Anna Mariana Perkenalkan Keindahan Batik Gringsing Hingga ke Tokyo

Selasa, 13 November 2018 - 01:28 WIB
Anna Mariana Perkenalkan Keindahan Batik Gringsing Hingga ke Tokyo
Anna Mariana Perkenalkan Keindahan Batik Gringsing Hingga ke Tokyo
A A A
JAKARTA - Salah satu tokoh tenun Nusantara, Anna Mariana menunjukan konsistensinya memperkenalkan karya batik tradisional dan bernilai sejarah tinggi dalam acara bertajuk "Afternoon Tea Kain Nusantara". Kegiatan itu dilangsungkan di kediaman Duta Besar Indonesia, Arifin Tasrif di Tokyo, Jepang bertepatan dengan Hari Pahlawan, 10 November.

Anna Mariana yang diundang secara khusus oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) Indonesia Embassy dan Kedutaan Besar Indonesia di Jepang ini begitu memukau dalam berbicara keragaman busana batik saat didapuk menjadi pembicara dalam acara yang digelar di Negara Matahari Terbit tersebut.

Acara yang dibuka langsung oleh Ratna Mirah Tasrif itu menghadirkan 150 tamu undangan khusus. Terlihat di antaranya Duta Besar Guatemala, Angela Maria Chavez Bietti; juga Duta Besar Republic of Costa Rica, Laura Esquivel; dan sejumlah tamu VVIP dari negara sahabat juga sosialita Jepang pencinta kain.

Dalam pemaparannya, Anna mengungkapkan keistimewaan tenun dobel ikat Gringsing, yang hanya ada di desa Tenganan, Kecamatan Magis, Karang Asem Bali. Tenun Gringsing, kata Anna, merupakan satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik dobel ikat.

Kain tenun Grinsing ini sudah ada sejak 1.500 tahun lalu. Saat ini sudah diklaim secara sah dan resmi sebagai warisan budaya wastra tradisi Indonesia dan sudah pula diakui UNESCO, kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia, Pemerintah Pusat dan masyarakat Bali.

"Kain ini terbilang merupakan sejarah budaya Indonesia, karena sudah ada sejak 1.500 tahun yang lalu dan sudah dilindungi secara Hak Paten oleh Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly," kata Anna Mariana dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (12/11).

Pembuatan tenun Gringsing, kata Anna, memerlukan waktu selama 5-15 tahun. Semua ini karena prosesnya yang rumit. Mulai dari pembuatan benang, pewarnaan dengan hanya menggunakan bahan alami, hingga proses penenunan. Bagi masyarakat Bali, tenun Gringsing dianggap bisa sebagai kain penolak bala.

"Ini bisa dilihat langsung dari kata Gringsing yang berasal dari kata Gring yang berarti 'sakit' dan sing yang berarti 'tidak', sehingga bila digabungkan menjadi kata 'tidak sakit'. Jadi jika mengenakan kain ini, diyakni tidak akan sakit dan bisa bebas dari bala!" jelas Anna.

Tenun dengan teknik jenis Gringsing ini pernah dikembangkan di Jepang, India dan beberapa negara lain. "Namun Jepang dan India tidak lagi mengembangkan Grinsing karena proses pembuatannya yang lama dan rumit. Sehingga produk ini punah dan hilang. Satu-satunya yang masih bertahan dan berkembang hanya di Indonesia dan hanya di Desa Tenganan Bali. Para pengrajin itu melakukannya secara turun temurun," ungkap Anna.

Secara pribadi Anna Mariana banyak membina pengrajin Grinsing, karena pada umumnya, masyarakat di desa Tenganan memiliki kain Gringsing yang sudah berusia ratusan tahun dan digunakan untuk upacara khusus.

"Ini sebagai upaya meregenerasi penenun sekaligus membina pengrajin agar produk ini tidak punah dan di Bali sendiri, berbagai upacara, seperti upacara potong gigi, pernikahan, dan upacara keagamaan lain, dilakukan dengan bersandar pada kekuatan kain Gringsing!" terangnya.

Di luar paparan Anna, tampil juga dua pembicara lain, yakni Enny Sukmato yang memperkenalkan cara mengenakan sarung secara praktis, kemudian Prof Masakatzu Tozu, Director of Asian Textile Culture Institute of the Hollywood Graduate School di Tokyo, dan Profesor Emeritus di Universitas Kokushikan Tokyo yang merupakan kolektor kain nusantara dengan koleksi mencapai 5.000 jenis, terdiri dari batik, tenun ikat dan songket.

Acara semakin meriah karena ditampilkan pula fashion show dari karya Anna Mariana, Itang Yunaz, Nanie Rachmat, Sjully Darsono dan Runi Palar.

Seusai acara, Duta Besar Arifin Tasrif memperkenalkan Anna Mariana pada rekan-rekan sejawatnya sesama Ambassador. Duta Besar Guatemala Angela Maria Chavez Bietti secara pribadi menyatakan kagum dengan apa yang sudah dirintis Anna Mariana.

"Bagaimana Anda bisa membagi waktu antara menjadi lawyer dan desianer?" katanya memuji. "Saya juga suka mendesain, siapa tahu setelah saya pensiun, saya bisa mengikuti jejak Anda!"

Sementara itu, Prof. Dr. Ing Wardiman Djojonegoro yang hadir di tengah acara mengaku salut dengan apa yang dilakukan Anna selama ini. "Terlebih, betul Anda tidak berada di bawah instasi pemerintah?" tanya Wardiman masih tidak percaya.

Prof Masakatzu Tozu yang juga menjadi pembicara mengaku sangat mendukung upaya dan kreativitas Anna Mariana, termasuk dalam hal mewujudkan lahirnya Hari Tenun dan Songket Nasional.

"Bersama Anna Mariana, saya siap untuk beraudiensi dengan Presiden Joko Widodo. Ini penting guna menyelamatkan aset-aset budaya dan wastra tradisional milik Indonesia yang bagus dan tidak ada duanya di dunia, terutama dalam hal corak dan keunikannya," ucap Prof Masakatzu Tozu.

Kerja kreatif yang baru kali pertama dilakukan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Indonesia Embassy di bawah kepemimpinan Ibu Ratna Mirah Tasrif ini, berlangsung selama dua hari. "Hari pertama untuk undangan khusus. Dan hari kedua kita buka untuk umum!" ujarnya Ratna Arifin Tasrif mengunci percakapan.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1758 seconds (0.1#10.140)