Pekan Mode Usung Pagelaran Busana yang Terinspirasi Budaya Nasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah desainer dan brand fashion menggelar peragaan busana terbaru dalam Plaza Indonesia Fashion Week, Senin (4/3/2024).
Yang pertama ada Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese, yang memperkenalkan koleksi terbaru mereka, Le Sable. Koleksi ini terinspirasi dari keanggunan cahaya matahari senja serta kilauan pasir.
Busana yang ditampilkan menghadirkan berbagai cerita feminitas serta keanggunan di padang pasir. Ornamen flora diusung untuk menggambarkan adanya kelembutan di tengah kerasnya kehidupan gurun.
Hamparan serta turapan pasir yang berlapis digambarkan secara feminin dan anggun dalam berbagai silhouette beralur dan bergelombang dalam berbagai bentuk. Menawarkan gaya dan kenyamanan, koleksi ini menghadirkan kombinasi antara atasan panjang dengan celana palazzo, cape plisket, rok lebar dengan jaket panjang, kaftan, serta modlook panjang sebagai ciri khas Timur Tengah.
Sentuhan artisan ini menempatkan SEBASTIANred sebagai pakaian ready-to-wear deluxe. Palet warna menjadi penentu bagi suasana ini, menggunakan kombinasi warna pastel, warna cerah, dan sentuhan warna netral yaitu dusty pink, lacquer (silver), hijau, putih, dan hitam.
Dilanjutkan di hari yang sama, Parang Kencana memilih tema Sanjita yang berasal dari bahasa sansekerta. Sanjita memiliki arti “a conqueror & winner”, terinspirasi dari sejarah kerajaan Majapahit sebagai salah satu kerajaan Hindhu-Buddha terbesar dan terkuat pada masa itu.
Istimewa
Koleksinya direpresentasikan melalui silhouette yang strong, bold, dan boxy serta dikombinasikan dengan motif batik yang terinspirasi dari kerajaan Majapahit, salah satunya motif “Sinjang Kawung” yang telah terukir di arca-arca peninggalan kerajaan Majapahit, jauh sebelum teknik membatik ditemukan.
Setiap desain motif batik memiliki makna tersirat yang diwakili oleh gubahan dalam pola ceplok dan kawung. Gubahan dirancang berdasarkan visualisasi strategi perang Majapahit, di antaranya strategi supit urang, samudra rob, dan gedhong minep.
Tidak hanya itu, desainer Wilsen Willim menggandeng Batik Keris memperkenalkan koleksinya melalui penggambaran serial Gadis Kretek. Alasannya dipilih Gadis Kretek karena sarat dengan busana Jawa seperti batik menjadi salah satu kreasi para leluhur di Indonesia yang diwariskan turun-temurun untuk dilestarikan.
Sebagai perancang yang dalam beberapa tahun terakhir kerap menyuguhkan sentuhan wastra dalam karyanya, Wilsen Willim kali ini kembali menampilkan 20 tampilan busana siap pakai dengan sentuhan batik koleksi dari Batik Keris. Seluruh busana yang ditampilkan pun akan dipasarkan secara eksklusif di gerai Batik Keris Plaza Indonesia hingga 14 Maret 2024.
Untuk kolaborasinya bersama Batik Keris kali ini, Wilsen Willim memilih batik tulis dan cap bercorak klasik, batik pesisir khas Cirebon, serta batik hokokai yang merupakan perpaduan budaya Jepang dan Jawa.
Istimewa
Berbahan dasar katun primisima, warna batik yang dipilih pun bernuansa cokelat, putih, hitam, dan nuansa terang khas batik pesisir Cirebon. Semuanya dikemas dalam potongan rok, sarung, dan atasan seperti kemeja ataupun luaran.
Tak hanya batik, pada koleksi ini Wilsen Willim juga bereksplorasi dengan potongan busana tradisional Indonesia yang dikemas kontemporer, seperti yang pernah dilakukannya saat merancang busana beskap dengan potongan samping khas Wilsen Willim untuk dikenakan Dian Sastrowardoyo pada Busan Film Festival 2023 sebagai bagian dari promosi serial Gadis Kretek.
“Pada koleksi kali ini, saya kembali menemukan tujuan dalam berkarya, yaitu pelestarian budaya,” kata Wilsen Willim.
“Melestarikan tak hanya dengan merawat dan menjaga, namun juga mengembangkan dan memperkenalkan kembali kepada generasi muda agar tumbuh kecintaan dalam mengenal serta merawat warisan budaya di Tanah Air," lanjutnya.
Tidak ketinggalan desainer Yosafat Dwi Kurniawan, yang memperkenalkan koleksi yang ingin menonjolkan kekuatan dan kecantikan lahir batin Wanita.
Istimewa
Yang pertama ada Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese, yang memperkenalkan koleksi terbaru mereka, Le Sable. Koleksi ini terinspirasi dari keanggunan cahaya matahari senja serta kilauan pasir.
Busana yang ditampilkan menghadirkan berbagai cerita feminitas serta keanggunan di padang pasir. Ornamen flora diusung untuk menggambarkan adanya kelembutan di tengah kerasnya kehidupan gurun.
Hamparan serta turapan pasir yang berlapis digambarkan secara feminin dan anggun dalam berbagai silhouette beralur dan bergelombang dalam berbagai bentuk. Menawarkan gaya dan kenyamanan, koleksi ini menghadirkan kombinasi antara atasan panjang dengan celana palazzo, cape plisket, rok lebar dengan jaket panjang, kaftan, serta modlook panjang sebagai ciri khas Timur Tengah.
Sentuhan artisan ini menempatkan SEBASTIANred sebagai pakaian ready-to-wear deluxe. Palet warna menjadi penentu bagi suasana ini, menggunakan kombinasi warna pastel, warna cerah, dan sentuhan warna netral yaitu dusty pink, lacquer (silver), hijau, putih, dan hitam.
Dilanjutkan di hari yang sama, Parang Kencana memilih tema Sanjita yang berasal dari bahasa sansekerta. Sanjita memiliki arti “a conqueror & winner”, terinspirasi dari sejarah kerajaan Majapahit sebagai salah satu kerajaan Hindhu-Buddha terbesar dan terkuat pada masa itu.
Istimewa
Koleksinya direpresentasikan melalui silhouette yang strong, bold, dan boxy serta dikombinasikan dengan motif batik yang terinspirasi dari kerajaan Majapahit, salah satunya motif “Sinjang Kawung” yang telah terukir di arca-arca peninggalan kerajaan Majapahit, jauh sebelum teknik membatik ditemukan.
Setiap desain motif batik memiliki makna tersirat yang diwakili oleh gubahan dalam pola ceplok dan kawung. Gubahan dirancang berdasarkan visualisasi strategi perang Majapahit, di antaranya strategi supit urang, samudra rob, dan gedhong minep.
Tidak hanya itu, desainer Wilsen Willim menggandeng Batik Keris memperkenalkan koleksinya melalui penggambaran serial Gadis Kretek. Alasannya dipilih Gadis Kretek karena sarat dengan busana Jawa seperti batik menjadi salah satu kreasi para leluhur di Indonesia yang diwariskan turun-temurun untuk dilestarikan.
Sebagai perancang yang dalam beberapa tahun terakhir kerap menyuguhkan sentuhan wastra dalam karyanya, Wilsen Willim kali ini kembali menampilkan 20 tampilan busana siap pakai dengan sentuhan batik koleksi dari Batik Keris. Seluruh busana yang ditampilkan pun akan dipasarkan secara eksklusif di gerai Batik Keris Plaza Indonesia hingga 14 Maret 2024.
Untuk kolaborasinya bersama Batik Keris kali ini, Wilsen Willim memilih batik tulis dan cap bercorak klasik, batik pesisir khas Cirebon, serta batik hokokai yang merupakan perpaduan budaya Jepang dan Jawa.
Istimewa
Berbahan dasar katun primisima, warna batik yang dipilih pun bernuansa cokelat, putih, hitam, dan nuansa terang khas batik pesisir Cirebon. Semuanya dikemas dalam potongan rok, sarung, dan atasan seperti kemeja ataupun luaran.
Tak hanya batik, pada koleksi ini Wilsen Willim juga bereksplorasi dengan potongan busana tradisional Indonesia yang dikemas kontemporer, seperti yang pernah dilakukannya saat merancang busana beskap dengan potongan samping khas Wilsen Willim untuk dikenakan Dian Sastrowardoyo pada Busan Film Festival 2023 sebagai bagian dari promosi serial Gadis Kretek.
“Pada koleksi kali ini, saya kembali menemukan tujuan dalam berkarya, yaitu pelestarian budaya,” kata Wilsen Willim.
“Melestarikan tak hanya dengan merawat dan menjaga, namun juga mengembangkan dan memperkenalkan kembali kepada generasi muda agar tumbuh kecintaan dalam mengenal serta merawat warisan budaya di Tanah Air," lanjutnya.
Tidak ketinggalan desainer Yosafat Dwi Kurniawan, yang memperkenalkan koleksi yang ingin menonjolkan kekuatan dan kecantikan lahir batin Wanita.
Istimewa
(tsa)