5 Tradisi Unik Sambut Lebaran di Indonesia, Grebeg Syawal hingga Perang Topat

Minggu, 07 April 2024 - 14:41 WIB
loading...
5 Tradisi Unik Sambut Lebaran di Indonesia, Grebeg Syawal hingga Perang Topat
Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi masing-masing dalam menyambut lebaran. Foto/Shutterstock
A A A
JAKARTA - Umat Islam akan merayakan hari kemenangan dengan suka cita pada hari raya Idul Fitri atau lebaran usai menjalankan ibadah puasa selama satu bulan. Sama seperti Ramadan yang disambut meriah, lebaran pun disambut penuh kebahagiaan.

Bahkan, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi masing-masing dalam menyambut lebaran. Demikian pula di tiap negara di dunia, ada tradisi yang berbeda-beda.

Indonesia sendiri menjadi negara yang paling unik dalam hal tradisi perayaan Idul Fitri atau lebaran. Berikut daftar tradisi menyambut lebaran yang unik di Tanah Air, dilansir dari laman Kemenparekraf RI, Minggu (7/4/2024).


1. Grebeg Syawal (D.I. Yogyakarta)

Membahas tradisi menyambut lebaran, Grebeg Syawal menjadi salah satu ritual rutin yang digelar setiap tahun. Tradisi yang berasal dari Keraton Yogyakarta ini dilakukan setiap 1 Syawal atau tepat pada Hari Raya Idul Fitri.

Grebeg Syawal merupakan wujud syukur setelah melewati bulan Ramadan dan sudah dilaksanakan sejak abad ke-16. Daya tarik tradisi Grebeg Syawal ada pada tujuh gunungan yang seluruhnya akan dibawa oleh abdi dalem dan dikawal prajurit Bregodo dari Alun-Alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan.

Gunungan tersebut akan didoakan terlebih dulu, sebelum nantinya diperebutkan masyarakat.

2. Ronjok Sayak (Bengkulu)

Tradisi lebaran di Indonesia yang tidak kalah unik bisa ditemukan di Bengkulu yang disebut Ronjok Sayak. Secara umum, kata Sayak bisa diartikan sebagai batok kelapa. Dengan kata lain, Ronjok Sayak adalah tradisi membakar batok kelapa kering yang ditumpuk hingga setinggi satu meter.

Menurut kepercayaan, tradisi Lebaran Ronjok Sayak sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun silam. Masyarakat Bengkulu percaya kalau api merupakan penghubung antara manusia dan leluhur. Itu mengapa, pelaksanaan tradisi Ronjok Sayak berjalan hikmat, dibarengi dengan banyaknya doa-doa yang dipanjatkan selama proses pembakaran batok kelapa.

Biasanya, tradisi Ronjok Sayak ini dilakukan setelah melaksanakan salat isya pada tanggal 1 Syawal.

3. Tradisi Meriam Karbit (Kalimantan Barat)

Jangan kaget jika Anda mendengar suara gemuruh bak dentuman guntur di Pontianak, Kalimantan Barat, menjelang Lebaran. Pasalnya, itu adalah suara ledakan meriam karbit tradisi warga Pontianak yang dirayakan di pinggiran Sungai Kapuas, setiap kali bulan Ramadhan dan lebaran datang.

Konon katanya, permainan meriam ini guna untuk mengusir hantu. Festival menyambut lebaran yang terkenal meriah ini digelar selama tiga hari berturut-turut. Dimulai sejak sebelum, sesaat, dan sesudah lebaran.

Menariknya, Festival Meriam Karbit tidak hanya menjadi tradisi lebaran saja. Melainkan, juga menjadi warisan budaya yang kental dengan nilai historis karena berkaitan dengan sejarah berdirinya Kota Pontianak.


4. Binarundak (Sulawesi Utara)

Masyarakat Motoboi Besar di Sulawesi Utara juga memiliki tradisi menyambut lebaran warisan leluhur yang masih dilakukan dan dilestarikan sampai sekarang, yakni tradisi Binarundak. Yakni sebuah tradisi membuat atau memasak nasi jaha secara bersama-sama yang dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut setelah hari raya Idul Fitri.

Nasi jaha adalah makanan khas Sulawesi Utara yang berbahan dasar beras dan dimasak dalam batang bambu. Hidangan khas ini memiliki perpaduan rasa gurih dari santan, serta jahe yang cukup kuat.

Menurut kepercayaan, tradisi Binarundak dalam menyambut lebaran merupakan sarana silaturahmi terhadap sesama, sekaligus sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

5. Perang Topat (Nusa Tenggara Barat)

Di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), ada tradisi Perang Topat atau ‘perang ketupat’ sebagai tradisi menyambut lebaran yang unik dan penuh makna. Konon, tradisi saling melemparkan ketupat ini merupakan simbol kerukunan antarumat Hindu dan Islam yang hidup berdampingan di Lombok.

Sebelum ‘perang’ dimulai, masyarakat akan melakukan doa dan ziarah di Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro. Uniknya, setelah tradisi dimulai, ketupat-ketupat yang digunakan untuk berperang akan kembali diperebutkan, karena dipercaya membawa kesuburan sehingga membuat panen melimpah.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1690 seconds (0.1#10.140)