Langkah Bersama Cegah DBD, Tekankan Pentingnya 3M Plus dan Vaksin

Senin, 04 Maret 2024 - 09:10 WIB
loading...
Langkah Bersama Cegah...
Melanjutkan kesuksesan Langkah Bersama Cegah DBD, PT Takeda Innovative Medicines kini memperluas kegiatan ke Kota Surabaya, Jawa Timur. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Melanjutkan kesuksesan 'Langkah Bersama Cegah DBD ', PT Takeda Innovative Medicines kini memperluas kegiatan ke Kota Surabaya, Jawa Timur.

Kegiatan ini adalah bagian dari kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD yang merupakan salah satu kemitraan antara PT Takeda Innovative Medicines dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), serta pemerintah dan pemangku kepentingan setempat, dalam upaya meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.

Kasus DBD masih menjadi perhatian kesehatan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Data Kemenkes RI dalam lima tahun terakhir (2018 - 2022) mencatat, rata-rata kasus DBD di Indonesia mencapai sekitar 105.763 kasus dengan rerata kematian 815 kasus. Di tahun 2023, angka kasus dan kematian akibat DBD mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 2022 dimana total kumulatif DBD tercatat 143.266 kasus dengan kematian 1.236 kasus.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, yang diwakili oleh dr. Asik Surya, MPPM, Ketua Tim Kerja Arbovirus, mengatakan bahwa berdasarkan laporan, angka kasus dan kematian akibat DBD pada tahun 2023 lebih rendah dibandingkan tahun 2022. Ia menjelaskan.



“Tahun lalu (2023), tercatat total kasus DBD di Indonesia sebesar 114.435 kasus dengan kematian 894 kasus. Dunia saat ini menargetkan nol kematian pada tahun 2030. Hal ini tentunya tidak terlepas dari langkah-langkah intervensi yang telah dilakukan oleh Pemerintah untuk menekan kasus DBD, di mana secara garis besar terdapat tiga intervensi: intervensi pada lingkungan, intervensi pada vektor (nyamuk), dan intervensi pada manusia," jelasnya.

"Intervensi pada lingkungan dapat dilakukan melalui pemberantasan sarang nyamuk, sedangkan intervensi pada vektor dilakukan melalui penggunakan larvasida serta insektisida yang digunakan untuk fogging sementara pada manusia, dilakukan dengan cara intervensi inovatif melalui vaksinasi," sambungnya.

Untuk itu, pemerintah terus bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam melakukan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat tentang pentingnya perlindungan yang komprehensif terhadap DBD, termasuk melalui Kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD.

"Serta 'Langkah Bersama Cegah DBD' yang pada hari ini kita lakukan di Surabaya. Sebagai informasi, di tahun 2023 lalu Jawa Timur menjadi provinsi ketiga dengan kasus DBD tertinggi se-Indonesia dengan 9.401 kasus dan kematian sebanyak 103 kasus," jelasnya.



Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menyampaikan apresiasi terhadap komitmen yang diberikan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk bersama-sama memerangi DBD di Indonesia.

"Permasalahan dengue, tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Diperlukan sinergi yang kuat antara seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk peran aktif masyarakat. Di Takeda, kami berkomitmen untuk berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan guna mendorong kesadaran masyarakat akan bahaya dengue dan juga pentingnya pencegahan yang inovatif untuk melindungi masyarakat luas yang berisiko terkena dengue," ujarnya.

"Melalui 'Langkah Bersama Cegah DBD’ kami berharap dapat melibatkan lebih banyak masyarakat dalam memerangi DBD, serta menyukseskan target pemerintah untuk mencapai ‘nol kematian akibat dengue’ pada tahun 2030,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Prof. Dr. Erwin Astha Triyono, dr., Sp.PD., KPTI., FINASIM., yang diwakilkan oleh drg. Sulvy Dwi Anggraeni, M. Kes., Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, menyebutkan bahwa selama ini upaya pencegahan DBD di Jawa Timur dilakukan dengan program pengendalian penyakit berbasis masyarakat yaitu PSN (pemberantasan sarang nyamuk) di lingkungan lewat Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik.

“Program PSN dengan 3M Plus memang masih efektif, namun tidak kalah pentingnya adalah mengenali gejala penyakit sehingga tidak terlambat mendapat pertolongan medis. Karena bagaimanapun juga, semua orang bisa terinfeksi DBD, tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, dan gaya hidup," ujarnya.

"Untuk itu, jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala DBD, seperti demam mendadak tinggi, nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri otot, atau muncul bintik-bintik kemerahan di kulit, segera periksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Jadi penting bagi masyarakat untuk selalu mengedepankan 3M Plus, serta mempertimbangkan pencegahan inovatif seperti vaksin,” lanjutnya.

Pada kesempatan yang sama, Ibu Ketua PKK Provinsi Jawa Timur Periode 2019-2024, Hj. Arumi Bachsin, S.E, mengingatkan pentingnya melakukan pencegahan DBD dimulai dari rumah masing-masing. Menurutnya, DBD adalah penyakit yang tidak pandang bulu.

"Alhamdulillah saya pribadi belum pernah secara langsung terkena DBD. Suami saya, Bapak Emil, pernah pada saat beliau di Jepang. Tapi yang membuat saya dan keluarga sangat memperhatikan pencegahan DBD adalah cerita Papa saya dulu, bahwa beliau memiliki teman yang kehilangan satu keluarga akibat DBD. Padahal mereka secara konsisten melakukan 3M, dan tidak membiarkan ada genangan di manapun," ungkapnya.

"Ternyata setelah cari-cari, sumbernya berada pada genangan air di belakang kulkas. Sejak saat itu, saya dan keluarga, bahkan terbawa sampai saya menikah, membiasakan diri untuk selalu menerapkan 3M Plus. Apalagi sekarang kita sudah bisa mendapatkan pencegahan DBD yang menyeluruh, bukan hanya dari luar melalui 3M Plus, tetapi juga dari dalam dengan vaksinasi," imbuhnya.

Sementara itu, dr. Dini Adityarini, SpA menyampaikan pada dasarnya, virus dengue dapat menginfeksi siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi pada anak-anak, DBD memiliki risiko yang jauh lebih tinggi, termasuk menyebabkan kematian.

"Di tahun 2022 saja, dari seluruh kelompok usia, 48 persen kematian akibat dengue terjadi pada anak-anak usia 5-14 tahun. Untuk itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan penggunaan vaksin DBD, yang memiliki tingkat keamanan yang dapat ditoleransi dengan baik, pada anak-anak guna menurunkan risiko keparahan penyakit dan menurunkan risiko rawat inap," ucapnya.

Menyambung pernyataan yang disampaikan oleh dr. Dini, dr. Adaninggar, Sp.PD menyebutkan vaksinasi menjadi metode yang krusial untuk membantu memberikan perlindungan yang menyeluruh, tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga keluarga.

"Inovasi yang tersedia saat ini telah direkomendasikan oleh asosiasi medis, dan dapat diberikan bagi kelompok usia 6-45 tahun. Tetapi tentunya, masyarakat perlu berkonsultasi terlebih dahulu kepada tenaga kesehatan sebelum mendapatkannya," paparnya.

‘Langkah Bersama Cegah DBD’ diselenggarakan pertama kali pada tanggal 5 November 2023 di Jakarta dengan melibatkan hingga lebih dari 5.000 partisipasi masyarakat, dan berhasil mencatatkan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) sebagai kegiatan edukasi masyarakat dengan tanda tangan komitmen terbanyak yaitu 2.500 komitmen dari masyarakat.

‘Langkah Bersama Cegah DBD’ di Surabaya menyasar 10.000 peserta, di mana kegiatan edukasi di sekolah dan edukasi publik bertepatan dengan momen car free day diselenggarakan pada tanggal 24-25 Februari 2024; dan sesi talk show di mal yang dilangsungkan pada tanggal 1-3 Maret 2024.

Beberapa tokoh masyarakat (public figure) ternama turut meramaikan acara yang diselenggarakan di Mal Tunjungan Plaza 3, Surabaya, Jawa Timur, pada awal bulan Maret ini. Antara lain Ringgo Agus Rahman, Sabai Dieter Morscheck, serta Mona Ratuliu dan keluarga.
(dra)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1355 seconds (0.1#10.140)