Prilly Latuconsina dan Konservasi Indonesia Edukasi soal Sampah Plastik Laut
loading...
A
A
A
Lebih lanjut, Prilly menceritakan bahwa Generasi Peduli Bumi juga bekerja sama dengan pengrajin lokal untuk mengolah sampah plastik menjadi karya. Dia berharap, hasil daur ulang limbah plastik dapat terus didistribusikan kepada pengrajin lokal.
Azka Alfathi Madani, Ketua Umum SIGMA-B UI, mengungkapkan bahwa sudah banyak penelitian tentang bahaya plastik. baik makro ataupun mikro, yang memaparkan ancaman-ancaman yang dapat mengganggu kehidupan, baik untuk lingkungan, kesehatan, ataupun keanekaragaman hayati.
"Plastik memang menjadi masalah di berbagai belahan dunia sekaligus produk teknologi tinggi. Oleh karena itu, kita semua sekurang-kurangnya perlu tahu bagaimana cara memilah dan menanganinya, termasuk tempat yang tepat untuk mengumpulkan dan mengolah sampah plastik," ujar Alfath.
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menyatakan lima program Ekonomi Biru yang menggabungkan pemanfaatan sumber daya laut dengan pendekatan berkelanjutan. Lima program tersebut yaitu perluasan kawasan konservasi laut dan penangkapan ikan terukur berbasis kuota.
Berikutnya ada pembangunan perikanan budidaya laut, pesisir, dan darat secara berkelanjutan serta pengawasan dan pengendalian kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Terakhir adalah pembersihan sampah plastik di laut.
"Harapannya, melalui kolaborasi aksi dan edukasi tentang sampah plastik dan sampah laut ini masyarakat bersama-sama pemerintah dapat menjaga dan mengelola sumber daya alam kelautan dan perikanan, yang termasuk di dalamnya lingkaran ekologi dan ekonomi antara produksi dan perlindungan laut yang memiliki arti penting bagi ekosistem lingkungan," ujar Meizani.
Azka Alfathi Madani, Ketua Umum SIGMA-B UI, mengungkapkan bahwa sudah banyak penelitian tentang bahaya plastik. baik makro ataupun mikro, yang memaparkan ancaman-ancaman yang dapat mengganggu kehidupan, baik untuk lingkungan, kesehatan, ataupun keanekaragaman hayati.
"Plastik memang menjadi masalah di berbagai belahan dunia sekaligus produk teknologi tinggi. Oleh karena itu, kita semua sekurang-kurangnya perlu tahu bagaimana cara memilah dan menanganinya, termasuk tempat yang tepat untuk mengumpulkan dan mengolah sampah plastik," ujar Alfath.
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menyatakan lima program Ekonomi Biru yang menggabungkan pemanfaatan sumber daya laut dengan pendekatan berkelanjutan. Lima program tersebut yaitu perluasan kawasan konservasi laut dan penangkapan ikan terukur berbasis kuota.
Berikutnya ada pembangunan perikanan budidaya laut, pesisir, dan darat secara berkelanjutan serta pengawasan dan pengendalian kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Terakhir adalah pembersihan sampah plastik di laut.
"Harapannya, melalui kolaborasi aksi dan edukasi tentang sampah plastik dan sampah laut ini masyarakat bersama-sama pemerintah dapat menjaga dan mengelola sumber daya alam kelautan dan perikanan, yang termasuk di dalamnya lingkaran ekologi dan ekonomi antara produksi dan perlindungan laut yang memiliki arti penting bagi ekosistem lingkungan," ujar Meizani.
(ita)