Mengetahui Sejarah Hagia Sophia Melalui Tur Virtual
loading...
A
A
A
TERLEPAS dari berbagai pro kontra dari putusan alih fungsi Hagia Sophia kisah dari bangunan bersejarah ini, tentu menarik untuk dikulik.
Melalui tur virtual, rekan media diajak untuk mendalami sejarah dan menikmati keindahan arsitektur bangunan yang telah melalui empat era kepemimpinan tersebut.
SINDO Media berkesempatan untuk mengikuti edisi ke empat dari R&R Talks. R&R Public Relations mengajak rekan media untuk menelusuri sejarah dan keindahan dari Hagia Sophia melalui virtual tour, bersama pemandu wisata domestik berbahasa Indonesia, Tugrul Turnali.
“Kegiatan virtual tour ini kami harap dapat menjadi pengobat rindu akan aktivitas traveling, sekaligus memberikan pengalaman dan wawasan baru bagi rekan media, sambil mengambil pelajaran penting dari sebuah warisan histori multi dinasti,” jelas Rika Mayasari, Pendiri R&R Public Relations. (Baca: Salat Jumat Pertama di Hagia Sophia Disambut Antusias)
Rika menjelaskan, terletak di dua benua yaitu Asia dan Eropa, Turki menjadi salah satu negara yang menjadi destinasi favorit dari masyarakat Indonesia. Bukan hanya karena keunikan akan paduan budaya dari dua benua, jejak kejayaan dan peradaban dari masa silam menjadi daya tarik dari negeri tersebut.
“Berbicara tentang sejarah, kota Istanbul menyimpan banyak cerita yang terdokumentasikan dalam bangunan-bangunan bersejarah, salah satunya Hagia Sophia,” ujar Rika.
Meski hanya melalui tur virtual, rekan media dapat dengan jelas menikamti keindahan aristektur bangunan yang menjadi landmark paling memikat di jantung kota Istanbul, Turki ini. Hagia Sophia telah menjadi simbol penting bagi Kristen Ortodoks dan Muslim selama berabad-abad, sekaligus menjadi warisan kebudayaan bagi Negara Turki.
“Selama 1,5 abad sejak didirikan, Hagia Sophia telah beralih fungsi seiring dengan empat era kekuasaan yang berbeda. Inilah mengapa, Hagia Sophia bukan hanya menjadi sebuah arsitektur bermuatan sejarah, tapi juga menjadi ikon kekuasaan, dan simbol kepercayaan,” jelas Tugrul Turnali, pemandu wisata yang berdomisili di Istanbul. (Baca juga: Ilmuwan Jepang Bangunkan Mikroba yang tertidur Selama 100 Juta Tahun)
Memasuki pintu masuk Hagia Sophia, rekan media dibuat kagum dengan mozaik kuno nan agung dari kekaisaran Bizantium dan Osmani. Sambil berkeliling menggunakan kamera, Tugrul pun menjelaskan sejarah singkat bangunan yang dibangun sebagai sebuah gereja pada tahun 360 Masehi ini.
“Bangunan ini dibangun di Abad ke-3 yakni Era Kekaisaran Bizantium sebagai Gereja Ortodoks & Katedral. Namun, gempa bumi pada 1344 menghancurkan struktur bangunan, dan untuk sementara, Bizantium menutup area tempat ibadah selama beberapa waktu,” ujar Tugrul.
Era Kekaisaran Bizantium berakhir pada 1453, setelah ditaklukkan oleh Sultan Mehmed II dari Kekaisaran Ottoman. Setelah Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel, status Hagia Sophia beralih menjadi sebuah masjid. Saat itu, berbagai ornamen keagamaan kristen ditutupi dan ditambahkan dengan kaligrafi-kaligrafi besar dari seniman ternama pada masa itu, Kazasker Mustafa Izzet.
“Bangunan pun direnovasi kembali dan ditambahkan dengan mihrab dan 4 menara besar di luar bangunan,” sebut Tugrul. (Baca juga: Perdana Menteri Pakistan Puji Pembukaan Hagia Sophia Sebagai Masjid)
Kekaisaran Ottoman akhirnya tumbang, dan muncullah Turki sebagai sebuah negara republik. Bergantinya sistem pemerintahan ini, sekaligus mengubah fungsi Hagia Sophia dari sebuah masjid, menjadi musem - atas perintah dari Presiden pertama Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk.
Restorasi mosaik pun dilakukan, sehingga dua ornamen dan kebudayaan dari dua agama besar di dunia tampak berdampingan di area Hagia Sophia. “Karena itulah sejak 1985, bangunan ini ditetapkan sebagai salah satu Warisan Dunia UNESCO,” ujar Tugrul.
Salah satu hal yang menonjol dari bangunan ini adalah adanya lampu gantung kuno serta pemandangan kaligrafi Arab bertuliskan Allah dan Muhammad. Yang unik, di beberapa bagian terdapat lukisan Bunda Maria dan Yesus Kristus. “Tahun 2020, di era pemerintahan Presiden Erdogan, status Hagia Sophia sebagai museum resmi dicabut, dan pada 24 Juli 2020, masyarakat muslim Turki akhirnya melaksanakan shalat Jumat pertama di Hagia Sophia.
Lebih dari sekedar ikon arsitektur, selama beraba-abad, menurut Tugrul Hagia Sophia telah menjadi saksi dari suksesi berbagai rezim dan menyimpan banyak kisah. Apapun peran dan fungsi yang ditetapkan pada bangunan ini, Hagia Sophia akan selalu memiliki daya tarik tersendiri, bukan hanya bagi masyarakat Turki, tapi juga dunia. (Dwi Nur Ratnaningsih)
Melalui tur virtual, rekan media diajak untuk mendalami sejarah dan menikmati keindahan arsitektur bangunan yang telah melalui empat era kepemimpinan tersebut.
SINDO Media berkesempatan untuk mengikuti edisi ke empat dari R&R Talks. R&R Public Relations mengajak rekan media untuk menelusuri sejarah dan keindahan dari Hagia Sophia melalui virtual tour, bersama pemandu wisata domestik berbahasa Indonesia, Tugrul Turnali.
“Kegiatan virtual tour ini kami harap dapat menjadi pengobat rindu akan aktivitas traveling, sekaligus memberikan pengalaman dan wawasan baru bagi rekan media, sambil mengambil pelajaran penting dari sebuah warisan histori multi dinasti,” jelas Rika Mayasari, Pendiri R&R Public Relations. (Baca: Salat Jumat Pertama di Hagia Sophia Disambut Antusias)
Rika menjelaskan, terletak di dua benua yaitu Asia dan Eropa, Turki menjadi salah satu negara yang menjadi destinasi favorit dari masyarakat Indonesia. Bukan hanya karena keunikan akan paduan budaya dari dua benua, jejak kejayaan dan peradaban dari masa silam menjadi daya tarik dari negeri tersebut.
“Berbicara tentang sejarah, kota Istanbul menyimpan banyak cerita yang terdokumentasikan dalam bangunan-bangunan bersejarah, salah satunya Hagia Sophia,” ujar Rika.
Meski hanya melalui tur virtual, rekan media dapat dengan jelas menikamti keindahan aristektur bangunan yang menjadi landmark paling memikat di jantung kota Istanbul, Turki ini. Hagia Sophia telah menjadi simbol penting bagi Kristen Ortodoks dan Muslim selama berabad-abad, sekaligus menjadi warisan kebudayaan bagi Negara Turki.
“Selama 1,5 abad sejak didirikan, Hagia Sophia telah beralih fungsi seiring dengan empat era kekuasaan yang berbeda. Inilah mengapa, Hagia Sophia bukan hanya menjadi sebuah arsitektur bermuatan sejarah, tapi juga menjadi ikon kekuasaan, dan simbol kepercayaan,” jelas Tugrul Turnali, pemandu wisata yang berdomisili di Istanbul. (Baca juga: Ilmuwan Jepang Bangunkan Mikroba yang tertidur Selama 100 Juta Tahun)
Memasuki pintu masuk Hagia Sophia, rekan media dibuat kagum dengan mozaik kuno nan agung dari kekaisaran Bizantium dan Osmani. Sambil berkeliling menggunakan kamera, Tugrul pun menjelaskan sejarah singkat bangunan yang dibangun sebagai sebuah gereja pada tahun 360 Masehi ini.
“Bangunan ini dibangun di Abad ke-3 yakni Era Kekaisaran Bizantium sebagai Gereja Ortodoks & Katedral. Namun, gempa bumi pada 1344 menghancurkan struktur bangunan, dan untuk sementara, Bizantium menutup area tempat ibadah selama beberapa waktu,” ujar Tugrul.
Era Kekaisaran Bizantium berakhir pada 1453, setelah ditaklukkan oleh Sultan Mehmed II dari Kekaisaran Ottoman. Setelah Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel, status Hagia Sophia beralih menjadi sebuah masjid. Saat itu, berbagai ornamen keagamaan kristen ditutupi dan ditambahkan dengan kaligrafi-kaligrafi besar dari seniman ternama pada masa itu, Kazasker Mustafa Izzet.
“Bangunan pun direnovasi kembali dan ditambahkan dengan mihrab dan 4 menara besar di luar bangunan,” sebut Tugrul. (Baca juga: Perdana Menteri Pakistan Puji Pembukaan Hagia Sophia Sebagai Masjid)
Kekaisaran Ottoman akhirnya tumbang, dan muncullah Turki sebagai sebuah negara republik. Bergantinya sistem pemerintahan ini, sekaligus mengubah fungsi Hagia Sophia dari sebuah masjid, menjadi musem - atas perintah dari Presiden pertama Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk.
Restorasi mosaik pun dilakukan, sehingga dua ornamen dan kebudayaan dari dua agama besar di dunia tampak berdampingan di area Hagia Sophia. “Karena itulah sejak 1985, bangunan ini ditetapkan sebagai salah satu Warisan Dunia UNESCO,” ujar Tugrul.
Salah satu hal yang menonjol dari bangunan ini adalah adanya lampu gantung kuno serta pemandangan kaligrafi Arab bertuliskan Allah dan Muhammad. Yang unik, di beberapa bagian terdapat lukisan Bunda Maria dan Yesus Kristus. “Tahun 2020, di era pemerintahan Presiden Erdogan, status Hagia Sophia sebagai museum resmi dicabut, dan pada 24 Juli 2020, masyarakat muslim Turki akhirnya melaksanakan shalat Jumat pertama di Hagia Sophia.
Lebih dari sekedar ikon arsitektur, selama beraba-abad, menurut Tugrul Hagia Sophia telah menjadi saksi dari suksesi berbagai rezim dan menyimpan banyak kisah. Apapun peran dan fungsi yang ditetapkan pada bangunan ini, Hagia Sophia akan selalu memiliki daya tarik tersendiri, bukan hanya bagi masyarakat Turki, tapi juga dunia. (Dwi Nur Ratnaningsih)
(ysw)