke dokter untuk mengetahui kadar gula darahnya. Jika gula darahnya tinggi, harus hati-hati terhadap diabetes.
“Apabila diabetes kita harus wanti-wanti, apalagi jika terkena neuropati atau kebas ini, yang mana pasien harus menjalani pola hidup sehat, seperti menggunakan sandal yang benar, sepatu yang benar. Pada penderita diabetes cenderung kakinya kering. Untuk itu kita anjurkan menggunakan lotion karena pada penderita diabetes mudah lecet. Kalau sudah lecet susah sembuhnya,” jelasnya.
Untuk diketahui, RS MH Thamrin Cileungsi telah membentuk Centre of Excellence untuk perawatan diabetes. Rumah sakit ini melakukan kolaborasi yang melibatkan dokter spesialis penyakit dalam, saraf, jantung, mata, dan dokter bedah untuk melakukan perawatan penyakit diabetes. Sebab, diabetes tidak mengenai satu organ saja, tetapi komplikasi dengan berbagai organ lain.
(tsa)