Kentut Bau Busuk Bisa Jadi Gejala Kanker, Jangan Anggap Sepele

Rabu, 01 Mei 2024 - 23:55 WIB
loading...
Kentut Bau Busuk Bisa Jadi Gejala Kanker, Jangan Anggap Sepele
Kentut berbau busuk bisa menjadi gejala kanker yang jarang diketahui banyak orang. Hal ini dialami wanita di AS yang menyadari kentutnya berbau lebih busuk. Foto/Dude Wipes
A A A
JAKARTA - Kentut berbau busuk bisa menjadi gejala kanker yang jarang diketahui banyak orang. Hal ini dialami oleh seorang wanita di Colorado, AS yang menyadari bahwa kentutnya tiba-tiba berbau jauh lebih busuk dari biasanya.

Wanita bernama Jelena Tompkins ini awalnya mengira kentutnya yang berbau busuk disebabkan probiotik yang dikonsumsi. Namun, setelah menjalani pemeriksaan, diketahui bahwa dirinya mengidap kanker kolorektal.

Thompkins berusia 34 tahun pada 2016 ketika dia menyadari kentutnya berbau lebih busuk dari biasanya. Tapi dia cukup sehat. Ibu satu anak ini baru saja berlari setengah maraton dan menjaga pola makan yang sehat, jadi berasumsi bau tersebut disebabkan oleh sayuran dalam makanannya.

Dilansir dari Mirror, Rabu (1/5/2024) Tompkins mulai mengonsumsi probiotik untuk menyeimbangkan bakteri ususnya, namun baunya tidak kunjung membaik. Dia tidak memikirkan apa pun sampai melihat ada darah di fesesnya.



Dia mengungkap bahwa dokter tidak menilai ada sesuatu yang salah pada pemeriksaan kesehatan tahunannya beberapa bulan kemudian. Mereka menduga pendarahan tersebut disebabkan oleh perubahan pola makan.

Namun, tiga bulan kemudian, dokter mulai melakukan tes untuk menentukan apakah ada makanan tertentu yang mengganggu sistem pencernaannya.

Akhirnya, mereka merekomendasikan kolonoskopi, dan hasilnya menunjukkan bahwa kanker dubur stadium tiga telah menyebar ke kelenjar getah beningnya.

“Saya berada dalam kondisi terbaik dalam hidup saya. Saya makan dengan sehat dan tidak pernah menyangka bahwa kanker akan menyerang saya di usia semuda ini,” kata Tompkins.



Tompkins menjelaskan bahwa menjalani terapi radiasi selama 28 hari yang melelahkan. Dia meminum pil kemoterapi Xeloda, yang dirancang untuk kanker kolorektal stadium akhir. Setelah masa istirahat dua bulan, tumornya mulai mengecil. Namun dokter tetap menyarankan operasi.

Ahli bedah mengangkat 12 inci usus besar dan rektum serta 17 kelenjar getah beningnya, menyisakan lima kelenjar kanker yang tersisa. Tompkins kemudian menjalani ileostomi, prosedur di mana lubang dibuat di perut, dan sepotong ileum, bagian terendah dari usus kecil, di luar dinding perut, dikeluarkan melalui lubang tersebut untuk membuat stoma.

Hal ini memungkinkan makanan melewati stoma ke dalam kantong eksternal, bukan melalui rektum. Enam minggu pasca operasi, dia memulai kemoterapi kombinasi folfox, dan menyelesaikannya pada Mei 2017.

Tompkins melaporkan bahwa dia dalam masa remisi dan menjalani kemoterapi pemeliharaan serta pemindaian tahunan, dan dia sangat senang dengan kemajuannya. Namun itu bukanlah perjalanan yang mudah.

(dra)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2040 seconds (0.1#10.140)